Mohon tunggu...
Suryokoco Suryoputro
Suryokoco Suryoputro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Desa - Kopi - Tembakau - Perantauan

Berbagi pandangan tentang Desa, Kopi dan Tembakau untuk Indonesia. Aktif di Organisasi Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara, Koperasi Komunitas Desa Indonesia, Komunitas Perokok Bijak, Komuitas Moblie Journalis Indonesia dan beberapa organisasi komunitas perantau

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bandingkan Kyushoku Jepang dan Makan Bergizi Gratis Indonesia @KompasianaDESA

30 Januari 2025   13:00 Diperbarui: 31 Januari 2025   11:36 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rathma Soma - PPI Jepang

Dalam upaya meningkatkan kualitas gizi anak sekolah, baik Indonesia maupun Jepang memiliki program makan siang yang bertujuan untuk memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang cukup. Indonesia dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Jepang dengan Kyushoku memiliki pendekatan yang berbeda, terutama dalam pelaksanaannya di daerah pedesaan. Dinarasikan dari paparan Rathma Soma - PPI Jepang pada forum Zoom Meeting yang diadakan pada Kamis, 30 Januari 2025.

1. Sistem dan Pengelolaan Program

Di Indonesia, program MBG dikelola oleh berbagai pihak, termasuk BUMDES, koperasi, UMKM, serta kementerian terkait seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, dan Kementerian Pertanian. Program ini menyediakan makanan bergizi yang terdiri dari nasi, protein, sayuran, buah, dan susu. Selain itu, ibu hamil, menyusui, serta anak balita yang mengalami stunting juga mendapatkan perhatian khusus dengan tambahan makanan dan suplemen gizi.

Sementara itu, Kyushoku di Jepang juga melibatkan banyak pihak, mulai dari petani lokal, koperasi, hingga pemerintah kota. Di daerah pedesaan Jepang, seperti Isumi, makanan yang disajikan hampir seluruhnya berasal dari hasil pertanian organik lokal. Pengelolaan makanan dilakukan secara ketat oleh dapur umum atau dapur sekolah yang memastikan setiap anak mendapatkan gizi yang seimbang.

Selain itu, dalam pengelolaan program MBG di Indonesia, dapur umum menjadi pusat produksi makanan yang terorganisir. Setiap dapur umum memiliki struktur kerja yang terdiri dari seorang manajer dapur, ahli gizi, akuntan, dan tenaga kerja lainnya yang bertanggung jawab atas produksi dan distribusi makanan. Hal ini serupa dengan sistem dapur umum di Jepang, di mana setiap dapur mampu melayani ribuan porsi makanan setiap harinya.

2. Sumber Bahan Makanan

Perbedaan utama antara MBG dan Kyushoku adalah sumber bahan makanan.

  • Di Indonesia, sebagian besar bahan makanan masih bergantung pada impor, terutama susu yang 80% berasal dari luar negeri. Meskipun program ini berusaha memberdayakan petani lokal, tantangan dalam produksi bahan makanan lokal masih cukup besar.
  • Di Jepang, khususnya di daerah pedesaan, hampir seluruh bahan makanan berasal dari sumber lokal dan organik. Beras, sayur, buah, dan susu diperoleh dari petani setempat, memastikan kualitas dan ketelusuran bahan makanan yang diberikan kepada anak-anak.

Selain itu, sistem pertanian di Jepang sangat mendukung ketersediaan bahan makanan lokal. Misalnya, anak-anak di sekolah pedesaan sering kali diajak untuk terlibat langsung dalam proses pertanian, seperti menanam dan memanen bahan makanan yang nantinya akan mereka konsumsi. Hal ini membantu menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pertanian dan gizi sejak dini.

3. Dampak Sosial dan Ekonomi

Program MBG di Indonesia tidak hanya memberikan manfaat bagi anak-anak tetapi juga memberdayakan masyarakat sekitar. Keterlibatan UMKM, petani, nelayan, dan koperasi membantu meningkatkan perekonomian desa. Dengan adanya dapur umum yang dikelola oleh tenaga ahli, termasuk ahli gizi dan manajer dapur, program ini juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.

Sementara itu, di Jepang, Kyushoku juga memberikan dampak positif bagi perekonomian desa. Petani lokal mendapat pasar yang stabil, sementara sekolah menjadi pusat edukasi mengenai pentingnya makanan sehat dan sumber pangan. Anak-anak juga diajarkan tentang pertanian dengan cara langsung menanam dan memanen bahan makanan yang mereka konsumsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun