Hiruk piuk jalanan perkotaan menjadi saksi bisu perjuangan Bapak Dadang yang mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan keempat anak dan istri. Bapak Dadang adalah pedagang kaki lima yang berjualan bakso bakar harga seribuan yang biasanya mangkal di lorong-lorong jalan yang berpindah-pindah tempat. Ia merupakan lelaki parubaya yang berumur 51 tahun. Keluarga Pak Dadang bisa dibilang sebagai orang yang miskin yang tinggal di gang kecil.Â
 Suatu hari, di jalanan Pak Dadang mangkal untuk berhenti sejenak mananti pembeli untuk membeli dagangannya. Sudah dua hari ini dagangannya sepi pembeli. Namun, Dadang tidak pernah berhenti untuk bersyukur dan kembali berdagang setiap harinya. Hampir satu jam ia mangkal di sekitar jembatan yang ramai orang, namun baru dua orang yang membeli dagangannya.Â
 Tak lama kemudian terdengar teriakan orang-orang yang berteriak "Satpol PP, Satpol PP datang". Lalu terdengar teriakan selanjutnya "Lari-lari, bawa semua barang dagangan kalian" Teriak penjual cireng kepada para pedagang kaki lima yang mangkal di sepanjang jembatan tersebut.
 Terdengar peluit Satpol PP yang berhasil mengamankan para pedagang kaki lima termasuk Bapak Dadang yang sudah tidak sempat kabur. Ada beberapa yang berhasil menangkap para pedangang kaki lima dan ada yang berhasil kabur untuk menyelamatkan diri dan dagangannya. Razia ini menimbulkan keributan dan keramaian yang cukup panjang antara pedagang kaki lima dan Satpol PP. Hal ini menyebabkan kemacetan di jalan karena keributan yang timbul antara Satpol PP dan pedagang kaki lima. Para pedagang kaki lima bersikeras tidak mau ikut dan disita dagangannya oleh Satpol PP. Begitu pula sebaliknya, Satpol PP bersikeras untuk membawa para pedagang kaki lima untuk diamankan beserta barang dagangannya. Keributan yang terjadi terjadi hampir 1 jam, namun tidak ada pilihan lain para pedagang kaki lima harus pasrah untuk dibawa ke kantor pengamanan.
 Di kantor pengaman para pedagang ini mendapatkan sanksi dan gerobak dagangan mereka disita untuk beberapa hari. Banyak dari pedagang kaki lima ini memohon kepada petugas agar gerobak dagangannya tidak disita karena hanya dari situlah rezeki yang mereka usahakan setiap harinya. Namun, aturan tetaplah aturan, mereka tidak dapat berbuat apa-apa dan mengikhlaskan apa yang sudah terjadi hari ini.
 Pak Dadang pulang ke rumah dengan wajah yang lemas karena hanya membawa pulang uang Rp10.000,00 saja. Apa yang harus diperbuat selanjutnya, darimana lagi ia mencari rezeki sedangkan gerobak dagangannya disita di kantor petugas keamanan.Â
 Pak Dadang mengetuk pintu dengan lemas. Tak lama kemudian istrinya pun membukakan pintu dan menyambut dengan senyuman sembari berkata "Eh, Bapak sudah pulang, gimana pak dagangannya hari ini? Banyak yang beli, Pak?". Melihat suaminya lemas denga muka yang pucat, istrinya pun juga melihat bahwa suaminya tidak membawa gerobak dagangannya. Kemudian istrinya kembali bertanya "Loh, gerobaknya mana Pak? Kok gak ada?". Pak Dadang hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari istrinya. Kemudian mereka duduk kursi depan rumah.
 Pak Dadang pun menceritakan kejadian hari ini yang menimpa dirinya dan menyerahkan uang Rp10.000,00 kepada istrinya. "Maafkan Bapak ya, Bu. Bapak hanya dapat uang segini untuk hari ini". Istrinya pun tersenyum setelah mendengarkan cerita bapak dan berkata "Tidak apa-apa Pak. Syukuri saja apa yang sudah diberikan oleh Allah kepada kita. Berapapun nilainya ini merupakan rezeki yang berkah yang diberikan Allah. Besok kita usahakan lagi ya, Pak, Jangan lupa untuk berdoa memohon pertolongan agar diberikan kemudahan dan kelimpahan rezeki untuk keluarga kita". Bapak pun tersenyum dan merasa lebih baik atas perkataan istrinya.Â
 Keesokkan harinya Pak Dadang mencari pekerjaan lain untuk modal membuat bakso bakar. Ia pun berpamitan kepada istrinya "Doakan Bapak ya, Bu. Semoga bapak dapat kerjaaan hari ini". Istrinya pun mengangguk dan menyalim tangan suaminya.
 Hampir setengah hari Pak Dadang mencari rezeki kesana kemari, Namun belum dapat juga. Namun Pak Dadang tidak menyerah, ia terus mencari kerja agae dapat mengumpulkan modal untuk berjualan kembali.Â
 Di jalan raya Pak Dadang melihat ada perampokan dan pembegalan di jalan yang cukup sepi. Pengendara bermobil mewah ingin dirampok oleh preman jalanan yang sering beraksi di tempat ini. Pak Dadang pun dengan cepat berlari untuk membantu pengendara mobil yang ingin dirampok. Perseteruan terjadi antara empat preman dan Pak Dadang. Alih-alih ingin menolong, namun Pak Dadang juga tidak sanggup untuk melawan keempat preman dengan ia lelaki parubaya yang sudah tak sanggup berlari. Pukulan preman itupun mengenai pipi dan perut Pak Dadang. Tubuh Pak Dadang pun terjatuh di jalanan dan pingsan.Â