Mohon tunggu...
Suryo Basuindro
Suryo Basuindro Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bapak dari 2 anak, suami dari 1 istri. Bekerja di dunia TI dan masih belajar untuk menjadi manusia seutuhnya, yang selalu ingin mencinta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sinabung dan Kelud Seharusnya Menyadarkan Kita

15 Februari 2014   07:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1392396308299324704

[caption id="attachment_312053" align="aligncenter" width="680" caption="Letusan Gunung Kelud"][/caption]

Belum usai Gunung Sinabung memporak - porandakan bumi Sumatera Utara yang berakhir pada hilangnya nyawa manusia (setidaknya 16 jiwa), kini bumi pertiwi harus kembali merana akibat Gunung Kelud di tanah Jawa  memuntahkan isi panasnya. Berita terakhir terdapat korban 3 jiwa manusia. Berbeda dengan pendapat mainstream, Penulis tidak setuju jika kejadian ini dianggap sebagai sebuah bencana alam bagi negeri gemah ripah loh jinawi ini. Tanpa mengurangi simpati dan rasa hormat Penulis terhadap keluarga korban, meletusnya kedua gunung berapi ini bukanlah sebuah bencana yang harus ditangisi. Namun merupakan peristiwa alam yang seharusnya kita syukuri.

Sudah sejak ribuan, bahkan jutaan tahun lalu, alam bekerja dengan caranya sendiri untuk terus menjaga keseimbangan diri. Ada yang hilang namun ada yang datang menggantikan. Ada yang mati namun ada pula kelahiran. Maka datanglah hujan namun datang pula panas terik kemudian. Demikian seterusnya.

Pepatah "Tidak ada makan siang yang gratis" rasanya relevan untuk mengungkapkan bahwa sejatinya semua yang dikerjakan manusia di muka bumi ini akan memiliki konsekuenwi logis yang harus dihadapinya. Manusia dengan teknologi yang ada sudah mampu memetakan wilayah - wilayah bahaya di sekitar gunung berapi. Bahkan mampu memprediksi (meski masih sering salah) kapan sebuah gunung berapi akan meletus dan bagaimana dampak yang akan ditimbulkannya. Namun sifat tamak manusia telah membutakan mata hati. Wilayah - wilayah yang seharusnya bebas dari pemukiman telah berubah menjadi desa padat penduduk dan tak jarang muncul rumah - rumah penginapan mewah milik orang - orang kaya.

Menilik pada peristiwa Sinabung, rasanya tidak perlu ada korban jiwa dan harta benda yang begitu luar biasa besarnya, jika saja pemerintah setempat dan rakyatnya patuh pada pemetaan daerah berbahaya. Wilayah yang memiliki potensi bahaya paling tinggi harus kosong tanpa penghuni. Sehingga saat Sinabung sedang aktif menyimbangkan diri, rakyat cukup waspada, tidak perlu mengungsi karena sudah tinggal di luar zona bahaya. Lebih jauh lagi, sangat mungkin tidak akan terjadi kemandegan aktifitas ekonomi di zona letusan karena memang tidak ada aktivitas manusia di dalamnya

Begitu juga yang sekarang sedang terjadi letusan Gunung Kelud di Jawa Timur. Sesuai informasi yang disampaikan oleh Dr. Surono, Kepala Badan Geologi Nasional, bahwa daerah aman Gunung Kelud adalah wilayah yang berada di luar radius 10km dari puncak Kelud. Pendapat seorang ahli sekaliber Dr. Surono rasanya terlalu naif untuk diabaikan begitu saja.

Alam nan arif bijaksana tidak akan pernah tunduk pada kemauan manusia. Manusialah yang seharusnya berusaha untuk memahami pola kerja alam. Nenek moyang kita di masa lalu telah mengajarkan banyak sekali ilmu yang bertujuan untuk menghormati dan menghargai alam. Salah satu cara yang dianggap efektif adalah menuturkan secara turun temurun sebuah pantangan. Sebagai contoh, terdapat larangan berkata - kata kasar/jorok apalagi sampai membuang hajat sembarang di wilayah hutan Gunung Lawu, Merbabu, Merapi, dan mungkin di jalur - jalur pendakaian lain di seluruh Nusantara. Dalam filosofi Jawa, hal ini dimaksudkan agar manusia belajar menghargai dan menghormati alam.

Meletusnya Gunung Sinabung dan Kelud adalah upaya alam untuk menyeimbangkan kembali kondisi bumi Nusantara yang makin merana terpapar usia. Diperparah oleh ulah manusia yang semakin rakus merampas kekayaan alam namun lupa 'membayar' apa yang sudah diambilnya. Material gunung berapi yang dikeluarkan saat erupsi dalam jangka panjang akan menjadi vitamin bagi bumi pertiwi. Lava pijar yang mengalir keluar akan berubah menjadi batu - batu yang berguna untuk menguatkan struktur tanah.

Bumi Nusantara secara geografis terletak di atas pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng benua Asia, benua Australia, Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik. Selain itu karena terletak di atas jalur sabuk api, Nusantara memiliki jumlah gunung api terbanyak di dunia. Konsekuensinya, Nusantara berpotensi mengalami ketidakseimbangan struktur alam. Dengan fakta geografis ini, seharusya kita, manusia - manusia Nusantara makin hormat pada alam, tempat di mana kita tinggal saat ini.

Buang jauh pendapat bahwa meletusnya Sinabung dan Kelud adalah sebuah bencana alam. Percayalah bahwa alam Nusantara ini sangat layak untuk kita cintai dan hargai, sebab di sinilah kelak anak cucu kita dilahirkan dan tumbuh menjadi dewasa.

Salam Nusantara!

Foto diambil dari www.tribunnews.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun