Bersyukurlah, semua peserta didik memiliki kesibukan masing-masing. Untuk mengarahkan mereka berkumpul pada satu titik bukanlah hal mudah. Bersyukurnya lagi, tim kreatif begitu fleksibel. Mengambil momen kebersamaan dengan kelas kecil mereka anggap cukup. Yeee!
Eits, tak secukup itu. Mereka memberikan konsep, tapi dalam pelaksanaannya, yah, penulis sebagai pelaksana harus mengondisikan situasi. Duh... duh... duh!
Yups! Sadar waktu terus bergerak tiap detiknya, dalam pikiran penulis sebagai pelaksana saat itu, pokoknya lakukan yang terbaik!
Syalalala, seumur hidup penulis tidak pernah membayangkan berada dalam situasi khusus. Dalam sepersekian detik, menit harus bisa mengendalikan keadaan agar kerja dapat tuntas dengan baik.
Baiklah! Saya dalam situasi harus berinteraksi dengan berbagai kekhususan peserta didik kelas kecil. Dimana seharusnya mereka mendapatkan pelayanan kekhususan yang berbeda. Dan biasanya mereka belajar dengan guru kelas masing-masing.
Sepersekian menit mencermati situasi, harus berinteraksi dengan berbagai hambatan peserta didik, ada tunarungu, tunanetra, tunadaksa, autis, tunagrahita, dalam waktu bersamaan, dalam satu permainan, benar-benar menjadi tantangan tersendiri.
Ya, permainan jalan terus karena melihat antusiasme anak lain yang memiliki indera penglihatan dapat berkegiatan dengan baik.
Detik itu juga tanpa terucap, rasa syukur mengalir menyaksikan perubahan anak yang biasanya tantrum tanpa kejelasan, melukai orang lain dengan cakarannya, pada hari dimana di Bandung terkenal dengan Rebo Nyunda, saat pengambilan gambar berlangsung, anak yang memiliki gangguan perkembangan itu begitu tenang mengikuti permainan.