Mohon tunggu...
Suryan Nuloh Al Raniri
Suryan Nuloh Al Raniri Mohon Tunggu... Guru - Pengawas Sekolah

Penulis dan Conten Creator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Pulan dan Serigala

2 September 2024   08:42 Diperbarui: 2 September 2024   08:44 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu suara burung bernyanyi menyambut hangatnya sinar mentari yang menyeruak dibalik dedaunan. Pada suatu desa yang dikelilingi perbukitan dan hutan belantara, hiduplah seorang juragan tanah yang memiliki pembantu bernama Pulan. Si Pulan kerjanya menggembala kambing. Setiap hari, ia menggembalakan 40 ekor kambing milik majikannya yang terkenal keras kepala dan pemarah. Si Pulan bekerja dengan ikhlas, meski upah yang diterimanya pas-pasan.

Suatu hari, ketika sedang menggembalakan kambing-kambingnya di padang rumput yang luas, terjadilah musibah. Seekor serigala yang kelaparan menerkam salah satu kambing kesayangan Si Pulan. Si Pulan sangat sedih karena tahu majikannya pasti akan marah besar.

Saat sore hari, setelah kambingnya dimasukkan kandang. Majikannya bertanya, "Pulan kambingnya sudah masuk semua"?. "Sudah, juragan", kata Pulan. Namun, juragannya tidak percaya begitu saja. Menghitung kambingnya satu persatu. Setelah dihitung ia terkejut, kambingnya kurang satu. Si Pulan memberanikan diri menghadap majikannya. Dengan hati yang cemas, ia menceritakan kejadian yang sebenarnya. Namun, dugaannya benar. Majikannya langsung marah-marah dan memberikan hukuman yang berat. Si Pulan harus mengganti dengan uang sebesar 2,5 juta atau bekerja selama satu tahun tanpa dibayar sebagai ganti rugi atas kehilangan seekor kambing.

Si Pulan dengan perasaan bersalah, mengadu pada ibunya. Selama beberapa hari Pulan dan ibunya mencari uang untuk memenuhi keinginan juragannya. Namun, apalah daya mereka tidak mendapatkan uang tersebut. Dengan terpaksa Pulan, menerima hukuman itu dengan lapang dada. Ia terus bekerja dengan semangat, berharap suatu saat nanti akan ada keajaiban yang menimpanya. Setiap hari, ia selalu berdoa agar bisa keluar dari kesulitan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun