Semenjak virus corona (Covid-19) ditemukan untuk pertama kalinya di Indonesia sekitar bulan Maret 2020. Virus ini membawa dampak besar bagi seluruh negara yang ada di dunia. Virus yang berasal dari Wuhan ini telah merubah kebijakan para kepala negara untuk melindungi warganya dari virus yang berbahaya ini.
Banyak sekali upaya yang dilakukan oleh pemerintah, seperti pembatasan kegiatan para warga dengan melaksanakan bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Semula pemerintah membatasi kegiatan selama 14 hari saja, kita semua berharap setelah 14 hari dapat melanjutkan Kembali aktivitas seperti biasa, namun sampai akhirnya idul fitri tiba, corona masih belum berakir. Bahkan sampai sekarang pun masih berlanjut, bahkan semakin banyak yang positif dengan masuknya  delta sebagai varian baru virus corona  dari India.
Menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan menjadi kewajiban yang dilakukan dalam keseharian. Banyak tempat umum yang menyediakan tempat cuci tangan, penyediakan hand sanitizer, mewajibkan semua pengunjung memakai masker, dan pengecekan suhu tubuh dengan thermogun kini menjadi pemandangan yang lumrah kita lihat di berbagai tempat.
Kebijakan di dunia Pendidikan tidak kalah menarik, pembelajaran dilakukan secara online (dalam jaringan), offline (di luar jaringan), dan blended (gabungan dari online dan offline). Hal ini harus disesuaikan dengan zona yang berlaku pada daerah tertentu. Apakah suatu daerah termasuk zona merah, oranye, kuning dan hijau. Keempat kategori tersebut berpengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Sekolah yang peserta didiknya memiliki sarana dan prasarana yang menunjang dapat menjalankan pembelajaran online tanpa hambatan, berbeda dengan sekolah yang berada di derah. Jangankan memiliki handphone, kadang yang memiliki handphone pun harus berpikir ulang saat membeli kuota, berebut dengan pembelian kebutuhan pokok sehari-hari.
Menjadi orang tua di massa pandemi jelas bukan hal yang mudah, peran sebagai pendidik perlahan harus dijalani, membimbing putra putri di rumah mengerjakan tugas-tugas sekolah menjadi makanan sehari-hari yang tidak bisa ditinggalkan. Belum lagi kebiasaan anak-anak yang biasanya lebih manja di rumah saat belajar dibandingkan dengan saat mereka lebih mandiri jika belajar bersama gurunya.
Berbagai penomena terjadi Ketika orang tua akhirnya beralih fungsi menjadi seorang guru di rumah, mereka yang memiliki kesabaran tinggi tentu berhasil dalam mendidik putra putri mereka, berbeda dengan orang tua yang minim pengetahuan untuk mendidik anak, kadang emosi yang meluap menjadikan orang tua menjadi kalap hingga ada juga yang akhirnya menganiaya anak saat mengerjakan tugas sekolah karena habis kesabarannya.
Meskipun kenyataan ini harus kita terima dengan lapang dada, hal ini seharusnya patut kita syukuri juga karena sebagai orang tua mendidik anak sudah merupakan kewajiban yang tidak bisa kita tawar lagi. Namun peran sebagai guru di rumah juga tetap mau tidak mau, harus kita jalankan untuk kesuksesan putra putri di masa mendatang. Bukankan saat kita sibuk dengan pekerjaan rumah tangga dan berbagai pekerjaan, dulu kita abai pada pendidikan anak di sekolah. Semua tugas mendidik diserahkan kepada guru di sekolah.
Kini tiba saatnya orang tua mengambil alih sebagian peran guru untuk mencapai tujuan pembelajaran, melalui bimbingan menyelesaikan tugas-tugas sekolah di rumah. Bukankah membersamai anak-anak mulai dari bangun tidur, beraktivitas di rumah, sampai akhirnya mereka tidur kembali adalah hal yang tidak pernah kita lakukan di masa lalu.
Hal yang bisa kita lakukan sebagai orang tua adalah berusaha berdamai dengan hati kita masing-masing, untuk menerima semua kenyataan di masa pandemi ini. Menikmati kebersamaan dengan mereka yang takkan pernah dapat kita ulang kembali saat mereka dewasa nanti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H