Mohon tunggu...
Susan Budhi Utomo
Susan Budhi Utomo Mohon Tunggu... Freelancer - Being a blogger is the way to heaven ^_^

The world is so big but life is too short

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Piknik Dadakan di Kota Doha, Qatar

30 Mei 2024   13:18 Diperbarui: 30 Mei 2024   13:57 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar : dokumen pribadi)

Sebenarnya tujuan saya traveling kali ini adalah negara Jordan atau Yordania tapi karena saya menggunakan Qatar Airways  maka saya harus transit di Ahmad International Airport di Doha, ibukota negara Qatar selama 15 jam karena tidak ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Yordania dan harga tiketnya yang paling murah saat itu hehehe, bila diperhatikan semua penerbangan Qatar Airways dengan pesawat lanjutan menggunakan maskapai yang sama mempunyai waktu transit lebih dari 8 jam di sana karena memang sepertinya strategi  untuk meningkatkan sektor wisata mereka kepada turis asing, letak wilayahnya yang strategis di pusat Timur tengah atau Middle East menjadikan  airport ini menjadi salah satu airport tersibuk di dunia yang melayani rute dari Asia Tenggara, Timur dan Selatan menuju benua Eropa, Amerika, Afrika dan Australia, dengan rute sebaliknya.


Nah... setelah cek sana sini ahaaii untuk WNI bebas visa masuk negara Qatar jadi sangat disayangkan bila tidak memanfaatkan situasi ini bagi jiwa petualang saya hihihi, memang nasib jadi warga +62 yang hobi traveling tapi paspornya lemah membutuhkan biaya ekstra dan proses bertele-tele untuk mendapat visa turis agar bisa masuk negara tertentu, kadang iri sama teman-teman turis dari negara lain yang mempunyai paspor kuat bisa bebas berkelana ke 8 penjuru arah mata angin di  seluruh dunia  hiks hiks hiks.

Saat tiba di Doha masih pagi jam 05.30 setelah menempuh penerbangan selama 9 jam dari Jakarta sehingga saya bisa ikut city tour yang pertama mulai jam 08.00 berangkat dari airport dengan menggunakan bis bersama turis lain dari berbagai negara dengan biaya sekitar Rp 500,000 untuk keliling kota Doha selama 3 jam.  Selama tur kami ditemani oleh seorang driver dan tour guide yang dari fisik keduanya sepertinya bukan orang lokal, memang banyak orang asing bekerja di Qatar karena tidak dipungut pajak penghasilan di sana.


Tempat pertama yang saya datangi adalah Museum of  Islamic Art yang baru dibangun tahun 2008 dan letaknya dipinggir teluk sehingga kita bisa melihat pelabuhan kecil disebrang dengan perahu-perahu mahal yang sedang berlayar dan beberapa sedang berlabuh di dermaga. Dari pintu gerbang sampai ke museum cukup jauh dengan jalannya yang menanjak ditumbuhi barisan pohon palem di sebelah kanan kirinya, rombongan kami tidak sampai masuk kesana karena jatah waktu yang diberikan hanya 10 menit jadi lebih banyak menikmati suasana dipinggir laut.


Selanjutnya tempat kedua adalah Katara Mosque yang mempunyai arsitektur sangat indah dan disebut sebagai replika dari the Blue Mosque di Turkiye tapi saya belum pernah dan belum tertarik pergi ke Turkiye jadi tidak bisa membandingkanya huhuhu, disampingnya terdapat jejeran bangunan dengan model sama dengan arsitektur sangat unik sehingga banyak yang bilang tempat ini campuran arsitektur dari berbagai negara-negara Arab.


Kemudian rombongan kami pergi ke Amphitheater  yang mempunyai arsitektur indah bergaya Romawi dengan sentuhan budaya Arab yang lokasinya masih di sekitar Katara Village Culture, tempat ini yang paling menarik di Doha menurut saya karena memang minat saya pada sejarah dunia.


Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah Souq Waqif, tempat shopping lokal seperti pasar tradisional serba ada yang menjual segala jenis belanjaan. Anda bisa menemukan penjual souvenir, fashion, makanan sampai penjual berbagai jenis burung hidup tapi yang paling menonjol adalah toko-toko parfum khas Arab yang menebarkan aroma harum tiap melawatinya dan disana banyak restaurant dan kedai makanan dan minuman juga bila anda lelah sehabis shopping. Arsitektur pasar ini simple tidak banyak detil, khas bangunan Arab tapi disitu letak keunikannya.


Sepanjang perjalan dalam bis, kami melewati bangunan-bangunan futuristik yang masih baru tidak berbeda jauh dengan kota-kota bisnis di negara-negara lain yang pernah saya datangi. Cuaca kota Doha sangat panas walau di bulan May tapi kering jadi tidak gampang berkeringat, berbeda dengan cuaca Jakarta yang panas tapi lembab sehingga baju gampang lengket bila beraktifitas di luar ruangan hehehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun