Susanti Aryani
STIKes Mitra Keluarga
Â
Latar belakang
Kesehatan global merupakan kesehatan pada masyarakat dalam lingkup global atau keseluruhan dimana kesehatan global sendiri mencakup bidang studi, penelitian dan praktik yang bertujuan untuk meningkatkan dan mencapai kesetaraan pada status kesehatan yang dapat mempengaruhi seluruh aspek. Kesehatan global juga merupakan sebuah riset dan tindakan kolaboratif bertujuan mempromosikan kesehatan bagi semua orang maupun Negara (Winanti, 2020).
Menurut WHO kesehatan adalah kondisi sejahtera secara fisik,mental, dan social. Pada kesehatan global mengedepankan kesehatan seluruh masyarakat dalam negri maupun luar negri dimana kesehatan untuk semua ini dideklarasikan alma ata yang dimana system kesehatan global mengedepankan dan menyatukan berbagai sector sebagai upaya program kesehatan yang bertujuan memperluas jangkauan kesehatan primer di semua system kesehatan.
Permasalahan kesehatan akan selalu ada didunia, permasalahan yang dihadapi juga akan terus berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan waktu, polapikir manusia dan budidaya manusia itu sendiri. Di Indonesia sendiri pernah mengalami beberapa permasalahan kesehatan yang harus diatasi, krisis kesehatan merupakan peristiwa atau serangkaian peristiwa yang menimbulkan korban jiwa, luka/sakit, dan adanya potensi berbahaya yang berdampak pada kesehatan.
Menurut (Sulistyawati, 2021) Perkembangan Kesehatan global tidak terlepas dari pengaruh kepentingan politik dan ekonomi yang melatarbelakangi lahirnya kebijakan-kebijakan Kesehatan global. Imperialisme, revolusi industri, kapitalisme, dan perdagangan memiliki peranan penting dalam membentuk pola penyebaran penyakit, kebijakan Kesehatan, dan perkembangan organisasi Kesehatan internasional. Saat ini permasalahan yang terjadi di Indonesia di titik beratkan pada gizi ganda atau disebut double burden dimana saat ini kita dihadapi dengan permasalahan kekurangan gizi seperti kurus, stunting dan anemia dan masalah-masalah kelebihan gizi atau sering disebut dengan obesitas.Â
Pada saat ini stunting mencapai angka yang cukup tinggi, stunting sendiri merupakan masalah global di Indonesia. Masalah stunting sendiri merupakan pemenuhan gizi yang belum tercukupi baik sejak dalam kandungan hingga saat bayi lahir yang menyababkan terjadinya masalah kesehatan baik pada ibu maupun bayi. Salah satu dampak pada bayi yaitu stunting dimana anak akan mengalami gangguan pertumbuhan akibat kurangnya gizi kronik.
Pada saat ini Indonesia masih menjadi resiko tinggi angka kejadian stunting dan pemerintah sedang gencar menghadapi permasalah kesehatan ini yang berdampak besar. Stunting menjadi perhatian hingga masuk agenda besar nasional untuk percepatan angka penurunan dengan melibatkan berbagai pihak. Studi menunjukkan prevalensi stunting di dunia sebesar 29,1% (Ssentongo et al. 2021). Prevalensi stunting di Indonesia mencapai 30,8% pada tahun 2018.Â
Secara keseluruhan prevalensi stunting di Jawa Barat mencapai 29,2%. Prevalensi stunting di Kota Bekasi adalah 19,56% (sangat pendek 10,76 dan pendek 8,80%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2018). Hingga saat ini pemerintah membangun komitmen dalam upaya percepatan perbaikan gizi telah dinyatakan melalui Perpres Nomor 42 Tahun 2013, tanggal 23 Mei 2013, tentang Gerakan Nasional (Gernas) Percepatan Perbaikan Gizi yang merupakan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi.
Faktor penyebab kejadian stunting
Stunting  merupakan kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek dibandingkan dengan seusianya, pada umumnya disebut stunted (short stature). Berdasarkan (Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, 2022), prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022, Stunting merupakan indikasi malnutrisi kronik yang menggambarkan riwayat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama sehingga menjadikan bayi/balita mengalami gagal tumbuh hingga mengakibatkan anak bertubuh pendek. Pertumbuhan bayi Pada periode 0-24 bulan merupakan periode emas dimana pada periode ini menentukan kualitas kehidupan.Â
Periode ini merupakan periode yang sensitive karena akibat yang ditimbulkan akan bersifat permanen pada periode ini juga diperlukan pemenuhan gizi yang adekuat. Pada masalah pemenuhan gizi dapat menjadikan masalah jangka pendek seperti perkembangan otak, pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme tubuh sedangkan jangka panjang akan mengakibatkan penurunan kemampuan kongnitif, dan kekebalan tubuh (Adriani et al., 2022). Tingginya tingkat kekurangan gizi kronis pada anak secara global merupakan suatu kondisi yang berkaitan dengan kemiskinan disebutkan dalam (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2022) dimana Persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret 2022 sebesar 7,50 persen, naik menjadi 7,53 persen pada September 2022.Â