Antropologi khususnya dalam ruang lingkup budaya, merupakan transfigurasi dari generasi sebelumnya kepada generasi selanjutnya untuk terus mempertahankan integrasinya yang disebut dengan suatu budaya. Mereka mempertahankan budaya yang merupakan hasil cipta, karsa dan rasa manusia melalui konsep yang tumbuh bersamaan dengan minat serta kebutuhan yang berkenaan dengan cara bagaimana manusia bertahan hidup, berpikir, belajar, beradaptasi, merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut mereka perjuangkan demi tercapainya tujuan-tujuan tertentu.
Menurut Koentjaraningrat (1923-1999), definisi kebudayaan merupakan seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar.Â
A. Â Warisan Budaya
Budaya merupakan pola atau cara hidup yang terus berkembang oleh sekelompok orang dan diturunkan ke generasi berikutnya. Budaya tidak hanya sekedar berupa peninggalan benda bersejarah, tapi juga mencakup pengetahuan, sikap, pola perilaku, kepercayaan, moral, hukum, adat, dan kebiasaan.Â
Terbentuknya budaya sendiri merupakan akibat dari kebiasaan yang dilakukan secara berulang atau terus menerus. Hal ini berkaitan dengan pengertian budaya menurut Koentjaraningrat yaitu, budaya adalah keseluruhan dari sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia di dalam suatu kelompok masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi.
B. Transformasi BudayaÂ
Menurut para ahli, transformasi adalah suatu metode untuk mengubah bentuk suatu objek atau sistem dalam ukuran dan/atau posisi tertentu. Dalam kehidupan, perkembangan yang terjadi pada manusia, baik itu teknologi, pendidikan, pemikiran akan terus berlanjut. Dalam lingkup budaya, transformasi akan berperan sebagai hasil dari proses penyesuaian sesuatu terhadap apa yang terjadi di lingkungan dan keadaan sekitarnya.
Era globalisasi saat ini dapat menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang lebih modern. Masyarakat cenderung memilih kebudayaan baru yang bersifat praktis dibanding dengan budaya yang ada di masa lalu. Transformasi budaya inilah yang perlu dikaji dan dipahami lebih lanjut oleh masyarakat agar maknanya tidak hilang.Â
C. Teori Modernisasi
Modernisasi adalah suatu proses perubahan dari sesuatu yang belum maju ke arah yang lebih maju yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan mencapai suatu bentuk masyarakat yang lebih maju, berkembang, berkualitas, dan sejahtera.Â
Dalam pengertian lain, modernisasi merupakan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dari keadaan tradisional atau pra-industri ke arah modernitas melalui proses peralihan (transisi). Proses peralihan inilah, di mana antara masyarakat tradisional dan modernitas berbaur dan menjadi satu kesatuan.Â
Seperti pada kebudayaan yang ada di suku-suku saat ini. Kehidupan tradisional sudah semakin mundur akibat pengaruh globalisasi. Keberadaan budaya tersebut masih ada, akan tetapi kesadaran melakukan dan melestarikan sudah semakin hilang. Kebudayaan tradisional sudah mulai digantikan dengan peralatan dan teknologi canggih saat ini
D. 7 Unsur Kebudayaan Universal menurut Koentjaraningrat
- 1) Sistem religi dan upacara keagamaan
- 2) Sistem dan organisasi kemasyarakatan
- 3) Sistem pengetahuan
- 4) Sistem mata pencaharian hidup
- 5) Sistem teknologi dan peralatan
- 6) Kesenian
- 7) Bahasa
1. Sistem Religi dan Upacara Keagamaan
Koentjaraningrat mendefinisikan religi sebagai sistem yang terdiri dari konsep-konsep yang dipercaya dan menjadi keyakinan secara mutlak suatu umat beragama dan upacara-upacara beserta pemuka-pemuka agama yang melaksanakannya.
