Dalam dunia perguruan tinggi,bagi warga kampus (mahasiswa) setelah perjuangan kurang lebih 4 tahun melepas status mahasiswa dengan gelar sarjana merupakan dambaan dan impian seorang mahasiswa.tak terkecuali dengan penulis juga mengharapkan secepatnya melepas status mahasiswa.Penulis sudah lebih 4 tahun kuliah,tapi belum mendapatkan gelar sarjana.Namun disini penulis bukan mau membahas alasan penulis lama wisuda.disini penulis hanya ingin merenungi nasib mahasiswa setelah mendapatkan gelar sarjana.
Dalam prosesi wisuda sering dinyanyikan bermacam-macam lagu, dari “Indonesia Raya”, mars dan himne universitas,lagu nasional,hingga pop kontemporer sebagai suplemen.Mahasiswa pun terhanyut karena bangga dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi (PT). sehingga terkadang kebanggaan karena telah bergelar sarjana dan juga dengan mendapatkan IPK yang tinggi membuat sebagian besar mahasiswa angkuh karena menganggap dengan gelar S1 bakal gampang meraih segalanya. Mereka beranggapan, ijazah adalah ikon penghasil kehidupan. Padahal Faktanya tidaklah demikian. Seusai diwisuda, mayoritas sarjana menambah angka penganggur terdidik dengan grafik berfluktuasi setiap tahun. Lihat saja sekian banyak sarjana mengemis pekerjaan namun karena tidak seimbangnya antara lulusan perguruan tinggi dengan lowongan pekerjaan yang tersedia menyebabkan membludaknya pengganguran terdidik.
Saat ini para mahasiswa yang telah bergelar sarjana sebenarnya telah mengalami masa stress yang sangat tinggi. mau tidak mau mereka harus berhadapan dengan 300.000 lulusan setiap tahunnya untuk memperebutkan kuota lapangan pekerjaan yang terbatas. Bagi sebagian orang, mereka tidak berpikir berat karena mereka mungkin memiliki bisnis keluarga yang mampu menjamin ekonomi dari keluarganya itu sendiri,namun lain cerita bagi seseorang yang murni.tentu masih harus berjuang mencari pekerjaan.
Banyaknya pengangguran terdidik di dalam suatu bangsa tentunya menjadi masalah besar.oleh karena itu dalam mengurangi banyaknya pengganguran terdidik, peran perguruan tinggi sangatlah dibutuhkan,seperti kita ketahui dalam dunia pendidikan kita saat ini,mahasiswa/pelajar lebih diajarkan Teori bukan praktek kerja.sehingga dengan hanya mengajarkan teori saja maka ketika semester habis maka habis pula pelajaran teori yang ada di otak mahasiswa. Sementara persaingan dunia kerja semakin ketat. Oleh karena itu sudah saatnya Perguruan Tinggi lebih memfokuskan mahasiswa untuk terjun ke dunia kerja, bukan hanya teori yang diterima mahasiswa tetapi praktek kerja wajib menjadi bagian kurikulum dalam Perguruan tinggi. Karena seperti kita ketahui pada dasarnya Para sarjana kuliah bertahun-tahun di kelas namun pada kenyataannya dunia kerja berbeda dengan dunia perkuliahan yang didapatkannya, mungkin teori yang diterimanya kurang lebih 4 tahunan hanya berfungsi 10-20% di dunia kerja.
Dan juga sebagai mahasiswa, mari kita merenung sejenak: setelah menjadi sarjana nanti,selanjutnya hendak berlayar ke mana?. Dengan merenungkannya semoga kita tak lg terlena dalam euforia mahasiswa yang hendak diwisuda.sehingga demi menghindari menjadi penggangguran terdidik setelah diwisuda nanti,selagi masih ada waktu maka pergunakanlah sebaik-baiknya,persiapkan diri, dengan menambah ketrampilan khusus di luar pelajaran di Perguruan Tinggi sehingga menjadi nilai lebih ketika menjadi seorang sarjana.buang pemikiran yang selama ini berkembang di lingkungan kampus,yang mana sebagian mahasiswa masih mempercayai bahwa nilai yang tinggi akan menjamin menjadikan mereka sukses, padahal tidak,Di era saat ini nilai tidak lagi menjadi jaminan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H