musik easy listening ini terlalu mainstream.
Selama hidup, saya selalu menikmati semua lagu yang easy listening. Lagu dari seluruh genre saya nikmati, mulai dari dangdut, pop, rock bahkan nasyid. Namun setelah semua orang menyanyikan lagu yang sama, yang itu-itu juga, akhirnya saya merasaSampai suatu hari pada masa kuliah, saya menemukan lagu-lagunya Jamie Cullum. Era itu, Indonesia sedang dibanjiri lagu-lagu brit pop, namun musik yang diusung Jamie Cullum merupakan pengecualian. Dia orang Inggris yang menyanyikan pop jazz gumam saya waktu itu.
Saya juga merasa sok-sokan saja suka dengan jazz saat itu. Padahal satu jengkalpun saya tak mengerti musik jazz. Sekalipun tak pernah menguasai alat musik, namun saya merasa musik jazz itu beda dan unik.
Bukan karena jazz sudah dikenal dengan musik elit, sehingga acapkali dianggap sulit untuk dinikmati, namun sebuah musik seharusnya dinikmati sebagai sebuah simponi, bukan hanya sebatas enak untuk dibuat bersenandung dan diulang-ulang liriknya.
Jazz itu mengandung ritme, harmoni, alunan instrumen musik, nada yang berbeda. Bagi saya, lagu-lagu Jamie Cullum itu cocok di telinga saya yang masih pemula mengenal jazz. Tidak monoton bahkan seperti jazz pada umumnya, terasa spontan.
Pada masa itu, video klip Jamie Cullum yang terkenal adalah lagu Everlasting Love yang merupakan versi cover dari lagu yang pertama kali dipopulerkan Robert Knight pada tahun 1967. Lagu ini menjadi terkenal karena pernah menjadi soundtrack film "Bridget Jones: The Edge of Reason".
Video klip yang terkenal selanjutnya adalah lagu Mind Trick pada pada album Cathing Tales. Semakin saya ulik, lewat file-file mp3 yang membanjiri warnet saat itu, akhirnya saya menemukan lagu Photograph di album yang sama.
Akhirnya, lewat lagu photograph ini saya benar-benar menikmati jazz pop-nya Jamie Cullum. Bukan hanya lirik, sayapun menikmati semua musikalitas pada lagu itu, seluruh instrumen musiknya walau terdengar didominasi oleh piano, nada, ritme dan yang terakhir, seolah-olah lagu itu membawa kita terbang kepada ingatan masa lalu sesuai judul lagunya. Â
Sejujurnya, lagu ini timeless bagi saya sampai saat ini, padahal sudah 16 tahun lamanya. Lagu ini mengingatkan perjuangan masa kuliah kala itu. Seperti saya melihat foto-foto pada masa lalu. Seperti lirik lagunya:
When I look back on my ordinary, ordinary life
I see so much magic, though I missed it at the time"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H