Mulanya kepercayaan suku Bugis menganut keyakinan lokal animisme dan dinamisme yang mempercayai adanya kekuatan besar yang mengatur segala sesuatu di bumi. Namun setelah agama Islam datang, terdapat beberapa tradisi yang mulai bergeser atau menjadi perpaduan antara tradisi budaya lokal dengan unsur-unsur Agama Islam sejak abad ke-16. Terdapat sistem religi dan upacara lain diantaranya:
- Kepercayaan To Lotang yang didirikan oleh La panaungi yang melanjutkan ajaran dan melakukan pemujaan terhadap dewata sawwae.Â
- Mabbarazanji yang merupakan sebuah kegiatan yang harus ada dalam perayaaan acara besar keluarga seperti pada acara pernikahan, aqiqah, naik haji, kematian, dan acara syukuran keluarga.
- Songkabala, biasanya dilakukan pada malam hari sebelum waktu Maghrib. Upacara tersebut sejalan dengan kepercayaan masyarakat Bugis yang meyakini bahwa peralihan menuju matahari terbenam adalah saat makhluk tak kasat mata berkeliaran.
- Ammateang yang diadakan ketika seseorang di suatu desa meninggal. Keluarga, kerabat dekat, bahkan kerabat jauh, serta orang-orang di sekitar rumah almarhum, datang berkunjung. Upacara ini dipimpin oleh seorang Bissu yang juga berperan sebagai pemimpin adat.
- Sigajang Laleng Lipa yaitu upacara adat untuk laki-laki Bugis ketika ingin menyelesaikan suatu permasalahan. Upacara ini merupakan pertarungan menggunakan senjata tradisional yang disebut Badik. Sebelum upacara, ada ritual khusus yang harus dilakukan untuk menghindari hal-hal buruk yang mungkin terjadi.
- Attauriolong, merupakan bentuk nasehat leluhur dan pemahaman terhadap nilai-nilai lokal dalam masyarakat Bugis.
2. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan
Suku bugis merupakan suku yang menganut sistem "patron klien" atau sistem kelompok kesetiakawanan antara pemimpin dan pengikutnya yang bersifat menyeluruh. Sedangkan untuk kekerabatan keluarga mereka menganut sistem "cognaticatau bilateral", seseorang yang ditelusuri melalui garis keturunan ayah dan juga ibu.Â
Kedudukan kaum perempuan tidak selalu di bawah kekuasaan kaum laki-laki, bahkan pada organisasi sosial yang berbadan hukum sekalipun, sehingga Suku Bugis adalah salah satu suku yang menjunjung tinggi hak-hak perempuan. Â Pepatah Bugis mengatakan,"Wilayah perempuan adalah sekitar rumah sedangkan ruang gerak laki-laki menjulang hingga kelangit". Artinya, laki-laki lah yang berkewajiban menafkahi keluarga dengan sekuat tenaga.Â
Adapun "Bissu" dalam sistem sosial yang merupakan kaum rohaniawan dalam kepercayaan Tolotang asli Bugis. Bissu menganggap bahwa dirinya tidak tergolong dalam jenis kelamin manapun. Peran Bissu dianggap sangat penting dan memiliki kedudukan status sosial yang tinggi. Suku Bugis mempercayai bahwa Bissu memiliki kekuatan supranatural dan dianggap sebagai orang sakti.Â
Dalam upacara adat Bugis, Bissu menjadi pendeta atau pemangku adat seperti menetapkan kapan hari baik untuk mengadakan agenda penting, seperti waktu untuk menanam padi, waktu untuk membangun rumah, waktu untuk penobatan pemimpin atau raja. Masyarakat suku Bugis sangat meyakini bahwa seorang raja yang tidak didoakan oleh Bissu maka tidak memiliki kewibawaan dalam memimpin rakyatnya.
3. Sistem Pengetahuan
- Sistem Pemerintahan dan Pengetahuan Suku Bugis Sebelum Merdeka: Pemerintahan suku Bugis sangat teratur. Mereka adalah kerajaan atau negara kecil yang dipimpin oleh raja atau penguasa adat. Kekuasaan dan pengaruh diwariskan melalui garis keturunan dalam pemerintahan tradisional dan sistem aristokrasi yang kuat.
- Keahlian dalam perdagangan dan navigasi: Suku Bugis terkenal sebagai pedagang dan pelaut. Mereka sangat mahir dalam navigasi dan sistem pelayaran tradisional. Mereka melakukan perdagangan ke berbagai wilayah Nusantara dan bahkan ke luar negeri.
