Mohon tunggu...
Suryono Brandoi Siringoringo
Suryono Brandoi Siringoringo Mohon Tunggu... Jurnalis -

Aku bukan seorang optimis yg naif yg mnghrapkan harapan-harapanku yg dkecewakan akan dpnuhi dan dpuaskan di masa dpan. Aku juga bukan seorang pesimis yg hdupnya getir, yg trus menerus brkata bhw masa lampau tlh mnunjukan bhw tdk ada sesuatu pun yg bru dbwah matahari. Aku hanya ingin tmpil sbg manusia yg membwa harapan. Aku hdup dgn kyakinan teguh bhw skrng aku bru mlhat pantulan lembut pd sbuah kaca, akan tetapi pd suatu hari aku akan brhdpan dgn masa dpn itu, muka dgn muka.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bangsa Miskin yang Sangat Konsumerisme

22 Januari 2012   06:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:35 2553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13272134362139348979

[caption id="attachment_165370" align="alignnone" width="200" caption="Ilustrasi perilaku konsumerisme (Oleh Briando.s)"][/caption] Ditengah keadaan ekonomi Indonesia yang masih jauh dibawah Negara lain. Masyarakat kita malah semakin dikendalikan budaya konsumerisme. Besarnya peningkatan permintaan terhadap barang-barang teknologi seperti yang diberikatan di beberapa media sejak tahun-tahun lalu hingga sekarang,telah menunjukkan perilaku konsumtif bangsa Indonesia yang semakin memprihatinkan. Tiada hari tanpa belanja dan membeli. Masyarakat kita pun akhirnya semakin sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Mungkin anda pernah memperhatikan beberapa counter handphone yang selalu ramai saat hari-hari biasa dan membludak di hari libur. Survey membuktikan bahwa, banyak diantara kita yang mempunyai telepon seluler lebih dari satu. Keberadaan dua sampai tiga telepon seluler disaku bagi sebagian besar masyarakat kita saat ini tidak lagi menjadi sesuatu hal yang aneh,namun sudah lumrah. Apple, BlackBerry dan Htc merupakan segelintir brand yang menghiasi saku-saku banyak orang saat ini,tentunya dengan dibantu HP-HP lokal lainnya. Padahal di tengah ekonomi bangsa yang sedang cukup parah kita malah semakin royal terhadap barang-barang mewah tersebut. Sikap royal dan perilaku konsumtif bangsa Indonesia ini menjadi sasaran empuk para produsen barang teknologi,terutama HP,Netbook maupun Netbook. Keadaan ini tanpa disadari merupakan salah satu bentuk penjajahan baru untuk negeri ini.dan juga memacu masuknya invasi produk asing di dalam negeri kita. Sadar atau tidak,bahwa perilaku konsumtif ini membuat kita akan mengesampingkan kebutuhan yang lebih penting demi mendapatkan barang yang di inginkan namun tidak dibutuhkan. Karena Konsumerisme mengajarkan agar semua keinginan dipandang sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Contoh kongrit nya kita lihat banyak ABG dan Mahasiswa yang rela ‘’Mencuwil’’ uang SPP atau uang kuliah’’ mereka demi mendapatkan suatu barang teknologi yang mereka inginkan. Bisakah kita bayangkan generasi muda bangsa sedang dijajah?. Tidak sampai disitu saja,selain uang spp ataupun uang kuliah tidak jadi dibayar,status disekolah atau dikampus juga terancam. Kalau sudah begitu,belajar pun tak lancar. Belum lagi uang buku dialihkan. Sudah enggan membaca,buku pun tak punya. Lantas jika pendidikan sudah tidak penting lagi,apakah yang kita harapkan lagi?. Tingginya tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang-barang teknologi  tidak terlepas karena banyaknya iklan-iklan produk terbaru yang begitu piawai membujuk konsumen, baik media cetak,elektonik maupun internet yang menayangkan barang-barang teknologi tersebut. Kita juga sering mendapati banyaknya artis-artis,public figure sampai politisi yang menggunakan barang-barang teknologi yang lagi trend seperti BlackBerry. Sehingga hal ini yang pada akhirnya menuntun mereka membeli atau minimal mencari informasi apapun terkait dengan barang teknologi tersebut.  Kebutuhan akan barang teknologi terbaru saat ini,tampaknya memang menjadi ‘keharusan yang kurang lazim’ bagi sebagian orang. Selain karena lagi tren,juga karena melihat fungsi dan tampilannya yang menjadikan si pemilik terlihat beken dan mobile. Fenomena tersebut menjelaskan bahwa,status sosial seseorang ditandai dari kemampuannnya memiliki produk-produk baru dan mewah.seseorang akan merasa diri bukan bagian dari modern bila melewatkan hiruk-pikuk kepemilikan teknologi modern. Sehingga kehidupan dikendalikan oleh mereka yang mampu mendikte atas apa saja yang harus dibeli. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita menjaga perilaku konsumtif kita, jika kita masih mempunyai barang yang layak pakai,mengapa mesti menggantinnya atau bahkan menduplikatkannya. Disamping menghabiskan uang,kebutuhan kita yang lain juga terhambat karenannya.  Kita seharusnya tergugah agar menyadari bahwa manusia bukan semata-mata sebagai alat produksi. Manusia hidup bukan hanya untuk kepentingan materi,yang kerap menjadikan manusia bermusuhan satu sama lain. Semoga saja kita bisa berhenti menjadi korban stimulasi dan konsumerisme serta menutup ruang dan waktu untuk hal-hal yang bisa menjajah. ‘’Semoga’’

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun