Kehangatan di Dalam Ruangan Ber-AC
#BlogshopN5M
Bergegas saya selesaikan tugas di sekolah, tempat berbagi ilmu. Saya tidak mau ketinggalan rangkaian acara "Blogshop dan Roadshow Negeri 5 Menara". Apalagi, tema "Creative Writing" sangat memikat hati saya.
Sambutan para petugas ramah dan santun. Mereka memberikan goodie bag, berisi tas batik, kaos, dan buku catatan kecil. Tidak lupa, mereka meminta saya menandatangani banner. Lalu, mereka memersilahkan saya menikmati cemilan. Mungkin, semacam welcome drink.
"Aih, asyiknya. Sudah acaranya gratis, dapat special gift, pula. Top banget, deh," batin saya.
Memasuki ruangan Auditorium Bale Pasundan, Gedung Bank Indonesia Bandung, dingin menembus baju hangat. Dinginnya sampai terasa menembus kulit. Teh hangat kreamer racikan saya, rasanya belum bisa menghangatkan suasana.
Saya mulai berkenalan dengan teman baru di sebelah saya. Waw, ternyata, Teh Yuli ini berasal dari Tasikmalaya. Jauh juga, ya, gumam saya.
Beberapa menit kemudian, acara pun resmi dibuka. Mbak Disa mengumumkan beberapa hal mengenai kegiatan hari ini. Ada acara live twit di twitter. Seru, hadiahnya handphone.
Bapak Panca Hadi Suyatno selaku perwakilan iB perbankan syariah, resmi membuka kegiatan pada pada Sabtu, 10 Maret 2012. Saya akan selalu mengingat penyampaian dari beliau.
"Novel Negeri 5 Menara dan juga filmnya, memiliki pesan-pesan yang sangat kuat. Baik itu dari segi kerja keras, kesungguhan, budi pekerti, dan juga kemitraan. Hal tersebut mendorong pertumbuhan perbankan syariah," ungkap Pak Panca.
"Waw, begitu besar pengaruhnya karya Negeri 5 Menara," bisik hati kecil saya.
Pembicara kedua, Kang Eko Hendrawan Sofyan, pemegang rubrik entertainment di Kompas.com, mulai menghangatkan suasana di dalam ruangan. Paparan demi paparan, membuat saya berdecak kagum.
Kita dapat memanfaatkan media-media sosial untuk proses pra produksi. Kang Eko lebih banyak membahas karyanya "Tubuhku Senjataku". Praktisi khusus perempuan WSDK, Women Self Denfense of Kushinryu ini menjelaskan mengenai proses kreatif bukunya.
Belajar dari ayam, promosi petok-petok. Kalau ayam sedang bertelur, pasti rame. Sehingga disekitarnya tahu, ada ayam sedang bertelur. Begitupun Kang Eko, setelah lebih kurang tiga tahun, Kang Eko giat mempromosikan karyanya.
Buku yang berawal dari komunitas ini berisi trik membela diri. Kang Eko mengajak peserta untuk praktek secara langsung. Pulpen, kartu atm, lipstik, tisu, atau benda apapun yang kita miliki, bisa menjadi senjata tajam yang mematikan. Tentunya, kita harus mempelajari ilmunya terlebih dahulu.
Sebelum istirahat siang, sesi tanya jawab semakin menghangatkan suasana ruangan ber-AC. Pertanyaan peserta pun meluas. Ada yang bertanya mengenai hipnotis dan perampokan. Argumentasi Kang Eko, nampaknya bisa memuaskan jawaban untuk penanya. Kuncinya, membaca situasi. Setelah itu, lari.
Sesi istirahat tiba. Tirai pun terbuka. Terhidang aneka makanan yang menggoda. Sambil menikmati aneka hidangan, para peserta asyik berbincang bersama rekan-rekan barunya. Bagi muslim, mereka pun menyegerakan menunaikan kewajiban lima waktu.
Usai istirahat, Kang Ahmad Fuadi menjadi pembicara selanjutnya. Kang Fuadi menyampaikan proses menulisnya. Inspirasi dari pengalaman nyata. Berbagi berdasarkan pengalaman menulis novel "Negeri 5 Menara" dan "Ranah 3 Warna".
Semua dimulai dengan kata ampuh, man jadda wajada. Kang Fuadi memaparkan 5W+1H, yang tentu sudah dikenal di kalangan dunia kepenulisan. Menurut Kang Fuadi, resep tradisional Indonesia awet muda yaitu menulis. Tulisan kita berupa buku tidak tua dan mati.
Proses Menulis Kang Fuadi, tulisan yang baik berawal dari meluruskan niat. Subjek familiar. Konsisten. Referensi dan visual. Bahkan referensi visual ini bisa mengatasi hambatan menulis.
Saat tulisan sudah selesai dan kita mengirimkan ke penerbit, kita harus bisa merubah mind set. Sebuah penerbit hidup dari menerbitkan buku. Maka, menulislah yang bagus dan bermanfaat. Dan bersiaplah penerbit memburu penulis, meminta untuk menulis di penerbitannya.
Menulis banyak sekali manfaatnya. Membuat orang mengerti sesuatu lebih baik. Sebagai hiburan. Bertualang melepaskan diri dari dunia sehari-hari. Dan tentu saja kita bisa menuangkan ide liar, menuliskan pikiran dari balik laptop maupun pembaca.
Antusiasme peserta semakin tinggi, ketika sesi tanya jawab. Bahkan, ada beberapa peserta yang tidak bisa mengajukan pertanyaannya, karena terbentur waktu.
Pemateri terakhir, yaitu Kang Pepih Nugraha sebagai pendiri kompasiana. Pengetahuan mengenai naratif tersampaikan dengan lancar. Kompas adalah kampus kehidupan. Kita bisa membaca dan juga menulis berbagai cerita kehidupan.
Setiap penulis memiliki karakter berbeda. Suara hati penulis tercermin dalam tulisannya. Baik itu cerita lucu, serius, petualangan, maupun horor.
Narasi yang baik bila pembaca merasa terlibat dalam tulisan. Merasa dekat dengan cerita. Dapat mengidentifikasi diri dengan karakter tokoh di dalam cerita.
Di dalam tulisan naratif harus ada krisis, konflik, waktu, dan juga solusi. Tulisan naratif yang bagus harus memerhatikan plot, karakter, setting dan tema. Tema merupakan hal penting sebagai pesan penulis.
Selama mengikuti kegiatan blogshop, saya merasakan kehangatan di dalam ruangan ber-AC. Kepala saya seumpama lokomotif. Ilmu-ilmu dari pemateri bagaikan tenaga uap. Saya benar-benar merasa ditarik untuk konsisten di rel kepenulisan. Imajinasi di kepala saya semakin liar. Seakan-akan menyimpan banyak muatan ide di dalam gerbong-gerbong di belakang lokomotif.
Bagaimana dengan anda?
Email: Susanti_9929@yahoo.com
Twitter:@HaraJV
FB: Susanti Hara Jv
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H