- Sistem Kemitraan: Struktur kekerabatan Bugis sangat penting dan kompleks, dengan standar ketat mengenai hubungan keluarga, status sosial, dan tanggung jawab sosial.Budaya dan Seni: Seni dan budaya suku Bugis, yang mencakup seni tari, musik, dan sastra, sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan upacara adat.
- Sistem Pengetahuan Orang Bugis Setelah Kemerdekaan atas Efek Modernisasi: Kehidupan orang Bugis mengalami transformasi besar setelah kemerdekaan dan modernisasi. Gaya hidup dan nilai-nilai konvensional dipengaruhi oleh globalisasi, pertumbuhan ekonomi, dan kemajuan teknologi.
- Pembelajaran dan Literasi: Setelah kemerdekaan, orang Bugis lebih mudah mendapatkan pendidikan formal. Ketika literasi meningkat, sistem pengetahuan dan pola pikir berubah.Â
- Pergeseran dalam Struktur Sosial: Beberapa bagian dari struktur sosial tradisional berubah. Nilai-nilai kekerabatan masih penting, tetapi ada adaptasi terhadap perubahan sosial dan ekonomi.Â
- Perluasan Kota dan Kota: Pola hidup orang Bugis banyak berubah karena pertumbuhan kota dan urbanisasi. Banyak orang meninggalkan kehidupan pedesaan dan pindah ke kota-kota besar.
4. Sistem Mata Pencahariian Hidup
- Sebelum kemerdekaan: Suku Bugis pernah menjadi perompak. Selain menjadi perompak suku Bugis juga bekerja sebagai serdadu (prajurit) bayaran.
- Setelah merdeka: Wilayah suku Bugis terletak di dataran rendah dan pesisir. Oleh karena itu banyak suku Bugis yang menjadi petani, selain petani mereka juga menjadi nelayan dan pelaut. Kemudian suku Bugis juga suka merantau. Beberapa dari mereka suka hidup dan berdagang di tempat lain. Mungkin hal itu bisa disebabkan oleh sejarah suku Bugis yang suka mengembangkan perahu layar dan mereka juga meninggalkan sebuah prinsip niaga. Selain menjadi petani banyak dari suku Bugis yang dapat menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Kemudian ada juga yang dapat masuk kedalam dunia perpolitikan/pemerintahan di Indonesia yang membuat sebagian kecil masyarakat Bugis memiliki ekonomi yang lebih baik.
5. Sistem Teknologi dan PeralatanÂ
Menyangkut teknik memproduksi, cara memakai, dan memelihara segala peralatan yang ada. Teknologi muncul dalam upaya mengorganisir masyarakat yang memproduksi hasil hasil kesenian yang kemudian diperlukan untuk keberlangsungan serta kenyamanan masyarakat.
Peralatan yang digunakan umumnya digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan pertanian, menangkap ikan, berburu, serta membangun rumah sederhana. Mereka menggunakan alat sejenis pisau dan tombak untuk berburu secara langsun serta menggunakan beliung untuk berladang.Â
Dari sini terlihat bahwa meskipun dengan keterbatasan teknologi dan peralatan yang dimiliki, tetapi mampu untuk membuat sesuatu yang dapat membantu pekerjaannya. Menggunakan akal dan pikiran untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.
6. Kesenian
Kesenian dalam suku bugis itu sangat beragam seperti adanya tentang pakaian adat, rumah adat, ciri khas makanan, hal ini dapat disimpulkan bahwa suku bugis itu sangat unik dan keren. Pakaian adat Bugis yang paling populer itu disebut "Baju Bodo" untuk wanita dan "Baju Serangkai" untuk pria. Warna pakaian ini itu berwarna cerah dengan adanya motif-motif unik sebagai ciri khas tradisional dari suku bugis itu sendiri yang kaya sekali akan makna simbolis.
Rumah adat suku Bugis disebut dengan "Rumah Bola Soba" atau dalam bahasa indonesia disebut "Rumah Besar" rumah ini berarti tentang persahabatan. Sejarah tentang adanya rumah ini itu karna adanya rumah kesultanan Bone lalu jadilah rumah persahabatan dan adanya kerajaan bone pada masa lampau.
