Pada tanggal 14 Agustus 2024, merupakan tonggak hari Pramuka yang ke-63. Berbagai macam kegiatan telah dilaksanakan seperti ucap ulang janji Dasadarma dan Trisatya, ziarah kubur dan kegiatan jambore. Saat puncak perayaan, sebanyak 7.000 anggota Pramuka melaksanakan karnaval dan tari kolosal Tarawangsa di Alun-alun Sumedang.Â
Tarawangsa sendiri merupakan kesenian khas Sumedang, tepat di Rancakalong. Tarawangsa adalah alat musik gesek khas Sunda yang menyimpan kisah panjang tentang peradaban agraris. Nama "Tarawangsa" sendiri berasal dari kata Ta yang artinya pergerakan, Ra berarti api yang agung dan wangsa memiliki sinonim dengan bangsa.Â
Sehingga Tarawangsa mengandung makna yang dalam, yaitu "kisah pergerakan bangsa matahari". Hal ini menunjukkan eratnya kaitan alat musik ini dengan siklus pertanian yang sangat bergantung pada sinar matahari. Tarawangsa bukan hanya sekadar alat musik, tetapi juga menjadi bagian integral dari upacara adat Sunda, terutama yang berkaitan dengan panen padi. Sebagai bentuk syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Â
Secara fisik, tarawangsa memiliki bentuk yang mirip dengan rebab, namun dengan ukuran yang lebih tinggi. Suara khasnya yang merdu dan melankoli seringkali mengiringi tarian dan nyanyian tradisional Sunda.Â
Selain fungsinya dalam upacara adat, tarawangsa juga sering dimainkan dalam pertunjukan seni untuk melestarikan warisan budaya Sunda.
Dalam era modern, upaya pelestarian tarawangsa terus dilakukan. Berbagai komunitas dan seniman muda berupaya menghidupkan kembali tradisi memainkan tarawangsa. Namun, tantangan tetap ada, seperti minimnya minat generasi muda terhadap musik tradisional.Â
Oleh karena itu, perlu adanya upaya kreatif untuk memperkenalkan tarawangsa kepada masyarakat luas, terutama generasi muda, agar warisan budaya ini tidak terlupakan.
Semoga dengan digelarnya tari kolosal Tarawangsa oleh anggota Pramuka, semakin meningkat rasa cinta tanah air. Karena sesuai tema hari pramuka Berjiwa Pancasila Menjaga NKRI.Â
Di tengah gencarnya perubahan zaman yang semakin tidak pasti, ancaman judi online yang merebak dan digital native seolah menghantui para generasi muda. Kegiatan Pramuka menjadi jawaban orang tua, supaya anak-anak terhindar dari pengaruh negatif teknologi.Â
Karena pendidikan kepramukaan membekali anak untuk rajin, trampil dan gembira. Dapat menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah. Serta hidup hemat cermat dan bersahaja dengan sikap yang disiplin, jujur dan perbuatan yang dilandasi Iman serta takwa pada Tuhan Yang Maha Esa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H