Jalan-jalan ke Tanjung Puting
Syukur Alhamdulillah saya dan rombongan mendapat kesempatan dari Allah SWT untuk mengunjungi Taman Nasional Orangutan di Tanjung Puting Kabupaten Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah pada akhir bulan April yang lalu. Kami sebenarnya dalam rangka dinas ke kota Pangkalan Bun, ibukota Kab.Kobar dan kunjungan ke Tanjung Puting saat perjalanan pulang ke Palangka Raya selesai melaksanakan tugas adalah diluar rencana. Begitu saya mengetahui bahwa Tanjung Puting terletak sudah tidak jauh lagi dari kota Pangkalan Bun, maka saya memutuskan untuk mengunjunginya.
Start dari kota Palangka Raya (ibukota Provinsi Kalteng) ke kota Pangkalan Bun ditempuh melalui perjalanan darat dengan mobil selama kurang lebih 10-11 jam, melewati 2 kabupaten yaitu Kab.Katingan (ibukotanya : kota Kasongan) dan Kab.Kotawaringin Timur (ibukotanya : kota Sampit).Alam yang dilewati adalah hutan-hutan belukar saja, dimana hutan-hutan tersebut sebagian besar sudah dibabat pohon kayunya, lalu melewati perkebunan sawit juga. Sedangkan dari Pangkalan Bun menuju Kumai (tempat pangkalan speedboat) sekitar 15 menit, kemudian kami ber 8 orang ditambah 1 orang guide dan 2 orang pengemudi speedboat menuju Tanjung Puting menggunakan 2 speedboat kecil.
Perjalanan dari Teluk Kumai menuju Tanjung Puting sekitar 1 jam 30 menit, berangkat jam 8 pagi, bila menggunakan kapal klotok yang lebih besar dengan kapasitas 20 orang dapat ditempuh selama 3 jam. Dari Teluk Kumai melewati Sungai Sekonyer, dimana sebagian sungai ini telah tercemar akibat dari adanya pabrik penambangan emas di daerah sekitarnya. Dari Sungai Sekonyer melewati Sungai Tanjung Puting atau biasa disebut juga dengan nama Sungai Camp Leakey. Sepanjang perjalanan kami melewati Tanjung Harapan kawasan orangutan juga dan ada pula tempat untuk penelitian buaya.
Yang membuat saya tegang adalah karena saya tidak menduga perjalanan sungai agak masuk ke pedalaman dan sinyal handphone juga tidak ada, suasana sunyi yang misterius begitu kental terasa, seakan diamnya sungai Sekonyer yang sebagian berwarna coklat pekat seperti tanah adalah bentuk protes akan pencemaran alam. Ketegangan semakin memuncak dikala mesin speedboat dimatikan drivernya karena tersangkut sampah sungai dan driver mengatakan banyak buaya disitu, Subhanallah. Saya tegang karena saya membawa rombongan staf yang semuanya belum pernah kesana dan dimana saya yang bertanggung jawab atas perjalanan ini. Selama dalam perjalanan tak henti-hentinya saya (dan teman-teman juga saya kira) mengumandangkanDzikir menyebut asma Allah, betapa kita ini makhluk yang sangat kecil tak berdaya apapun atas Kuasa Allah akan diri kita. Saya pun mengatakan kepada teman-teman bahwa disitulah kita melihat sisi lain kehidupan di alam semesta ini yang tidak bisa kita bayangkan sebelumnya dan bahwa perjalanan inipun adalah salah satu cara kita mengagumi kebesaranNYA.
Sesampainya di Tanjung Puting (ada turis lain juga dari mancanegara) kita berjalan masuk sekitar 300meter diatas jembatan kayu yang dibuat secara sukarela oleh aktivis menuju ke tempat wisata tamanorangutan, ternyata disana kita sudah disambut oleh orangutan yang bernama SISWI ratu orangutan di kawasan itu dan merupakan orangutan yang paling jinak, ada beberapa yang bergantungan di pohon-pohon dan yang lain berada di atas tanah sekitar tempat wisata. Raja orangutan bernama TOM menggantikan KOSASI yang sudah tua, ada juga yang bernama UNYUK yang paling nakal. Di kawasan ini terdapat sekitar 3000 orangutan yang hidup liar di hutan Tanjung Puting. Sayangnya kami datang pada saat telah lewat jam makan (feeding) dimana semua orangutan akan dipanggil dari hutan dengan kode tertentu dan semua akan berkumpul di tempat wisata Tanjung Puting.
Melihat kehidupan orangutan tersebut semakin menyadarkan kita bahwa kita sebagai manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, namun terkadang manusia sering lalai dan lupa akan berkah keberadaannya. Kawasan Taman Nasional Orangutan Tanjung Putingmerupakan salah satu tempat wisata alam yang patut dikunjungi, untuk melihat kehidupan satwa yang semakin langka di muka bumi ini. Demikianlah kesan-kesan perjalanan saya, sebagai oleh-oleh dan kenangan di Tanjung Puting sudah saya persembahkan kepada teman-teman pembaca kompasiana dan para kompasianer dua buah Puisi yang saya tulis yaitu “Misteri Tanjung Puting” dan “Aku Sinta’..... Banyak kata yang harusnya terungkap lewat hati, namun keterbatasan jualah yang ada pada diri saya. Semoga bermanfaat.
Wassalam,
Susan Gracia Arpan
(Ka.BPOM di Palangka Raya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H