Makanan adat suku bugis itu "Kapurung". Kapurung itu makanan yang berbahan dasarnya dari sagu kemudian ditambahkan dengan beberapa jenis sayuran seperti daun bayam, buncis, tomat, jantung pisang, kacang panjang dicampur juga dengan seafood seperti ikan, udang, dan lain-lain. Lalu kapurung juga ditambahkan dengan bumbu sebagai penyedap rasa, bumbu inilah yang sangat menjadi ciri khas dari kapurun suku bugis itu sendirinya yaitu bumbu patikala yang berasa asam.
7. Bahasa
Bahasa bugis merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia, bahasa Bugis adalah bahasa yang digunakan oleh suku Bugis di provinsi Sulawesi Selatan, yaitu di kabupaten Maros, Pankajene Kepulauan, Kabupaten Luwu, Â Kabupaten Barru, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Wajo, Kabupaten Rappang, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, dan Kota Parepare. Bahasa Bugis juga digunakan di sebagian wilayah di Kabupaten Majene, Kabupaten Bululumba, dan Kabupaten Enrekang.
Bahasa Bugis ini termasuk kedalam rumpun turunan dari rumpun bahasa Austronesia. Dalam kelompok bahasa-bahasa Sulawesi Selatan, bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Campalagian.
Bahasa Bugis juga dikenal sebagai Basa Ugi. Konsonan dalam Basa Ugi ini dikenal sebagai Lontara yang berdasarkan tulisan brahmi. Bahasa Bugis (Ugi) sudah memiliki kesusasteraan tertulis sejak berabad-abad lamanya dalam bentuk lontar. Huruf yang dipakai ialah aksara Lontara, yaitu sebuah huruf yang berasal dari bahasa Sansekerta. Lontara ialah naskah klasik yang mengilustrasikan kehidupan manusia pada masa lampau. Di Sulawesi Selatan, terdapat tiga Lontara, yakni Lontara Pasang, Lontara Attoriolong, dan Lontara Pau-Pau Rikadong.
Simpulan
Dengan adanya keberagaman, membuat Indonesia memiliki kebudayaan-kebudayaan yang unik dan sangat menarik. Suku Bugis sendiri memiliki sisi budaya yang tidak semua orang dapat mengetahuinya. Melalui pembahasan tentang suku Bugis atas dasar konsep yang dicetuskan oleh Koentjaraningrat dalam 7 unsur kebudayaan universal, menjadikan poin-poin keberagaman menjadi terarah dan dapat dianalisis secara mendalam dan menyeluruh. Terlepas dari bagaimana globalisasi membawa dampak yang cukup signifikan dalam pola perubahan zaman, budaya tetap dinamakan budaya apabila terus diwariskan kepada generasi berikutnya dan tetap dijaga sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Saran
Melalui pembahasan terkait unsur budaya suku Bugis, diharapkan kita semua sebagai masyarakat turut memberikan dukungan kepada suku Bugis yang sedang merantau ke luar daerahnya. Jangan menganggap perbedaan sebagai suatu hal untuk memandang sesuatu secara negatif. Kita semua manusia berbudaya, maka kita semua wajib menjaga budaya kita dan melestarikannya. Karena kita adalah generasi penerus bangsa yang ingin tetap memiliki identitas budaya sebagai bagian dari sebuah rumah dan jati diri atas lestarinya suatu warisan.
Referensi:
Yusuf, M. (2012). BAHASA BUGIS DAN PENULISAN TAFSIR DI SULAWESI SELATAN.
Kelompok 6 Suku Bugis
Universitas Pendidikan Indonesia
•Alifa Izzatun Nisa
•Detia Adzra AthifahÂ
•Iriyanti
•Muhammad Rafi FauziÂ
•Rheind Perona SiregarÂ
•Shania Aulia Rahmania AnsharyÂ
•Susan Agustina PutriÂ
•Syasya Nur’aini RiswandyÂ
•Zahra Hasna SolihatÂ
Dosen Pengampu Mata Kuliah Antropologi: Mirna Nur Alia Abdullah. S. Sos, N. S
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H