Di sebuah kelas yang riang, Kang Uyan selalu berusaha menanamkan nilai-nilai kebaikan pada murid-muridnya. Suatu hari,kang Uyan ingin murid-muridnya lebih disiplin. Tanpa persiapan, beliau langsung menerapkan aturan baru yang sangat ketat. Semua murid harus datang tepat waktu, mengerjakan tugas dengan sempurna, dan tidak boleh melanggar sedikit pun aturan.
Awalnya, murid-murid merasa semangat untuk berubah. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka merasa terbebani dengan aturan-aturan baru yang terasa sangat berat. Beberapa murid mulai melanggar aturan karena merasa tidak nyaman. Ada yang datang terlambat, ada yang tidak mengerjakan tugas, bahkan ada yang bertengkar dengan teman dan sampai ada yang tidak masuk kelas sama sekali.
Melihat kondisi tersebut, Kang Uyan menyadari kesalahannya. Beliau terlalu terburu-buru dalam menerapkan aturan baru tanpa mempertimbangkan kesiapan murid-muridnya. Kang Uyan lalu mengajak murid-muridnya untuk berdiskusi menyepakati aturan kelas. Dengan sabar, kang Uyan mendengarkan keluhan dan masukan dari murid-muridnya.
Dari diskusi tersebut, kang Uyan belajar bahwa mendidik tidak bisa dilakukan secara mendadak. Perlu proses yang bertahap dan disesuaikan dengan kondisi serta karakteristik masing-masing murid. Kang Uyan lalu membuat kesepakatan bersama murid-muridnya untuk membuat aturan baru yang lebih realistis dan mudah diterapkan.
Sejak saat itu, suasana kelas menjadi lebih kondusif. Murid-murid merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk belajar. Kang Uyan pun merasa lebih tenang karena murid-muridnya bisa belajar dengan disiplin tanpa merasa terbebani.
Jadi, mendidik adalah proses yang panjang dan membutuhkan kesabaran. Jangan pernah terburu-buru dalam menerapkan perubahan. Libatkan murid dalam proses pembelajaran dan berikan mereka kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi me
reka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H