desa mandiri pertama di wilayahnya. Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Dwinanto, desa ini berhasil bangkit dari keterbatasan menjadi inspirasi nasional. Melalui kolaborasi strategis dengan sektor swasta, akademisi, dan masyarakat, Krandegan menunjukkan bagaimana inovasi dan kolaborasi dapat mengubah masa depan desa.
Desa Krandegan, yang terletak di Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, telah mencatatkan dirinya sebagaiMembangun Desa dari Nol
Pada 2013, ketika Dwinanto pertama kali menjabat sebagai kepala desa, Desa Krandegan menghadapi banyak tantangan. Sebagian besar lahan pertanian di desa merupakan sawah tadah hujan, yang hanya memungkinkan petani panen satu atau dua kali setahun. Desa juga sering mengalami kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan.
Dwinanto memulai perubahannya dengan memanfaatkan Corporate Social Responsibility (CSR). Ia menggandeng donatur untuk membangun sistem irigasi dengan pompa diesel. Hasilnya, sawah-sawah di desa dapat diairi secara gratis, memungkinkan peningkatan produksi pertanian. Namun, biaya operasional seperti pembelian BBM mencapai Rp500.000 per hari, sehingga solusi ini kurang berkelanjutan.
Pada 2021, Dwinanto memulai proyek konversi ke energi terbarukan. Dengan 57 panel surya yang mampu menghasilkan listrik sebesar 18.800 watt, desa kini dapat mengairi 35 hektare sawah tanpa biaya BBM. Transformasi ini tidak hanya mengurangi biaya operasional, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.
Kolaborasi dengan Kampus dan Teknologi
Dwinanto juga menggandeng berbagai perguruan tinggi untuk menghadirkan solusi modern. Salah satunya adalah kerja sama dengan Pusat Studi Bencana UNS untuk membangun Early Warning System (EWS) banjir. Desa ini juga menjadi pionir dalam teknologi digital dengan bantuan mahasiswa Kampus Merdeka, yang membantu menyusun masterplan pembangunan desa tanpa biaya tinggi.
Keberhasilan ini berlanjut dengan inovasi yang dikelola melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Meski baru berjalan dua tahun, BUMDes Krandegan telah mencatat omzet lebih dari Rp1 miliar. Salah satu usahanya adalah penjualan aplikasi digital yang mendukung digitalisasi desa, tanpa menyaingi bisnis warga setempat.
Masyarakat sebagai Pilar Utama
Keterlibatan masyarakat adalah kunci keberhasilan Krandegan. Dwinanto mengedukasi warga untuk berkontribusi melalui zakat dan sedekah. Dana ini dikelola untuk program-program sosial, seperti:
- Dapur umum untuk menyediakan makanan bagi keluarga miskin.
- Pembagian baju baru setiap Lebaran untuk seluruh anak-anak desa.
- Pengentasan kemiskinan melalui berbagai program berbasis solidaritas warga.
Pendekatan ini tidak hanya memperkuat solidaritas, tetapi juga menciptakan sistem pendanaan mandiri untuk kebutuhan yang tidak dapat dibiayai dana desa.