Mohon tunggu...
Suryati
Suryati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Mandalika

Dosen Pendidikan Kimia Undikma & Mahasiswa Program Doktoral S3 Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dunia Butuh Guru Pemberontak, Bukan Pengajar Penguasa!

9 Desember 2024   04:20 Diperbarui: 9 Desember 2024   04:49 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Google Image

Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter individu dan masyarakat. Namun, dalam konteks sosial dan politik yang terus berkembang, refleksi tentang peran guru sebagai agen perubahan atau pelayan sistem yang ada sangatlah penting. Dalam dunia yang semakin dipengaruhi oleh teknologi dan globalisasi, tantangan yang dihadapi oleh para pendidik semakin kompleks, dan pengaruhnya terhadap pembentukan karakter dan kapasitas kritis siswa menjadi sangat menentukan.

Guru sebagai agen perubahan memiliki peran yang lebih besar daripada sekadar menyampaikan materi pelajaran. Di tengah perkembangan teknologi yang pesat dalam era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, guru tidak hanya diharapkan untuk menguasai kurikulum, tetapi juga harus mampu membentuk generasi yang mampu beradaptasi dengan perubahan sosial dan teknologi yang terus berkembang (Adrian & Agustina, 2019). Guru harus menjadi fasilitator yang mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan mampu melihat dunia secara lebih luas dan beragam. Peran guru sebagai agen perubahan ini sangat krusial karena mereka bukan hanya membentuk masa depan individu, tetapi juga dapat memberikan dampak besar terhadap masa depan masyarakat secara keseluruhan.

Sebagai agen perubahan, guru memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial (Koswara & Rasto, 2016). Kompetensi-kompetensi ini sangat penting dalam menghadapi tantangan pendidikan di era digital, di mana informasi dan teknologi berkembang dengan cepat. Seorang guru yang hanya berfokus pada penyampaian materi tanpa memberikan ruang bagi siswa untuk berkembang secara kritis dan kreatif, pada akhirnya hanya akan menghasilkan generasi yang pasif dan tergantung pada sistem yang ada.

Namun, dalam kenyataannya, banyak guru yang terjebak dalam peran sebagai pelayan sistem. Di bawah tekanan sistem pendidikan yang formal dan rigid, banyak guru merasa terpaksa mengikuti aturan-aturan yang ada, tanpa mampu mengubah atau menyesuaikan cara mengajar mereka sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan menjadi alat untuk mempertahankan status quo, dengan mengajarkan pengetahuan yang hanya menguntungkan pihak tertentu atau melanggengkan pola pikir yang tidak kritis (Hariyanto & Jannah, 2020). Guru yang terjebak dalam peran ini sering kali menjadi bagian dari sistem yang memperkuat ketidaksetaraan sosial, ketimpangan kekuasaan, dan kurangnya kesadaran kritis di kalangan siswa.

Salah satu tantangan besar dalam sistem pendidikan saat ini adalah ketidakmampuan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran yang relevan dengan kehidupan mereka di luar kelas. Banyak siswa merasa bahwa apa yang mereka pelajari tidak berhubungan dengan masalah-masalah yang mereka hadapi sehari-hari. Padahal, pendidikan yang sebenarnya harus mampu menghubungkan siswa dengan realitas sosial dan mengajarkan mereka untuk mempertanyakan sistem yang ada, memahami ketidaksetaraan, dan berkontribusi untuk menciptakan perubahan positif. Guru yang mampu mengubah paradigma ini tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga mengajarkan keterampilan hidup yang lebih penting, seperti kemampuan untuk berpikir kritis, kreatif, dan analitis.

Sebagai contoh, pendidikan yang memperkenalkan siswa pada nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan kesetaraan sosial dapat membantu membentuk individu yang tidak hanya tunduk pada kekuasaan, tetapi juga memiliki keberanian untuk menantang ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakat. Guru yang mengajarkan siswa untuk berpikir secara kritis akan membantu mereka membangun sikap reflektif terhadap kondisi sosial yang ada, dan pada akhirnya, membentuk mereka menjadi individu yang mampu membuat perubahan.

Dalam konteks ini, guru yang berfungsi sebagai agen perubahan juga perlu memahami dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Peran guru tidak lagi terbatas pada ruang kelas fisik, tetapi harus mampu mengintegrasikan teknologi digital untuk memperluas pengalaman belajar siswa. Pendidikan di era digital menuntut guru untuk menguasai berbagai alat dan platform digital yang dapat memperkaya pengalaman belajar siswa, sekaligus memperkenalkan mereka pada dunia yang lebih luas. Dalam hal ini, guru tidak hanya mengajarkan konten, tetapi juga mengajarkan bagaimana cara memanfaatkan teknologi untuk memecahkan masalah dan menciptakan solusi inovatif.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa tantangan besar yang dihadapi oleh para guru adalah sistem pendidikan yang terlalu birokratis dan terkadang mengekang kreativitas. Dalam banyak kasus, guru harus mematuhi kurikulum yang ketat dan standar evaluasi yang tidak selalu memperhitungkan perkembangan pribadi dan sosial siswa. Hal ini bisa membuat guru terjebak dalam peran sebagai "pelayan sistem," yang lebih fokus pada pencapaian target-target administratif daripada pada pencapaian kualitas pendidikan yang sesungguhnya. Pendidikan seharusnya lebih dari sekadar pencapaian nilai akademis yang terukur. Pendidikan harus mampu membentuk individu yang berpikir kritis, mandiri, dan mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat.

Guru sebagai agen perubahan harus terus-menerus mempertanyakan peran mereka dalam sistem pendidikan dan mencari cara untuk menginspirasi siswa agar tidak hanya menerima apa adanya, tetapi juga mendorong mereka untuk aktif mencari solusi atas masalah yang ada di sekitar mereka. Oleh karena itu, dunia memang membutuhkan guru pemberontak yang tidak hanya mengikuti peraturan yang ada, tetapi juga berani untuk mempertanyakan dan mengubah sistem yang ada untuk menciptakan pendidikan yang lebih adil dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun