”Mau pesan apa?” tanya pelayan toko itu
”Sebentar ya pak, kami diskusi dulu, nanti kami panggil” kata Rahmat
”Ok” kata pelayan itu sembari meninggalkan kami
”Memangnya mau diskusi apa? Makan aja kok ribet?” kataku
”Makan di sini? Siapa yang bayar? Jangan salah, makanan di Bintan itu harganya jauh lebih mahal daripada di Batam” terang Rahmat dengan raut wajah yang sedikit panik
”Hahaha, percuma ada bu Bendahara, ya khan bu?” jawabku sambil melirik ke arah Sri
”Eh, makan di sini ga masuk anggaran!” jawab Sri kelabakan
”Waduh! Ya wes lah, pesan aja, nanti kita iuran se-ikhlasnya, kalau uangnya kurang ya cuci piring aja. haha” jawabku sambil tertawa
”Haha... emangnya bisa yah?” yang lain serempak meyakinkan
”Iya, bisa. Sudah, buruan pesan, tapi jangan yang mahal-mahal ya” kataku sambil tersenyum kecut
”Pak, kami pesan mie ayamnya 6 dan Teh Obeng-nya 6” Rahmat memesan
Tak berselang lama, pesanan pun datang. Tapi kami terkaget-kaget melihat penampilan Mie ayam dalam mangkok berwarna hijau itu. ”Kok mie-nya berwarna hijau?” tanya Sita pada pelayan yang mengantar makanan
”Iya, mie-nya kami buat sendiri. Hijau karena dicampur dengan Sawi” jawab pelayan itu
”Oooh.... keren ya!” sahut kami bangga
Memang, kami berenam belum pernah melihat mie ayam yang mie-nya itu berwarna hijau seperti yang kami dapatkan di Bintan. Selain itu, rasanya juga enak sekali. ”Besok pengen beli lagi” tersirat dalam hati
Selesai makan, kawan-kawan IPM Bintan datang menjemput kami. Terlihat Ramai sekali yang datang menjemput, itu karena kami dijemput menggunakan sepeda motor. Sehingga, seolah-olah ada pasukan ber-jas kuning yang sedang konvoi.
Hingga tiba lah kami di lokasi acara Rapat Kerja Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kepulauan Riau. Acara yang berlangsung pada tanggal 05-06 Maret 2011 ini digelar di SMK Muhammadiyah Tanjunguban yang juga merupakan satu-satunya sekolah Muhammadiyah di Kabupaten Bintan –Kepulauan Riau. Kondisi sekolah yang sangat sedehana tidak sedikitpun menyurutkan semangat kami, tapi justru menyulut api kebersamaan, kemandirian dan semangat perjuangan.
”Memang banyak kita lihat di wilayah lain mengadakan Rakerwil di gedung-gedung yang memang representatif, tapi bukan berarti karena kita tidak melakukan hal yang sama, lantas kita tertinggal atau kalah dari mereka. Justru kita sedang membuktikan bahwa kita mampu menyelenggarakan agenda yang sama dengan mereka walau diselenggarakan dengan sederhana, bahkan sangat sederhana. Ingat, yang perlu diperhatikan adalah proses dan output dari diadakannya Rakerwil ini, bukan dimana kita mengadakannya” kataku kepada seluruh peserta
-Batam, 07 Maret 2011-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H