Mohon tunggu...
Surya Suwarna
Surya Suwarna Mohon Tunggu... -

Surya "Matahari" & Suwarna "Emas" !!! [Urus-Fokus-Serius]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menuju Sumber Daya Manusia Berdaya Saing Global

19 Februari 2015   20:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:53 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MENUJU SUMBER DAYA MANUSIA BERDAYA SAING GLOBAL

Surya Suwarna*

[caption id="" align="aligncenter" width="465" caption="SDM-Ilustrasi/ republika.co.id"][/caption] “ Jatuh bangunnya peradaban suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas Sumber Daya Manusia……. “ itulah yang di ucapkan oleh salah satu kandidat Cawapres pada Debat Capres – Cawapres tahun 2014 kemarin.

SumberDaya Manusia (SDM)merupakan Faktor penting guna menunjukan keunggulan suatu bangsa , selain Sumber Daya Alam (SDA) tentunya. Apabila sumber daya alam disuatu negara melimpah tetapikualitas sumber daya manusia nya masih belum bisa memadaiuntuk mengolah sumber daya alam yang ada tentu hal itubisa saja mengakibatkan kerugian yang berdampak padakurang maju nya suatu negara sehingga bisa dilihat adanya kesenjangan yang tinggi di pusaran rakyat , baik anggota masyarakat dan dan masyarakat lainya, dan masyarakat dengan penguasa-pengusaha.

Dalam teori ekonomi mikro islam menurut Ibnu Kaldun dikatakan bahwa kekayaan suatu negara tidak dilihat dari banyak nya uang yang dimiliki negara tetapibagaimana suatu negara bisa berproduksi. Secara sederhana bisa kita simpulkan , tidak mungkin Negara akan maju apabila rakyat di suatu Negara hanya berkonsumsi saja hanya menjadi konsumen.

Menilik Negara-negara maju mereka mengepakan sayapnya yang menjadi kunci utamakejayaannyafokus pada produksi yang dijalaninya baik dalam bidangmanufaktur misalnya, Negara Jerman dalam contoh ini Negara yang Fokus berproduksi dalam bidang Otomotif.

Guna dapat produksi/mengolah SDA yang ada dalam suatu negaratentu memerlukan orang-orang yang mampu menjalakan kegiatan produksi tersebut . Disini tentunya bukan hanya menjadi pihak yang hanya mengolah secara cuma-cuma, tetapi juga memerlukan pihak – pihak yang mempunyai tujuan kedepan bahwa suatu yang diproduksi mempunyai nilai lebihguna menjadi ciri khas keunggulan suatu Negara. Atau bahkan selainmengolah SDA yang telah ada yang lainnya mencipatakan suatu produk dengan penemuan penuman baru baikdalam hal teknologi inovasi dibidang lainnya.

Kita apresiasi pada masa presiden BJ Habibie dengan anak bangsa lainnya , mampu menciptakan pesawat terbang serta anak bangsa lainnya yang dahulu mampu menciptakan mobil nasional “timor”, artinya bahwa anak-anak bangsa mampu melakukan suatu produksi guna menunjukankebanggaan atas hasil cipta bangsanyadan siapbersaing dengan bangsa lainnya.Namun kita akui saat ini perkembangannya tidakbergairah lagi.

Melihat keberhasilan yang pernah ada dan diakui bahwasalah satufaktor penunjang menciptakan sumber daya manusia yang mampu berdaya saing global adalah dengan mengedepankan pendidikan, selaras dengantujuan konstitusi Negara kita pada pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu tujuan Negara Indonesia adalah “mencerdaskan kehidupan Bangsa”.

Para pendiri bangsa telah berpikir kedepan bahwa bangsa Indonesia akan Maju jika pendidikan di kedepankan, dengan pendidikan salah satunyamengembangkan pola pikir anak bangsa guna menjadi pemimpin dimasa depan yang beroraltinggi serta mampu menjunjung bangsanya disegala bidang salah satu bidang inovasi teknologi.

Didalam pendidikan pula formulasi formulasi ilmu-ilmu pengetahuan dapat dituangkan menciptakanteknologi baru. Lalu sejauh mana campur tangan Negara dalam hal ini pemerintah karena sebagaitanggung jawabnya untuk dalam mencerdaskan kehidupan bangsa ?

Kita apresiasisampai saat pemerintahan presiden ke 6 Republik Indonesia, dan diteruskan pemerintah sekarang dalam kebijakannya telah mengalokasikan 20% dari APBN/APBD untuk kebijakan pendidikan, dengan dituangkan dalam berbagai program guna meningkatkan wajib belajar sampai 12 tahun, dan program program untuk para mahasiswa yang kurang mampu dan berprestasi.

Saat ini harus diakui memang pemerataan masih belum terjadi untuk pendidikan , dan banyak nya penyelewengan-penyelewengan yang masih terjadi di dunia pendidikan dalam masalah penggunaan anggaran, tentu semua itu sangat menghambat program pendidikan guna meningkatkan tingkat sadar bangku sekolah yang mewujudkan generasi cerdas dan berdaya saing.

Ditingkat perguruan tinggi, masih mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menempuh pendidikan tinggi tersebut, yang jadi masalah apakah benar bahwa tarif mahal nya perguruan tinggi telah terjadi liberalisasi yang telah lama di dunia pendidikan, tarif pendidikan mengikuti harga keseimbanganpasar ? Kenapa Bisa terjadi ? Apa benar bisa diatasi ? semoga para pakar pendidikanpakar ekonomi dan berujung di pemerintah kalau benar masalah ini terjadi dapat memperhatikan lebih dan mencari solusi. Sehingga pihak pihak yang meiliki tingkat ekonomi atas yang bisa meraskan pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Padahal masih banyakanak Indonesia pintar dan cerdas yang ingin melanjutkan terkendala dengan biaya. Sangat disayangkan pula tarif perguruan tinggi negeri pula sangat fantastis.

Tentunya calon-calon sumber daya manusia yang pintar dan cerdas kini tak sedikit hanya berakhir menjadi operator-operator pabrik dengan tingkat kesejahteraan yang masih belum memastiakan di tengah sistem kontarak yang ada. Bahkan masih kurang nya lapangan kerja guna menyerap tenaga kerja yang ada sehingga masuknya menjadi pengangguran.

Saat ini pula tantangan generasi muda di tengah pasar bebas yang telah berlangsung, tak lama lagi akanmengahadapi Masyarkat Ekonomi Asean di penghujung tahun 2015, ini tanggung jawab bersama b untung menjawab tantangan duni bahwa “ Ini orang orang Indonesia yang bisa berdaya saing” .Kita Bersiap – Pemerintah Mendukung. Mari berbenah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun