Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, menjadi sorotan nasional berkat pendekatan unik Kepala Desa Dwinanto dalam mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan menanggulangi kemiskinan. Dengan prinsip-prinsip yang berbeda, Dwinanto mengarahkan desa ini untuk memanfaatkan potensi lokal sekaligus menyentuh nilai-nilai sosial yang mendalam.
Transformasi Irigasi: Air untuk Semua, Tanpa Iuran
Masalah irigasi pernah menjadi tantangan besar di Desa Krandegan, dengan mayoritas sawah tadah hujan yang hanya mampu panen sekali atau dua kali setahun. Pada awalnya, irigasi didukung oleh pompa diesel, tetapi biaya operasionalnya sangat tinggi. Sebagai solusi, Dwinanto menggagas transformasi besar: menggunakan energi surya untuk irigasi.
Kini, Desa Krandegan menggunakan 57 panel surya yang mampu menghasilkan listrik sebesar 18.800 watt. Sistem ini mengairi hingga 50 hektar sawah tanpa membebani warga dengan iuran. Dalam pendekatannya, Dwinanto menegaskan bahwa air untuk pertanian tidak boleh dijual, melainkan harus menjadi hak bersama.
"Prinsip sedekah air adalah kunci kami. Dengan membebaskan petani dari beban biaya irigasi, mereka lebih sejahtera. Ini juga menjadi inspirasi bagi pengusaha untuk menyumbangkan CSR mereka," ungkapnya.
BUMDes dengan Pendekatan Berbeda
BUMDes Krandegan menjadi pilar utama dalam pengelolaan potensi desa. Namun, Dwinanto memiliki prinsip yang tegas:Â
- BUMDes tidak boleh menyaingi usaha warga: Â Alih-alih membuka minimarket atau pertashop yang berpotensi mematikan bisnis kecil masyarakat, Dwinanto memilih fokus pada usaha yang belum tergarap. "Kami tidak ingin BUMDes menjadi pesaing ekonomi warga. Itu justru akan melemahkan kemandirian masyarakat," tegasnya.Â
- BUMDes tidak berbisnis dengan warga: Â Dwinanto menolak ide berbisnis langsung dengan warga karena dapat menimbulkan konflik kepentingan. Sebagai gantinya, BUMDes diarahkan untuk mengembangkan usaha yang mendukung pembangunan desa tanpa mengganggu mata pencaharian masyarakat.
BUMDes Krandegan kini berfokus pada:
- Penjualan aplikasi digital,
- Penyewaan homestay,
- Sewa gedung pertemuan.
Strategi ini terbukti sukses. Dalam dua tahun, BUMDes mencatatkan omset lebih dari Rp 1 miliar dan menyumbangkan PAD sebesar Rp 100 juta pada tahun terakhir.
Membangkitkan Gotong Royong dan CSR dengan Sedekah Air
Pendekatan Dwinanto dalam penanganan kemiskinan juga tak kalah inspiratif. Dengan irigasi gratis, ia mendorong petani untuk membayar zakat atau sedekah hasil panen mereka. Dana dan beras yang terkumpul dikelola untuk program-program sosial, seperti:Â
- Dapur Umum Desa: Memberikan makanan setiap hari kepada 50 keluarga miskin.Â
- Pembagian Baju Lebaran: Memberikan baju baru kepada semua anak di desa, tanpa memandang status sosial.