Kebutuhan pangan yang meingkat yang disebabkan oleh laju pertumbuhan populasi penduduk akan menjadi sebuah problematika jika tidak segera dipersiapkan sejak dini. Berbagai pengembangan pemuliaaan tanaman dilakukan oleh berbagai pihak baik dari akademisi maupun praktisi.Â
Seiring berkembangnya teknologi, banyak pihak yang mulai memperhatikan tentang penggunaan keilmuan bioteknologi aras molekuler untuk meningkatkan ketahanan pangan.Â
Peningkatan ketahanan pangan yang dilakukan dengan cara molekuler yaitu melakukan modifikasi tanaman pangan yang potensial untuk ditingkatkan produktivitas dan resistensinya terhadap hama penyakit. Hal tersebut dilakukan dengan menyisipkan DNA tanaman lain yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman potensial atau memperkuat resistensi tanaman terhadap serangan hama atau penyakit. Metode ini seringkali disebut dengan tanaman transgenik.
Tanaman transgenik ditemukan pada tahun 1977 ketika bakteri berjenis Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang dimiliki ke dalam tanaman. Tanaman transgenik pertama yang telah berhasil diujicobakan yaitu tanaman bunga matahari yang disisipkan gen dari tanaman buncis.Â
Berdasarkan sejarah yang diketahui tersebut teknologi tanaman transgenik digunakan untuk tujuan komersial. Sejarahnya Negara Amerika Serikat melakukan Teknologi tanaman transgenik diketahui digunakan untuk produksi komoditas pangan yaitu jagung dan kedelai. Hasil produksi tanaman transgenik tersebut berhasil dipasarkan bahkan telah mencapai 56% kedelai transgenik yang diketahui didunia adalah hasil teknologi tanaman transgenik.
Pembuatan tanaman transgenik dimulai dari pengidentifikasian atau pencarian gen yang dapat menghasilkan sifat atau ekspresi tertnentu. Gen yang diinginkan yang telah didapat dari tanaman, hewan, bakteri, maupun cendawan lalu diperbanyak atau biasa disebut cloning gen. Kloning gen yang dilakukan diawali dengan memasukan DNA asing ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen).Â
Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun.
Metode transfer gen yang telah diperbanyak mempunyai beberapa cara diantaranya adalah dengan senjata gen, transformasi DNA dengan memanfaatkan bakteri jenis Agrobacterium tumefaciens, atau dapat juga metode elektroporasi.
- Metode Senjata Gen ---
Senjata gen atau penembakan mikro-proyektil biasa digunakan pada tanaman padi dan jagung. Dalam metode ini menggunakan penembakan mikro-proyektil dengan kecepatan tinggi sehingga mikro-proyektil ini dapat mengantarkan gen atau DNA kedalam sel tanaman. Meskipun memiliki hasil yang aman dan bersih, seringkali metode ini juga dapat mengakibatkan kerusakan gen. - Metode Transformasi dengan Agrobacterium ---
Jenis bakteri Agrobacterium tumefaciens, dapat menginfeksi tanaman dengan plasmid Ti yang dimilikinya. Plasmid Ti adalah suatu vector atau pembawa DNA untuk memasukan gen asing. Pada plasmid Ti terdapat gen atau DNA yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu. Pemanfaatan Agrobacterium tumefaciens adalah dengan menyisipkan gen yang diinginkan pada plasmid Ti untuk diteruskan pemindahan gen atau DNA oleh Agrobacterium tumefaciens, kedalam genom tanaman. DNA asing yang telah menyatu pada genom tanaman dapat mengekspresikan atau menunjukan sifat gen atau DNA yang diinginkan yang telah disisipkan pada plasmid Ti Agrobacterium tumefaciens. - Metode Elektroporasi ---
Pelepasan dinding sel yang telah dilakukan hingga menjadi protoplas merupakan awal metode elektroporasi. Setelah itu dilakukan pembukaan pori-pori sel dengan memberikan listrik dengan tegangan tinggi sehingga gen atau DNA yang akan disipkan dapat masuk dan menyatu pada kromosom tanaman. Selanjutnya dilakukan pengembalian dinding sel tanaman yang telah disisipi gen atau DNA asing tersebut.Proses transfer gen atau DNA yang telah selesai akan dilanjutkan dengan melakukan seleksi sel untuk mendapatkan sel yang berhasil disisipkan gen atau DNA asing tersebut. Setelah dilakukan seleksi gen yang lolos akan ditumbuhkan sehingga menjadi kalus dan akan ditumbuhkan hingga membentuk akar dan tunas. Planlet  atau tanaman muda dari proses tersebut lalu di aklimatisasikan dan diamati sifat atau ekspresi  dari gen atau DNA asing yang disisipkan pada tanaman tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H