Mohon tunggu...
suryansyah
suryansyah Mohon Tunggu... Editor - wartawan

berbuat baik belum tentu benar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Lokomotif Haji Yadi

14 Januari 2023   09:04 Diperbarui: 14 Januari 2023   09:09 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis menyambangi kandang sapi H. Yadi. foto dok penulis.

DIA petualang sejati. Mencari sesuatu yang berarti. Untuk kehidupan ini. Baginya,  tantangan menjadi sarapan pagi.

Semakin besar gelombang, dia semakin tertantang. Itulah Haji Yadi. Panggilannya sehari-hari. Nama lengkapnya Mujtahid Rahman Yadi. Dia lahir di Pandeglang. Besar di Jakarta. Berkelana di Depok pada 1998.

Sekarang, dia mungkin salah satu Sultan Depok. Orang yang ikut berperan mengantar pemimpin Depok 1. Sebanyak 4 kali Pilkada. Mulai dari era Walikota Nur Mahmudi hingga Mohamad Idris. Bahkan Gubernur Jawa Barat dua periode Ahmad Heryawan. Semuanya berlabel kiai.

Mungkin tak banyak orang yang tahu. Ayah lima anak ini memang low profile. Jarang bicara. Dia berada di belakang layar.

Manuvernya luar biasa. Jurus politiknya sulit ditebak. Dia Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Depok pada 2008.

Saya mencoba meraba-raba. Tapi, Haji Yadi berkelit. Sambil tertawa lepas. Akhirnya bersuara juga.

"Saya bicara dengan seorang wartawan. Bukan Suryansyah, sahabat lama. Jadi harus hati-hati," tuturnya dengan bahasa politik sembari tertawa.

Haji Yadi menyebut dirinya petualang. Dalam arti positif. "Ane suka tantangan. Makin sulit tantangan, makin kenceng berpetualang," kata Yadi mengawali cerita.

Pertemuan saya, Yadi, dan Mohamad Iwan di Depok, beberapa waktu lalu sekadar untuk seruput kopi. Melepas kangen setelah 35 tahun tak bertemu. Padahal sama-sama orang Depok.

Yadi menggocek saya dengan masa lalu. Kisah usang yang masih berkenan dikenang. Saya sempat terjebak. Tapi akhirnya Yadi mengulik petulangannya.

Saya kenal Yadi di SMUN 30 Jakarta. Tapi, usai lulus tahun 1988, tak lagi bertemu. Saya berlari mengejar mimpi. Yadi asik dengan petualangannya. Tujuannya sama. Hanya jalan yang berbeda. Tapi, sama-sama positif.

Saya menyebut sepak terjangnya: 'politik lokomotif'. Karena dia suka numpang kereta. Itu dulu. Masa remaja. Dia juga sebagai 'peta bumi'. Tahu persis nama jalan. Bukan hanya di Jakarta. Bahkan di Pulau Jawa.

"Sabar, sebentar lagi kereta barang lewat. Siap-siap," tutur Yadi ketika kami keluyuran dari Jakarta-Bali semasa remaja.

Tapi, saya tidak tahu kalau diam-diam dia merekam sesuatu. Dari hobinya bonceng mobil (truk) hingga kereta. Tempat-tempat beraroma bisnis. Dari sana kini dia petik hasilnya.

"Itu salah satu modal saya bisa seperti sekarang ini. Alhamdulillah. Saya tahu jalan dan tidak takut pergi sendirian," ujar Yadi.

Dia pernah ditawari mengurus perusahaan percetakan saudaranya. Tapi, ditolak mentah-mentah. "Cita-cita saya jadi pengusaha. Bukan pekerja," ungkapnya.

Tapi, uniknya dia tidak ambil jurusan ekonomi (A3) saat SMA. Justru memilih Fisika (A1). Berlawanan arah dengan bakatnya. Dia sempat kendalikan percetakan orang tuanya. Tapi, gulung tikar terkena krisis moneter 1998.

Yadi banting setir dengan main gula. Bahkan, menguasai Depok. Pemain gula yang bertahan di Depok sampai sekarang ada 4 orang. Tapi, semuanya Yadi yang suplai. Dia mengambil dari Bulog dan petani gula.

Ini garis tangan. Tapi, ada peran Tangan Tuhan. Yadi selalu berdoa. Sehabis solat. Bukan hanya 5 waktu. Tapi juga solat sunnah. Salawat. Dia selalu memohon petunjukNya. Penuh kesabaran.

