“Kalau ke polisi dan jaksa gimana, Mbah?” tanya Sutarjo setelah menyesap kopinya.
Mbah Manten menghembuskan asap rokoknya perlahan. “Gampang. Ajak mereka bantu meredam wartawan dan LSM.”
Sutarjo mengangguk, lalu bertanya lagi, “Tapi ada yang harus disiapkan buat mereka?”
Mbah Manten terkekeh. “Ya lumrah kamu urusi kalau mereka datang ke kantor desa. Ngobrol santai, suguhkan kopi, kalau perlu jamu makan siang. Mereka juga manusia, Jo.”
“itu saja?” tanya Tarjo
“Ya, nggalah, kamu support kegiatan mereka. Misalnya, mereka ada proposal ya ikut bantu kalau ada acara di Polres atau Kejaksaan. Nggak usah banyak, yang penting ada perhatian. daripada nanti ada LSM yang datang, he he he he”
Sutarjo menggaruk kepala. “Tapi dana dari mana, Mbah?”
Mbah Manten tersenyum, menyulut kembali rokoknya yang hampir padam. “Dana desa ada 3% buat operasional, bisa diatur dari situ. Kalau nggak cukup, ya dari kantong sendiri. Menjaga silaturahmi itu penting.”
Sutarjo menyesap kopinya dalam-dalam. “Wah, pusing aku ini.”
Mbah Manten tergelak. “Nggak usah pusing, tinggal perintah Sekdes atau Bendahara. Kades kok goblok kamu!”
Sutarjo hanya tersenyum kecut. “Tapi kenapa ya, Kementerian Desa malah gandeng polisi dan jaksa?”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!