Pep Gurdiola dan Sir Alex Ferguson saat ini sedang menjadi bahan perbandingan penggemar sepakbola di seluruh dunia. Jika Pep bisa memenangkan tiga trofi (treble) yang mungkin diraih musim ini, maka hal ini disebut-sebut akan menyamai perolehan Sir Alex.
Lebih dari itu, penggemar sepakbola juga menilai Pep dapat menyamai raihan trofi Sir Alex lebih cepat atau hampir setengah periode Sir Alex melatih. Pep juga dinilai lebih baik karena mampu mengalahkan Sir Alex dua kali di Final Liga Champions Eropa.
Namun Pep dinilai cukup beruntung dan pencapaiannya dianggap mudah karena memiliki pemain-pemain bintang. Berbeda dengan cara Sir Alex, dia mampu menggunakan dan mengembangkan pemain-pemain akademi untuk meraih kejayaannya. Beberapa diantaranya bahkan menjadi pemain kelas dunia.
Banyak juga yang tidak setuju dengan perbandingan ini. Menurut mereka, keduanya berada pada era dan memiliki gaya sepakbola yang berbeda. Keduanya dianggap mengubah wajah sepakbola dari berbagai sudut pandang, Pep dianggap mengubah gaya sepakbola modern di era kekinian, sementara Sir Alex mampu mengangkat pamor Liga Inggris menjadi liga yang populer dan terbaik di dunia serta dianggap mem-branding industri sepakbola melalui Manchester United.
Guru dan Murid
Bukan hanya piawai menjadi pelatih, mereka juga dianggap sukses membentuk pelatih-pelatih hebat. Pep bahkan dianggap telah sukses menjadi guru bagi Xavi di Barcelona, Mikel Arteta di Arsenal dan Vincent Kompany dengan Burnley, tiga tim tersebut bahkan saat ini sedang menduduki puncak klasemen di liganya masing-masing.
Anak didik Sir Alex sebagai pemain yang kemudian menjadi pelatih sukses juga tak kalah banyak. Diantaranya Gordon Strachan dengan Celtic di musim 2005 sampai 2008, Bryan Robson, Steve Bruce dan Mark Hughes. Saat ini, Michael Carrick dianggap sebagai anak didik Sir Alex yang diramalkan menjadi pelatih top di era kekinian.
Namun, di antara dua orang tersebut tidak sedikit penggemar sepakbola yang lebih memilih Johan Cryuff sebagai pelatih yang terbaik di atas keduanya. Cruyff sendiri dianggap sebagai guru besar Pep. Ajaran Cruyff dianggap menjadi rujukan Pep dalam meracik strategi permainan dan mengatur positioning para pemain.
Pep mengatakan Cruyff telah merevolusi sepakbola modern. “Cruyff adalah yang terbaik, membuat sesuatu yang baru itu sangat sulit, membuatnya dan mengembangkan hal tersebut dan bahkan membuat orang mengikutinya adalah hal yang sangatlah sulit” ujar Pep pada Guardian, (7/10/2016).
Sir Alexpun mengakui ia telah telah belajar banyak dari Cruyff. Saat mengalahkan Barcelona-nya Cruyff tahun 1991 di Final European Cup Winners, dia mengakui sulitnya memenangkan laga tersebut. Banyak yang menganggap kemenangan tersebut menjadi titik balik Sir Alex di kancah eropa, tanpa kemenangan atas Cruyff saat itu, Sir Alex dianggap akan sulit melangkah dan berbicara banyak di kompetisi Eropa beberapa tahun kemudian.
Bukan hanya kemenangan, pada tahun 1994, Sir Alexpun pernah dikalahkan Cruyff dengan skor 4-0 di liga Champions Eropa. Sir Alex mengatakan, pertandingan tersebut menjadi pelajaran berharga untuknya. Barcelona-nya Cruyff mengajarkan pentingnya penguasaan bola di laga penting. Bahkan pengusaan lini tengah dan teknik menyerangnya kemudian diterapkan oleh Sir Alex di Manchester United.
Warisan
Menjadi pelatih legenda tidak hanya diukur dari berapa jumlah trofi yang diraih. Melainkan seberapa besar warisan (legacy) yang diberikan untuk sepakbola. Pep dan Sir Alex mungkin pelatih yang sudah meraih banyak trofi, namun warisan Cruyff jauh lebih banyak memengaruhi dan telah merevoluasi wajah pada sepakbola modern saat ini.
Filosofi Cruyff (Cruyffism) dianggap telah menjadi legacy untuk sepakbola modern khususnya di Eropa. Flowing Football-nya Pep Guardiola, High Pressing-nya Juergen Klopp dan Ralf Ragnick juga dianggap membawa elemen Cryuffism. Cruyff dianggap mampu mengawinkan sepakbola indah dan kemenangan melalui total football.
Filosofi Cruyff dengan total football-nya telah membentuk prinsip dasar dalam sepakbola moden saat ini, yaitu penguasaan bola. Highpress ketika kehilangan bola dan merapatkan ruang saat lawan menguasai bola. Penggunaan perangkap offside yang proaktif dan menjadikan penjaga gawang sebagai sweeper.
Membandingkan Pep dan Sir Alex memang sah-sah saja, karena keduanya punya keunggulan masing-masing. Pep dan Sir Alex juga mungkin dianggap menjadi sosok pelatih terbaik pada eranya masing-masing. Namun jangan lupa, dari kedua nama itu Johan Cruyff-lah yang telah menginspirasi pencapaian keduanya. Bahkan melalui Cryuff, keduanya juga dianggap telah mengubah wajah sepakbola modern saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H