Dari sinilah dia ketemu bisnis baru. Tidak sengaja. Yadi beli mobil kijang kapsul seharga 50 juta. Dipoles sedikit, bisa terjual dua kali lipat. Seterusnya. Jual beli mobil. Tapi, gula tetap main. Cari uang seminggu Rp50 juta baginya tidak sulit.

Yadi seperti ketiban durian runtuh. Tiba-tiba dipanggil Bulog. Dia diminta siapkan 50 ribu butir kelapa. Tanpa pikir panjang Yadi menyanggupi. Deal...! Modal nekat.

Tapi, begitu teken MoU, dia baru pusing. Yadi sama sekali tidak paham soal kelapa. Dimana cari kelapa? Dia berdoa kepada Allah. Mohon petunjuk.

Haji Yadi lari ke Pandeglang. Tapi, tak ada petani yang sanggup. Dia langsung down. Tenangkan diri.

Berkat bantuan tetangga, dia meluncur ke Pangandaran. Sendiri. Bawa uang sekoper. "Seperti saya bilang, saya petualang. Makin tertantang, makin menarik," lagi-lagi Haji Yadi menekankan.

Haji Yadi pun menemui petani. Harga cocok. Deal. Dalam 2 minggu, bisnis beres. Kontrak kedua Haji Yadi agak plong. Seterusnya...

Perkenalannya dengan Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat 2008-2018), sewaktu muda, mengantarnya ke panggung politik. Yadi bergerak dari kampus. Dia bersama aktivis 98 Rama Pratama.

Bahkan rumahnya dijadikan sekretariat PK (sebelum PKS) tahun 1999. Beralamat di Jl. Ciliwung 98, Margonda, Depok. Yadi dipercaya jadi bidang ekonomi.

Sejurus kemudian menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS Kota Depok periode 2007-2011. Kini sebagai Anggota Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) PKS Jabar. Hingga 2024.

"Ane juga bingung bisa ke politik. Ngomong aja ane gemeteran," tutur Yadi yang bermukim di Depok sejak 1998.

Darah binis tetap mengucur. Setahun kemudian dia bikin kandang sapi. Tempatnya di Jawa Tengah. Awalnya 300 ekor. Tapi kandas. Diracuni warga yang tidak suka. Dia tetap sabar.

Hidup itu tak lebih dari satu tetes di lautan yang tak terbatas. Namun apakah samudera itu selain banyak tetesan?

Kemudian dipindahkan ke Cirebon dan Depok. Total ada 3 kandang. Karyawannya 8 orang per kandang. Alhamdulillah hingga hari ini terus berjalan.

Tapi, dia berpikir untuk istirahat dari panggung politik. Fokus pada usahanya. DNA bisnisnya lebih kuat dari politik.

"Politik itu harus fokus dan total. Saya milih akan pensiun. Saya ingin fokus berbisnis," kata Haji Yadi yang pernah mencalonkan diri sebagai pada Pemilihan Legislatif 2019 dapil NTT.

Sepak terjang Haji Yadi tidak berhenti. Hingga saat ini dia bermain penggemukan sapi. Dia belajar dari nol soal sapi. Tak segan berguru dari ahlinya.

Kerja keras terbayar menjadi bukti bahwa segala usaha, perjuangan, dan pengorbanan yang dilakukan akan mendapatkan balasan yang setimpal.

Yap, hasil tak akan pernah mengkhianati usaha. Cepat atau lambat, usaha akan membuahkan hasil.

Dalam kehidupan, harus berani menerima tantangan. Sebelum merasakan nikmatnya kesuksesan. Namun, untuk mencapai kesuksesan, harus melakukan upaya terbaik.

Ingat, sesuatu yang besar tak pernah datang dengan mudah. Tapi dengan perjuangan dan pengorbanan. Sesuatu yang berharga dalam hidup dicapai melalui kerja keras.

David Mitchell, novelis Inggris dalam bukunya Cloud Atlas bilang: "Lakukan perjalanan cukup jauh, kamu bertemu dengan dirimu sendiri."

Kini, perjalanan Haji Yadi sudah cukup jauh. Dia pun berhasil menemukan dirinya sendiri. Tapi politik 'lokomotif'  diam-diam terus bergerak. *

Suryansyah
Warga Depok pinggiran
Sekjen Siwo PWI Pusat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun