Mohon tunggu...
Suryono Brandoi Siringoringo
Suryono Brandoi Siringoringo Mohon Tunggu... Jurnalis -

Aku bukan seorang optimis yg naif yg mnghrapkan harapan-harapanku yg dkecewakan akan dpnuhi dan dpuaskan di masa dpan. Aku juga bukan seorang pesimis yg hdupnya getir, yg trus menerus brkata bhw masa lampau tlh mnunjukan bhw tdk ada sesuatu pun yg bru dbwah matahari. Aku hanya ingin tmpil sbg manusia yg membwa harapan. Aku hdup dgn kyakinan teguh bhw skrng aku bru mlhat pantulan lembut pd sbuah kaca, akan tetapi pd suatu hari aku akan brhdpan dgn masa dpn itu, muka dgn muka.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apa yang Terjadi dengan Mahasiswa?

1 Maret 2012   13:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:41 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13306097121479112966

Peran mahasiswa untuk mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik sangatlah besar. Melalui aksi ditengah terik matahari, diguyur hujan dan debu jalanan mereka berteriak kencang menyuarakan perasaan rakyat yang gelisah melihat anomali politik dan anomali sosial yang marak dan semakin menjadi-jadi merupakan lahan perjuangan untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik. Tahun 1998, menjadi satu catatan Tragis dalam sejarah perubahan di Indonesia. Dilatarbelakangi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, dimulai usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswa. Momen ini kemudian berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa bidang, khususnya sistem pemerintahan. Dan Gerakan mahasiswa tahun 1998 adalah salah satu faktor pendobrak bagi terciptanya kebebasan sipil politik yang tersandera selama 32 tahun lamanya.

Namun kini pergerakan mahasiswa telah bergeser,Sebagian besar mahasiswa di era sekarang ini, hanya mengejar gelar. Mahasiswa seakan-akan tidak peduli dengan segala kebutuhan masyarakat tehadap pemerintah. Kalau pun masih ada segelintir mahasiswa yang masih mau menyalurkan amanat dari masyarakat dengan cara yang baik.namun yang menjadi pertanyaan apa aksi turun ke jalan yang dilakukan mahasiswa sekarang benar-benar murni untuk kepentingan publik.? Adalah ironis bila aksi itu berjalan berdasar kepentingan materi (uang) dan terkadang tanpa mengetahui pokok permasalahan. Bukan menjadi rahasia umum lagi kondisi saat ini dimana aksi mahasiswa turun ke jalan justru lebih kental dengan semangat pesanan dari pihak-pihak tertentu. Banyak mahasiwa yang sengaja dibayar untuk melakukan demonstrasi tanpa mengetahui pokok permasalahan yang diperjuangkan. Ketika para aktivis sudah dikendalikan oleh uang,aksi turun jalan tidak lagi menarik dan ironis. Jadi maklum kalau banyak masyarakat antipasti dengan munculnya aksi-aksi mahasiswa. Mereka sepertinya kurang simpati,karena aksi mahasiswa tidak lebih dari sekedar sumber kemacetan lalu lintas. Masyarakat sudah mulai kritis terhadap aksi mahasiswa yang hanya pesanan. Sehingga masyarakat tidak tertarik bergabung dengan demonstrasi mahasiswa .Sungguh tidak bisa dibayangkan,bagaimana masa depan bangsa ini jika mahasiswa nya saja,enggan turun ke jalan tanpa dibayar.

Jika dulunya mahasiswa terlihat garang terhadap birokrasi dan pernah menjadi momok menakutkan bagi aparat birokrasi yang berkuasa saat itu,dimana pada mahasiswa era reformasi,kala itu kepiawaian dan kelihaian mahasiswa dalam menebar angin perubahan kepada masyarakat Indonesia terbukti bagi tumbuhnya benih reformasi 1998.maka mahasiswa saat ini cendrung berpikir realistis, yakni memandang bahwa mereka butuh uang dan ketenaran untuk hidup di zaman ini. Bukan justru mencari cara agar persoalan bangsa bisa teratasi. Akibatnya pergerakan kini melempem, bak singa buas yang kekenyangan setelah diberi makan, dan memilih untuk tidur daripada memikirkan anaknya yang belum makan.Apa yang terjadi dengan mahasiswa?.kenapa mahasiswa seakan tidak mau tahu dengan yang terjadi di depan matanya?. Mahasiswa yang seharusnya menjadi jembatan penghubung aspirasi masyarakat ke pemerintah kebanyakan malah menjadi makelar yang siap menjadi abdi pejabat.Why?

Selain mahasiswa sekarang yang mengalami degradasi, baik dari segi intelektualisme, idealisme, patriotisme, maupun semangat jati diri mereka, cenderung untuk berpikir pragmatis dalam menghadapi persoalan.Hal ini dapat kita lihat pada Beberapa Bulan bela­kangan ini,dimana di media massa, baik cetak maupun elektronik dihiasi pemberitaan mengenai tawuran para calon intelektual muda, mahasiswa. Tentu kita semua merasa prihatin dengan aksi tawuran yang sering terjadi dalam dunia kampus. Masyarakat seolah hendak berkata ”Bagaimana kamu bisa membantu masalah bangsa ini? Sementara permasalahan kecil  saja tidak mampu diselesaikan. Di manakah embel-embel inte­lektual yang melekat pada mahasiswa. Inikah calon pe­mimpin bangsa?

[caption id="attachment_174426" align="alignnone" width="455" caption="TAWURAN MAHASISWA(antarafoto.com)"][/caption]

Di tengah buruknya kinerja pemerintah kita yang berkuasa saat ini,yang mana mereka senantiasa terus menerus melukai hati rakyat,Peran serta dalam menyumbangkan ide dan tenaga dalam mengubah kondisi sosial pun seharusnya jadi kewajiban bagi mahasiswa.Mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa perlu kira­nya kembali memahami dan menyadari Betapa beratnya tanggungjawab untuk melanjutkan proses regenerasi bangsa ini,maka dari itu mari tanggalkan kostum pragmatism material yang memikat kita selama ini. Sudah cukup kita menutup mata dan telinga,bangsa ini membutuhkanmu demi merubah bangsa ini kearah yang lebih baik. Jadilah parlemen jalanan yang betul-betul menjadi jembatan penghubung aspirasi masyarakat meski tanpa dibayar karena kebijakan yang tak prorakyat dan perilaku kejahatan pejabat terhadap negara harus dilawan. mahasiswa masuk ke suatu universitas untuk menimba ilmu, bukan malah menjadi preman.seharusnya kita beradu dalam hal pemikiran intelektual, kreativitas, dan pengabdian kepada masyarakat bukan malah adu pukul dan lempar batu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun