Mohon tunggu...
Retno Suryani
Retno Suryani Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis untuk mengikat kenangan

Konsultan Lingkungan, Senang bertemu masyarakat dan anak-anak, Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kepada 18 Petarung Terbaik

28 September 2024   07:45 Diperbarui: 28 September 2024   07:59 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Dengan hati yang masih tidak baik-baik saja, mari kita sama-sama menengok kotak-kotak yang lain. Mungkin tidak benar-benar menyembuhkan perasaan kita, tapi semoga dengan begitu kita sama-sama lebih merasa lega dan legawa.

Segala yang telah kita upayakan tidak sia-sia. Tentang batang demi batang tumbuhan baru yang tumbuh karena kita berhasil mendorong mereka semangat menanam. Tentang masyarakat demi masyarakat yang mulai menemukan caranya untuk hidup lebih berdaya, karena kita mulai berhasil mengajari mereka cara memberdayakan masyarakat. Tentang emisi yang berkurang, tentang sampah yang termanfaatkan, tentang energi dan air yang pemakaiannya lebih hati-hati. Ya, kita berhasil memaksa mereka mencipta inovasi baik untuk lingkungan. Tentang lahan-lahan tak termanfaatkan. Lihatlah, bukankah pelan-pelan tercipta kehidupan baru yang menguntungkan manusia di lahan - lahan itu. 

Aku dan kuyakin kalian juga tidak lupa tentang sepotong perjalanan ke Pulau Laskar Pelangi beberapa bulan lalu. Tentang tarian kreatif untuk promosikan budidaya nanas yang ramah lingkungan. Tentang ibu-ibu yang hangat menyambut kita di dapur mereka. untuk memasak sama-sama gangan ikan hasil memancing di laut juga ikan tawar hasil budidaya. Tentang dodol nanas, nastar, juga opak nanas yang terus berbenah semakin baik. Bukankah hari ini kita menyaksikan harapan baik tentang hidup mereka yang lebih mandiri terus tumbuh. 

Dan betapa hari-hari ini kita juga dibuat haru dengan setiap foto yang mereka kabarkan dari ujung barat Pulau Bangka atau Pulau Kundur nun jauh di Kepulauan Riau sana. Tentang sahabat difabel kita yang sudah mulai mampu mengelola kedai jus dan pempek nya. Tentang sahabat tani kita yang sudah sukses memanen kompos nya. Tentang sayur demi sayur yang berhasil dipanen dari lahan kritis miskin unsur hara. Atau tentang sahabat nelayan kita yang sukses dengan budidaya ikan kakap putihnya. Tentang ibu-ibu yang mulai terampil membuat terasi. 

Bukankah hari-hari ini kita menyaksikan perubahan baik itu pelan-pelan terjadi?

Tidak pernah sia-sia segala upaya yang telah kita lakukan. Kalaupun semua hal baik itu tidak bisa kita bawa ke pertarungan, bukankah setidaknya kita telah menjadi pemenang atas diri kita sendiri. Ya, setidaknya kita telah menang dari rasa takut, rasa malas, rasa ragu-ragu, dan segala kelemahan hati kita sendiri. 

Kita hanya perlu membuat kotak lebih banyak. Kita hanya perlu membuat definisi baru tentang kesuksesan dan tentang kemenangan.

Bukankah kesuksessan yang hakiki adalah kebermanfaatan bagi umat dan lingkungan?

Aku mengerti dengan baik, tulisan ini tidak mengobati rasa kecewa pun sesak kita sepenuhnya

Bahkan air mata masih saja bertengger di sudut kelopak mata kita

atau justru sudah jatuh menetes menganak sungai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun