Buka puasa bersama (bukber) biasanya identik dengan makanan yang "wah" atau unik, tempat khusus yang menarik serta menampilkan keunikan view yang nyaman dan asyik untuk mengabadikannya. Dan biasanya, acara bukber dibuka dengan tadarusan, atau pengajian yang diisi materi keagamaan, serta seremoni lainnya.
Lantas, bagaimana dengan bukbernya keluarga kecil calon magister 25A STIE Pasundan Bandung? Apakah bukber mereka sama dengan bukber orang-orang pada umumnya?
Sebagai bagian dari keluarga kecil calon magister 25A, yaitu mahasiswa S2 kelas karyawan yang tergabung dalam kelompok A, karena pada semester awal mahasiswa angkatan 25 membludak dan akhirnya dibagi 2 kelompok, yaitu Angkatan 25A dan angkatan 25B, saya bisa merasakan keunikan buka puasa pertama bersama mereka.Â
Pada hari Jumat, 18 Mei 2018, sehari sebelumnya grup WhatsApp (WA)angkatan 25A ini ramai dengan candaan memperbincangkan perkuliahan dan kemungkinan harus buka puasa bersama di kampus. Obrolan yang begitu menarik karena penuh dengan canda tawa mengenai usulan apa saja yang dibawa untuk takjil.Â
Hingga pada hari H, pukul 16.30 WIB, para pencari ilmu ini mulai berdatangan ke kampus dan masuk ruangan untuk mengikuti perkuliahan sebelum berbuka puasa. Namun, masih ada juga mahasiswa yang dalam perjalanan terjebak hujan deras, macet, dan hujan es.
Hujan es menjadi salah satu bahan lelucon disaat serius mengikuti perkuliahan. Ada yang berkomentar untuk dicicipi esnya, bahkan ada yang minta dibekal untuk bikin sop buah. Hehe... Unik, bukan?
Disela perkuliahan, makanan takjil dari pihak kampus berupa  kolak pisang yang dicampur dengan kolang-kaling diantarkan oleh petugas. Suasana ruangan kembali ramai. Apalagi begitu adzan maghrib berkumandang, kolak pun segera dibagikan.