kau sangat mengerti,
Kami petani di tanah yang tak henti memberi,
Di ladang ini  kau janjikan kami akan sejahtera,
Di desa yang selalu setia padamu dan negera.Â
Kami tahu kau selalu ingat pendahulumu,
Tentang Soedirman yang kau kagumi,
Tentang gerilya yang tak akan mungkin mereka mampu,
Tanpa desa yang memberi makan, tempat, dan melindungi.Â
Kau berjanji memberi harap pada desa,
Dalam asta cita kau lantunkan sebagai cita cinta,
Katamu, desa adalah akar yang harus dijaga,
Janjimu, kesejahteraan harus tumbuh dari tanahnya.Â
Jenderal, Â lihatlah kini nyatanya
Pembantumu hanya menatap kami sebelah mata,
Mereka lupa bahwa desa bukan sekadar angka,
Mereka anggap kami bodoh, maling dan peminta.
Kami lelah dibodohkan, kami muak dihina ,
Jangan biarkan pemimpin desa kami dicaci,
Pengabdian mereka, jangan kau biarkan ternoda,
Seakan mereka adalah kumpulan copet jelata.Â
Jenderal, kami dari desa memanggilmu,
Jangan biarkan janjimu jadi angin lalu,
Jangan biarkan desa hilang harapan padamu,
Sisihkan mereka yang mencoreng namamu!
Di sini, di desa ini, kami masih menyayangimu,
Meski ada gamang menyelimuti hati,
Kami percaya, ini semua terjadi bukan maumu
Kembalikanlah sinar harap di desa kami.Â
Desa mungkin pinggiran, tapi kami bukan beban,
Dari nafas kami, Negeri ini bisa dihidupi,
Desa adalah akar yang kau janjikan janganlh kau tinggalkan,
Jenderal, dengarlah, janganlah kau tinggalkan kami.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI