"Hayu urang ka Pasar Nonggeng!" ajak beberapa kawan sekitar setahun lalu pada hari Sabtu. Ajakan dalam bahasa Sunda itu memiliki arti, "Ayo kita ke Pasar Nonggeng!
Pasar Nonggeng, begitulah orang menyebutnya. Tapi, ada juga yang menyebutnya Pasar Sabtu karena adanya memang hanya pada hari Sabtu. Pada saat puasa, Pasar Nonggeng yang hanya hari Sabtu ini menjadi 2 kali seminggu, pada hari Kamis dan Sabtu.
Berbeda saat mendekati lebaran hingga akhir Ramadan, satu hari sebelum Idul Fitri tiba, intensitas kehadiran pasar ini meningkat menjadi setiap hari.
"Kenapa ya orang-orang lebih senang menamai tempat ini Pasar Nonggeng?" pertama kali mendengar kata Nonggeng, tentu saja saya bertanya-tanya tentang keunikan namanya.
Dari beberapa orang yang saya kenal dekat, mereka memberikan alasan kalau pada awalnya hingga kini masih ada beberapa pembeli di pasar yang berbelanja sambil nonggeng, bahasa Sunda yang kalau diartikan dalam bahasa Indonesia maksudnya menungging, atau membungkuk dengan kepala di bawah dan pantat terangkat ke atas.Â
Ya, pada awalnya mereka bertransaksi sambil menungging. Dan hingga kini, masih banyak yang bertransaksi sambil menungging karena pasar ini cukup sempit, terletak di gang yang sehari-hari terkadang hanya cukup untuk lewat 2 sepeda motor yang berpapasan.
Itulah aktivitas pembeli dan penjual di antara hunian penduduk yang sebenarnya penuh kekhawatiran akan adanya penggusuran dari Pihak PJKA, karena konon katanya, tanah yang dijadikan hunian warga ini milik PT. KAI.
Sejarah awal Pasar Nonggeng cukup mengejutkan. Pasar kaget, pasar dadakan, atau pasar tumpah di hari Sabtu, yang memang kehadirannya cukup mengagetkan dan hadir secara dadakan, pada awalnya ada 2 orang warga Mekar Sari yang berjualan tas setiap hari Sabtu.
Kemudian, ada penjual sayuran mentah dari daerah luar yang ikut berjualan. Dalam waktu sangat cepat, gang ini menjadi penuh dengan pedagang dari luar dan warga sekitar hingga kini. Pasar Nonggeng benar-benar maju dari ujung jembatan kereta api hingga mendekati ujung batas perumahan penduduk.
Pasar unik di Gang Mekar Sari, Kiaracondong, Bandung, Jawa Barat ini merupakan salah satu favorit warga sekitar. Dan tak sedikit warga dari luar yang berdatangan dan penasaran dengan pasar yang konon katanya harganya lebih miring dari harga pasaran pada umumnya.Â
Beberapa teman saya dari Jakarta dan Jawa, mengaku sangat senang mengenal Pasar Nonggeng. Mereka bisa berbelanja kemudian membawa pulang oleh-oleh pakaian bertuliskan kota Bandung dan keunikan lainnya dengan harga yang sangat murah dibandingkan mereka beli di Cihampelas atau tempat lainnya.