Mohon tunggu...
Susan Burg
Susan Burg Mohon Tunggu... -

Cuma saya dan Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berkaca

17 Desember 2009   09:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:54 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Mirror, mirror on the wall, who in the land is fairest of all?" - "Snow White is the fairest of them all."
Saya bukanlah tipe yang suka menghabiskan banyak waktu berkaca tapi saya teringat akan seseorang dan kata-kata bijak beliau. Sudah 3 hari suami ku sayang suami ku malang jatuh sakit, walau rasa khawatir ada namun rasa kesal pun ada, bagaimana tidak kesal ketika sebuah acara yang saya sudah nanti-nantikan dari beberapa bulan lalu yang akan di adakan hari ini tidak mungkin bisa kami hadiri lagi karena tahun lalu kami tidak bisa datang karena dia sakit, tahun ini pun dia jatuh sakit, padahal saya sudah di nasehati berkali kali agar tidak cepat emosi tapi memang saya yang masih belajar dan jauh dari sabar selalu saja terpancing oleh emosi, kalau dipikir-pikir acara apapun tidak penting dibanding sakitnya sang suami. Saat emosi mempengaruhi diri saya, terlontar kata-kata yang pedas dan menyakitkan, dan saya lihat suami saya hanya bisa bilang maaf sambil terkulai di tempat tidur dengan nada lemah. Teringatlah kata-kata kalau iblis dan malaikat sebenarnya ada di diri kita, seperti Yin dan Yang, hitam dan putih, siapa yang akan menang itu tergantung kepada diri kita sendiri, apakah kita mau melawannya atau membiarkan amarah dan emosi mengendalikan kita sehingga kita berubah sepenuhnya menjadi iblis, hati kecil menyuruh saya untuk berkaca, saya benar-benar tidak suka apa yang saya lihat di kaca, mata membelalak liar, hidung kembang kempis layaknya kerbau yang marah, muka merah dipenuhi rasa amarah dan rasa ingin teriak memperlihatkan taring-taring yang siap melontarkan kata-kata menyakitkan lagi, saat itulah saya membasuh muka dengan air yang dingin seperti es dan duduk menenangkan diri. Saya minta maaf kepada suami dan semua kembali normal walaupun butuh beberapa jam lamanya, saya menyadari ini bukan salah suami atau penyakit yang tiba-tiba datang, mungkin ini yang terbaik, siapa tahu kalau dipaksakan datang, ditengah jalan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, Tuhan Maha Mengetahui. Ketika suami memanggil saya untuk minta dibawa'kan se cangkir air teh madu, dia memegang tangan saya dan berkata terima kasih. Ketika habis menggosok gigi tadi pagi, saya tak sengaja menatap cermin yang memang tergantung di atas wastafel , tidak tahu kenapa saya merasa diri saya cantik di dalam cermin tersebut walaupun dalam kenyataannya saya baru saja bangun tidur, rambut seperti singa dan mata masih ada kotorannya, tapi bisa dibilang sekilas saya melihat sayap-sayap putih dibelakang saya, mungkin itulah rasanya apabila kita bisa mengendalikan rasa amarah, kemenangan hanya untuk diri sendiri dan hanya kita yang bisa merasakan, ketenangan adalah hadiahnya. Untunglah saya tidak sempat mengepalkan tangan dan memecahkan cermin ketika sedang marah seperti didalam film-film, saya rasa itu terlalu dramatis tapi yah namanya juga orang sedang marah apa saja bisa terjadi, saya harap saya bisa semakin sabar dan bisa mengendalikan diri ketika sedang marah lain kali. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun