[caption id="attachment_194279" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin(shutterstock)"][/caption] Blog yang pertama sekali dipopulerkan oleh PyraLab dengan layanan blogger.com, yang pada awalnya hanya digunakan sebagai media penyaluran hobby menulis dan corat-coret oleh pemiliknya Evan Williams. Namun sejalan dengan meluasnya akses internet, dunia blog semakin variatif dan profesional dengan konten-konten bermutu. Hingga Blog terus berkembang dan menjadi trend tersendiri terutama di Indonesia. Di Indonesia sendiri Saat ini sudah banyak blogger mengelola blog pribadinya dengan tulisan-tulisan bermutu sehingga bisa menjadi sumber bacaan yang menarik, cepat, dan bisa dipercaya. Media-media di Indonesia juga tidak mau ketinggalan,seperti halnya media kompas yang membuat blog khusus warga sebagai wadah untuk menulis yang diberi nama kompasiana. Dari kaum remaja,mahasiswa. Dan Tidak mau ketinggalan, karyawan, ibu rumah tangga, pebisnis, guru, dosen, hingga politikus pun turut meramaikan blog kompasiana saat ini. Tema yang diangkat dalam blog kompasiana ini pun bermacam-macam. Ada yang berisi postingan (tulisan) santai dan ringan tapi menyegarkan, berisi tips dan trik bisnis, motivasi dan inspirasi, Cerpen dan puisi, hingga yang membahas politik, ekonomi dan aneka kesenjangan sosial. Bahkan para ibu rumah tangga sudah banyak menulis resep masakan melalui blog kompasiana ini. Namun tak bisa dipungkiri, Dikompasiana ini juga sering digunakan beberapa kompasianer sebagai ajang adu pendapat, umpatan, kritik, hinaan dan memojokkan lawan diskusi nya. Berbicara dalam hal bertata karma,Jika saya boleh berpendapat. Kompasiana seperti halnya situs jejaring sosial lainnya, maka warga kompasiana pun harusnya tetap memperhatikan etika yang ada sehingga apa-apa yang dilakukan di kompasiana tidak menimbulkan keresahan bagi kompasianer lainnya. Maksudnya,kompasiana memang berada di dunia maya. Melalui kompasiana bertemu orang dan bersosialisasi lewat dunia maya. Ya manusia berdomisili di alam non-nyata. Berbeda dengan kehidupan nyata layaknya ada jabat tangan, saling merasakan, dapat bertemu muka, dan lainnya. Masalahnya, apakah karena cuma sebatas di dunia maya, para kompasianer dapat begitu saja untuk menulis atau mengkomen tulisan kompasianer lainnya tanpa memahami etika sosial? Kompasiana meski berada di dunia maya, ternyata menyangkut tata krama atau tertib sosialnya tidaklah jauh berbeda dengan kehidupan nyata. Pemilik akun kompasiana sama persis seperti mengelola sebuah rumah. kompasiana adalah terasnya sebuah rumah, posisinya berada paling di depan. Jadi, kalau teras rumah rapi, ditata apik, dan bersih, tentu itu merupakan cerminan dari suasana batin dan hati si pemilik rumah. Sebaliknya, kalau pemilik rumah tidak merawat teras rumahnya, kursi tidak diletakkan pada posisi seharusnya. Bunga tidak disiram atau tata letaknya berantakan, pertanda si pemilik rumah bukan orang yang telaten dan menghargai anugrah yang diberikan kepadanya. Begitu pula kompasiana, kalau tulisannya atau komentarnya, tidak memperhatikan etika yang mungkin mengganggu kompasianer lainnya, memang itulah karakter aslinya. Saat menulis atau memberi komentar tulisan orang lain harus didudukkan kompasiana sebagai sarana sosial. Tentu banyak rambu, etika atau tata krama yang seharusnya dipatuhi agar aktifitas dalam menulis di kompasiana terasa lebih ramah, lebih sehat, menyenangkan, dan agar tidak mengganggu orang lain serta menjaga martabat diri sendiri. Tulisan maupun komentar seorang kompasianer sesungguhnya mewakili sikap kecerdasan emosional, spiritual, intelektual dan sosialnya. Dengan begitu sangat identiklah kalau kompasiana adalah simbol dari sikap karakter sesungguhnya dari si pemilik akunnya. Penting pula dipertimbangkan, kompasiana memang seperti rimba belantara yang liar. Siapa pun bisa membuat akun disini. Dengan membuat akun palsu siapa pun bisa mengkomentari tulisan kompasianer lainnya dengan bahasa kasar atau pun menciptakan suasana gaduh. Tetapi kembali kepada kita semua warga kompasiana. Kompasiana memang berada di dunia maya tetapi dikelola dan dikendalikan manusia yaitu para kompasianer. Kalau manusianya diisi orang baik tentu kompasiana juga pasti baik dimata para pembaca yang sering menjadikan kompasiana sebagai bahan bacaannya.Sebaliknya kalau manusianya di isi orang kasar tentu kompasiana juga pasti buruk di mata para pembaca. Saran saya,alangkah baiknya media kompasiana ini dijadikan untuk pembelajaran, berdebat atau berdiskusi tentang apa saja yang sehat dan menjaga tata krama. Tempat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih, media mencerdaskan dan membangun silaturahim antarmanusia meski berada di belahan daerah atau kota, bahkan berada di Negara lain. Prinsipnya menulis atau mengkomentari tulisan kompasianer lainnya dengan tidak sopan memang hak siapa saja. Lalu pertanyaanya adalah: Untuk apa mengumbar sesuatu yang tidak sehat, kalau itu justru menunjukkan kelemahan pribadi si pemilik akun.? Selamat Pagi para kompasianer Salam hangat ala SBSR Heehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H