Mohon tunggu...
Surya Seno
Surya Seno Mohon Tunggu... Petani - memelihara kehidupan

Avignam Jagad Samagram

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Jamur Keberuntungan Abadi, Oomycetes

8 Februari 2021   00:12 Diperbarui: 8 Februari 2021   00:56 5593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kelangkaan pupuk subsidi yang dikeluhkan petani semakin mejadi-jadi. Pasalnya pupuk konvensional bersubsidi sangat diminati oleh petani, hal ini sudah semacam menjadi candu. Berlandaskan harga yang relative murah dibandingan pupuk konvensional non-subsidi yang memiliki harga hampir 2 kali lipat. Banyak petani beranggapan bahwa pemberian pupuk konvensional merupakan resep dasar berhasilnya dalam pertanian. Sehingga kebanyakan petani sangat menggantungkan harapan pada hal tersebut.

Kekuatan sosial media di Indonesia tidak diragukan lagi untuk mengembangkan isu dalam apapun. Bahkan hingga tercipta istilah "high speed transfer data" dalam bersosial media, terlepas isu yang di lempar benar atau salah. Terlebih belakangan ini isu kartu tani yang sangat berkaitan dengan langkanya pupuk bersubsidi menjadi perbincangan hampir di seluruh group sosial media pertanian. Di group facebook hingga group WA sangat ramai membahas isu tersebut yang dibumbui opini bebas dari setiap anggotanya.

Saya beranggapan, kalau saja isu yang terlempar adalah solusi yang sering menjadi keluhan petani, maka banyak inovas -- inovasi baru yang bermunculan dan menciptakan sebuah perubahan yang baik untuk pertanian Indonesia. Isu yang sangat berkembang saat ini adalah terciptanya opini oleh pelaku pertanian bahwa tingginya harga produksi pertanian yang tidak sebanding dengan harga jual komoditas pertanian. Jika dijabarkan, isu tersebut disebabkan kebiasaan petani yang telah candu terhadap pupuk konvensional untuk dalam budidaya pertaniannya. Dari uraian tersebut dapat diartikan bahwa masih sangat banyak petani yang memiliki ketergantungan terhadap pupuk konvensional dan tanpa disadari hal tersebut adalah salah satu dari penyebab tingginya ongkos produksi pertanian.

Disisi lain, beberapa petani yang aktif bersosial media sedang asik dalam memerkan penemuan yang dapat membantu menekan ongkos produksi pertanian bahkan juga ramah lingkungan.

Penemuan "JAKABA" atau singkatan dari Jamur Keberuntungan Abadi cukup menghebohkan dunia sosial media pertanian. Meskipun belum dilakukan pengujian skala laboratorium terkait unsur hara yang terkandung, banyak petani merekomendasikan JAKABA untuk menjadi masukan tambahan pada tanaman.

Dilansir dari laman KASKUS (tinadewi10, 20/09/2020), JAKABA ditemukan oleh Aba Junaidi Sahidj dengan menggunakan air cucian beras sebagai bahan utamanya. JAKABA terbukti ampuh untuk mengatasi tanaman kerdil. Bahkan JAKABA yang dikabarkan mengandung bakteri Pseduomonas fluorescence, Bakteri Pektolitik pektin, dan bakteri Xanthomonas maltophilia ini memiliki banyak manfaat lain untuk tanaman. Manfaat JAKABA disebutkan dapat mengatasi pertumbuhan tanaman yang kerdil, memperpanjang umur tanaman, mengatasi layu fusarium, melindungi akar tanaman dari patogen dan sebagai pupuk organic cair bagi tanaman.

Unsur hara yang dimuat laman NUTANI (12/2020), memperkirakan bahwa JAKABA mengandung karbohidrat dalam jumlah yang tinggi bahkan hingga 90% yang akan mengoptimalkan beberapa fungsi hormon seperti Auksin, Giberelin, dan Alanin. Ketiganya diketahui dapat merangsang pertumbuhan pucuk daun, dan mengangkut makanan ke sel terpenting baik pada daun maupun batang tanaman. Menariknya JAKABA ini dapat diaplikasikan ke seluruh jenis tanaman dan semua musim tanam. dari pengaplikasian untuk tanaman semusim, tanaman tahunan, sayur, buah, palawija, bahkan untuk tanaman hias. Pengaplikasiannya pun cukup mudah, dapat dilakukan dengan ditaburkan, disemprot atau dikocorkan. Penyembprotan atau pengocoran dapat menggunakan dosis 0,8 : 20 atau dapat disesuaikan dengan dosis kebutuhan tanaman.

Singkatnya, jika diketahui kandungan hara yang dimiliki oleh jamur JAKABA setelah dilakukan uji laboratorium. Dapat memunculkan rekomendasi pemupukan alternatif menggunakan JAKABA seperti rekomendasi pemupukan menggunakan bahan organic pupuk kandang maupun kompos yang sudah lama di kenal petani.

Jadi, persoalan yang mencuat di pelaku pertanian dapat dipecahkan dengan kreatifitas generasi kini dalam mengembangkan potensi yang ada. bahkan melalui isu negative banyak berkembang seperti sosial media dapat dilawan dengan pengembangan isu positif yang bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun