Perkembangan zaman sudah semakin cepat, setiap hari tidak lepas dengan yang namanya perangkat digital seperti handphone. Ada pameo, lebih baik ketinggalan dompet, daripada lupa bawa handphone. Saking ketergantungannya pada handphone, siswa SMP perlu dibekali dengan literasi digital. Ada empat pilar digital yang perlu dimiliki oleh siswa, disingkat CABE. Apa itu CABE?Â
Cakap digital
Aman digital
Budaya digital
- Baca juga: Guru Merdeka, Diantara Aplikasi dan Dedikasi
Etika digital
Sekolah sebagai suatu ekosistem pendidikan dapat menjadi sarana yang tepat untuk membekali empat pilar digital tersebut. Ada berbagai kegiatan yang dapat dilaksanakan, baik pada intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Sekarang pada kurikulum merdeka sudah memiliki mata pelajaran tersendiri mengenai teknologi digital, yaitu mata pelajaran informatika. Akan tetapi, penanaman literasi digital tidak cukup hanya kegiatan intrakurikuler yang durasinya 2 jam pelajaran tiap minggunya. Diperlukan jam tambahan setelah pulang sekolah dalam kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat siswa.Â
Ekstrakurikuler yang kami bentuk untuk mendukung bakat dan minat siswa yaitu EKSIS, ekstrakurikuler komputer dan Sains Siswa Surian. Eksis sendiri keberadaannya sudah terbentuk sejak 2009 dan mampu menghasilkan berbagai torehan prestasi. Diantaranya, finalis karya tulis ilmiah tingkat Nasional tahun 2018, Peserta KiHajar STEM, dan mampu membuat inovasi SIBESTI sebagai web pembelajaran saat pandemi Covid-19. Lewat aktivitas eksis, keterampilan abad 21 yang harus dimiliki siswa dapat dibimbing dan ditumbuhkan. Seperti literasi digital dan literasi sains. Melalui aktivitas yang menambah rasa ingin tahu sekaligus menantang, siswa diajak untuk belajar ilmu teknologi dan informasi ( TIK), sampai kepada beragam praktik khas sains. Perangkat digital sebagai alat bantunya untuk menyebarkan ilmu sains dan kegiatan-kegiatan positif lainnya sebagai alat kampanye internet sehat dan aman.
Pada pertemuan pertama, kami mengenalkan terlebih dahulu perangkat komputer yang tersedia di laboratorium komputer. Kemudian merambah pada mesin pencarian Google Chrome untuk mendukung belajar siswa. Supaya ekstrakurikuler tidak monoton dan disenangi siswa, kami persilakan siswa untuk mengetik apa saja yang ingin diketahui pada mesin pencari tersebut. Ada yang mencari lagu Mahalini, foto artis dan sosial media. Semakin sore, peserta ekskul berdatangan. Padahal waktu yang disediakan hanya sampai jam 2 siang. Akhirnya mereka ingin nambah hari untuk belajar teknologi digital.Â
Kami mengusung tema, "ingin narsis dan saintis, wayahe ikut eksis".