Lelaki berambut tipis menceritakan senja/
matahari yang surut ke balik bukit/ bulat besar seperti di bali/
Perempuan-perempuan menggendong anaknya/
masuk ke rumah kayu/
menunggu suami pulang membawa berkarung-karung timah/
dengan mulut dan gigi menyimpan aroma kopi/mungkin sudah berjamjam bual di kedai/
mungkin juga ke kontrakan perempuan-perempuan pulau seberang yang terbawa nasib/
wangi dan mempunyai tawa lebar/
memujimuji lelaki penambang//
Anak-anak mengendap/
jalan memutar/menghindari sekolah dan pak guru/menyusur pantai/
Dengan kain bekas pakaian dalam ibunya/ warna merah putih favorit para gurita/seksama memancing/
Aha, seminggu sejuta ditangan/seperti gaji sebulan guru honor yang mengajarinya membaca dan berhitung//
Lelaki berambut tipis merindukan istrinya/yang enggan turut/tinggal di pulau melimpah matahari/tanah bercampur timah/dan harga-harga kebutuhan yang mencekik/
kulit wajahnya makin mengkilat/hitam tak tertolong bedak dingin/terus menggumamkan keindahan yang tak kasat oleh istrinya//
Setiap matahari surut ke balik bukit/dan para penambang menyelinap ke rumah perempuan-perempuan seksi di ujung kampung/lelaki berambut tipis itu mengurut dada/ingin membangun ruang lebih luas untuk istrinya/di hatinya/di gemetar tubuhnya yang lama tak tersentuh//
2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H