Mohon tunggu...
Apriana Susaei
Apriana Susaei Mohon Tunggu... Administrasi - senang menulis apa saja

sedikit pengalaman, kurang membaca, jarang belajar dari orang lain, banyak merenung dan senang menulis apa saja

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menemukan Jamu pada Menu Sarapan Pagi di Hotel

12 Juni 2023   23:24 Diperbarui: 13 Juni 2023   00:17 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minuman Jamu (unsplash.com/fauzan)

Tidak banyak hotel yang menyajikan jamu pada menu sarapan pagi. Jamu pada sarapan pagi hanya saya temukan di hotel-hotel di daerah Jawa, saya bahkan belum menemukan hotel di luar jawa yang menyajikan menu jamu di sarapan paginya.

Mungkin ini ada kaitannya dengan tema sarapan pagi di mana lokasi hotel itu berada agar terkesan lokal, autentik dan tradisional, untuk alasan itulah kemungkinan jamu lebih banyak terdapat pada menu sarapan pagi di hotel-hotel wilayah Jawa. Seringnya, saya hanya menemukan jajanan pasar setempat di menu sarapan pagi di hotel-hotel di luar Jawa.

Buat saya, hotel di wilayah Jawa yang menyajikan jamu pada menu sarapan pagi, menunjukkan seberapa bagus kualitas hotel tersebut. Saat ini, menu Jamu di hotel malah dianggap "berkelas." Hotel yang menyajikan menu jamu, terbilang dapat dihitung jari, bahkan untuk ukuran hotel bintang empat dan lima.

Menu Jamu yang standar yang biasa saya temui di hotel yang menyajikan jamu pada sarapan pagi adalah Beras Kencur, Temulawak Dan Kunyit Asam. Di beberapa hotel yang autentik yang pernah saya kunjungi di Yogyakarta seperti Hotel Tentram dan Hotel Ambarukmo malah lebih lengkap. Mereka menyajikan juga menu Kayu Secang sebagai menu jamu.

Bukan hanya di Yogyakarta, jamu juga disajikan pada menu sarapan pagi di hotel-hotel yang saya kunjungi di Surabaya, Semarang, Bandung bahkan Bintaro. Jamu di hotel-hotel tersebut bersanding dengan menu-menu Western, menu-menu dari negara-negara asean dan tentu saja menu indonesia.

Beberapa waktu lalu, Menparekraf sempat mewacanakan jamu sebagai welcome drink di hotel-hotel. Bahkan, tujuan pengembangannya disebut-sebut sebagai pada wellness tourism.

Hal ini sangat beralasan, pada saat negara ini dilanda pandemi, saat di mana orang-orang hanya mengunjungi hotel hanya untuk staycation. Jamu pada menu sarapan pagi biasanya juga sangat diminati oleh pengunjung hotel. Banyak di antara mereka bahkan percaya jika jamu dapat menyembuhkan penyakit covid-19 saat itu.

Jamu di hotel disimpan dalam botol-botol  jamu yang terbuat dari kaca yang biasa dibawa oleh pedagang jamu gendong, ditutup dengan daun pisang, atau penutup dari kayu maupun plastik. Jamu pada menu sarapan pagi ada yang disajikan dalam keadaan hangat dan dingin. Agar Jamu tetap dingin biasanya disajikan dalam botol kaca di ember alumunium yang berisi es batu.

Adakalanya di beberapa hotel, setiap pelanggan hotel yang ingin menikmati jamu, dilayani oleh perempuan berkebaya dan berdandan seperti "mbok jamu" sungguhan. Mereka melayani sembari ditemani bakul-bakul gendong khas penjual jamu.

Minum Jamu saat dingin maupun hangat bagi saya tak masalah, toh khasiatnya tetap sama. Jamu sudah sejak dahulu dikenal sebagai minuman herbal yang menyehatkan, dapat menjaga stamina dan imun tubuh.

Bagi saya, minum jamu merupakan mood booster, sumber energi di pagi hari, tak berbeda dengan mereka yang terbiasa meminum kopi untuk memulai hari. Padahal saya sama sekali bukan orang yang terbiasa meminum jamu sejak kecil.

Namun saat beranjak dewasa, kesadaran akan khasiat minum Jamu ternyata semakin meningkat. Tak hanya saat menginap di hotel, bahkan ketika badan sudah merasa "tak enak," saya biasanya pergi ke dapur mengiris-iris jahe dan kunyit, merebusnya dan menambahkan kayu manis dan jeruk nipis. Terkadang saya tambahkan cengkih dan madu saat saya meracik jamu buatan sendiri.

Bacaan dan tontonan beberapa tahun terakhir memang sudah mengubah cara pandang saya terhadap Jamu. Saya terpengaruh terhadap ungkapan seperti: orang lokal lebih sehat jika makan dan minum sesuai bahan-bahan yang berasal dari tempat di mana dia tinggal, manusia lebih sehat jika memakan bahan makanan yang tumbuh langsung dari tanah seperti rimpang--bahan untuk membuat jamu, seperti halnya manusia yang secara kodratiah terbuat dari tanah. Leluhur sudah membuktikan, minum jamu memang menyehatkan.

Untuk itulah, saat saya akan menginap di hotel, biasanya saya sering memperbandingkan hotel berdasarkan menu sarapan paginya. Informasi itu kadang saya dapatkan dari pengalamanan, cerita orang, bahkan lewat ulasan orang-orang pada aplikasi perjalanan.

Jika hotel tersebut menyajikan jamu pada menu sarapan pagi, maka saya tak ragu lagi untuk memesannya. Bagaimana dengan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun