Langit Senja saat itu begitu kelam
awan ta segan memuncratkan warna lebih pekat
sesekali terdengar suara guruh menderu
dan sayatan kilat membelah udara
lalu diikuti rerintik yang jatuh perlahan dari kantung langit
seolah turut berduka akan kepergian sosoknya
yang sangat berharga dalam hidupku
ku taburkan mawar diatas pusaranya
semerbak bunga kini menghiasi makamnya
rasa terpukul yang teramat dalam
membuatku ta rela melepasnya
kepedihan pada setiap desah yang menyiksa batin
hingga menghanyutkan jiwa dalam kesedihan
seperti dedaunan yang berguguran
tubuh merasakan ada kehidupan yang hilang
tapi hanya mampu menatap dalam kepedihan
takkan ku dengarkan lagi suara kecilnya
takkan ada lagi yang memanggilku
dengan sebutan abang cerewet
dan takkan ku lihat lagi senyum terindah
yang selalu diberikannya padaku
kini aku hanya mampu membelai dengan mesra nisan
yang meregang kehampaan
Aku Ingin berteriak,tapi ta bisa
Aku ingin Menangis,Namun kali ini Airmataku tiada
seketika itu,Hujan turun mengguyurku
badanku bersatu dengan bulir-bulir hujan yang kian menderas
Ku peluk tanah merah itu penuh isak tangis
sebaris doa ku sampaikan kepada tuhan
‘’Aku ingin bertemu dia ya Tuhan’’ Teriakku
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI