Mohon tunggu...
Suryono Brandoi Siringoringo
Suryono Brandoi Siringoringo Mohon Tunggu... Jurnalis -

Aku bukan seorang optimis yg naif yg mnghrapkan harapan-harapanku yg dkecewakan akan dpnuhi dan dpuaskan di masa dpan. Aku juga bukan seorang pesimis yg hdupnya getir, yg trus menerus brkata bhw masa lampau tlh mnunjukan bhw tdk ada sesuatu pun yg bru dbwah matahari. Aku hanya ingin tmpil sbg manusia yg membwa harapan. Aku hdup dgn kyakinan teguh bhw skrng aku bru mlhat pantulan lembut pd sbuah kaca, akan tetapi pd suatu hari aku akan brhdpan dgn masa dpn itu, muka dgn muka.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kalau Dulu Orang Bertanya, Eh, No. HP-mu Berapa? Sekarang Orang Bertanya, Eh, PIN BB-mu Berapa?

4 Maret 2012   10:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:31 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1330857423823490212

[caption id="attachment_174824" align="alignnone" width="395" caption="BlackBerry(MasCipul.com)"][/caption] BlackBerry…ohh BlackBerry….Siapa yang tak mengenal ponsel pintar yang satu ini. Meski keadaan ekonomi Indonesia yang masih jauh dibawah Negara lain tapi pengguna gadget yang satu ini sangat banyak di Negara kita. Dengan layanan khusus di luar fungsi komunikasi biasa, maka berbagai macam fitur yang memanjakkan pengguna sampai dengan pengguna penjelajahan internet dengan mudah kita dapatkan. Sehingga harga perangkat dan harga akses berlangganan pun dianggap tidak menjadi masalah untuk membeli gadget ini. BlackBerry seolah telah menjadi semacam Sign atau symbol gaya hidup modern saat ini. Kebutuhan akan barang teknologi terbaru yang satu ini,tampaknya memang menjadi ‘keharusan yang kurang lazim’ bagi sebagian orang, khususnya bagi remaja Indonesia. Selain karena lagi tren,juga karena melihat fungsi dan tampilannya yang menjadikan si pemilik terlihat beken dan mobile. Kalau dulu orang bertanya : eh, no.HP mu berapa? sekarang orang bertanya eh, pin BB mu berapa? Sini saya add. Sebetulnya jika bandingkan dengan aplikasi Handphone biasa,aplikasi yang tersedia dalam BlackBerry sama saja dengan HP biasa.hanya saja yang menjadi pembedanya dengan HP biasa adalah Notifikasi yang didapat dari Email,Facebook, Twitter lebih cepat jika dibandingkan dengan yang lain dan paket Internetnya benar-benar Unlimitied dan juga aplikasi BlackBerry Messenger (BBM) yang lagi tren di Indonesia.Tapi mungkin Fitur BBM ini yang menjadi daya pikat bagi sebagian besar orang Indonesia untuk membeli BlackBerry.Kenapa? Well, tipikalnya orang Indonesia kan sukanya ngerumpi. Makanya BlackBerry laku keras di kalangan pemuda. Sadar atau tidak,gara-gara gadget yang satu ini,tidak sedikit masyarakat kita mengesampingkan kebutuhan yang lebih penting demi mendapatkan BlackBerry.pertanyaanya.Pentingkah mengesampingkan kebutuhan yang lebih penting demi mendapatkan keinginan namun tidak dibutuhkan?. lewat tulisan ini Saya disini tidak membenci yang namanya BlackBerry tapi jujur saja Entah kenapa saya tidak pernah tertarik untuk memiliki yang namanya BlackBerry.bukan masalah ketidakadanya materi untuk membelinya,namun sebagai seorang mahasiswa,kepemilikan BlackBerrry bukanlah kebutuhan yang utama bagi saya.tapi saya disini hanya merasa prihatin saja melihat realita yang terjadi pada kalangan remaja kita.banyak saat ini generasi muda kita terjajah karena gadget yang satu ini, .Contoh kongrit nya,banyak remaja terlebih pelajar/Mahasiswa yang rela ‘’Mencuwil’’ uang SPP atau uang kuliah’’ mereka demi mendapatkan gadget yang satu ini. Bisa kita bayangkan jika uang spp ataupun uang kuliah tidak jadi dibayar,tentunya status disekolah atau dikampus juga terancam. Kalau sudah begitu,belajar pun tak lancar. Belum lagi uang buku dialihkan. Sudah enggan membaca,buku pun tak punya. Lantas jika pendidikan sudah tidak penting lagi bagi mereka,apakah yang kita harapkan lagi?. maka jika dibiarkan terus-menerus begini,kita pun akhirnya akan semakin sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan dan tentunya kita akan dikendalikan oleh mereka yang mampu mendikte atas apa saja yang harus dibeli.maka dari itu sudah seharusnya kita membuang jauh-jauh pemikiran bahwa status sosial seseorang ditandai dari kemampuannnya memiliki produk-produk baru dan mewah.seseorang akan merasa diri bukan bagian dari modern bila melewatkan hiruk-pikuk kepemilikan teknologi modern.tentunya pemikiran ini salah.sudah seharusnya kita berhenti menjadi korban dan menutup ruang dan waktu untuk hal-hal yang bisa menjajah.karena manusia bukan semata-mata sebagai alat produksi. Manusia hidup bukan hanya untuk kepentingan materi,yang kerap menjadikan manusia bermusuhan satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun