Andai itu saya, pasti tak sanggup. 'Salah-salah' kena penyakit kuning. Bisa jadi mendadak jantungan. Tapi Sahbirin Noor berani melakukannya. Saya menyaksikan sendiri aksinya.
Alaaamak... di usia senja beliau masih bermain futsal. Permainan dengan kompleksitas cukup tinggi. Dibutuhkan daya tahan (endurance), kekuatan (strength), daya ledak (power), dan kecepatan (speed).
Hebatnya, persyaratan itu dimiliki Sahbirin Noor. Tak kepalang tanggung, dia bermain 10 babak. Tiap babak berdurasi 5 menit. Tak tergantikan. Berarti full bermain 50 menit. Seminggu lima kali. Rutin!
Saya hanya geleng kepala. Tak menduga. Paman bergitu bertenaga. Permainannya taktis juga. Skill dan determinasinya masih oke. Umpan-umpannya akurat. Pandai menempatkan posisi. Sontekannya? Tak diragukan. Cukup tajam dan mematikan.
"Main bola itu bukan sekadar lari sana sini. Kaki pun harus punya mata. Itu yang bikin kita bisa mengatur napas," kata Sahbirin Noor.
Sahbirin Noor Gubernur Kalimantan Selatan. Biasa disapa Paman Birin. Usianya 55 tahun. Lahir 12 November 1967. Hanya selisih satu bulan 8 hari lebih dulu dari saya.
Saya juga hobi main sepak bola. Itu dulu. Gantung sepatu usia 36. Sekarang cuma spesialis lima menit. Lalu minta diganti. Bukan digantikan. Itu pun tidak rutin. Tergantung situasi. Jauh berbeda dengan Paman Birin.
Saya datang ke Banjarmasin atas undangan beliau. Pada 11 Desember 2022. Bersama Ketua Umum PWI Pusat Atal Depari dan Ketua Siwo Pusat Gungde Ariwangsa.
Awalnya kami mengundang Paman Birin ke Jakarta. Pada Malam Anugerah Siwo Golden Award 2022 di hotel The Sultan. Kami memberinya penghargaan. Kategori Gubernur Peduli Olahraga. Tentu atas usulan dari Siwo PWI Kalsel.
"Maaf bang, Paman Birin nggak bisa hadir ke Jakarta karena ada pengajian rutin. Beliau minta penghargaannya diserahkan di Banjarmasin," kata Irwansyah, ketua Siwo PWI Kalsel memberi kabar saya.