Mohon tunggu...
Surtini Hadi
Surtini Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - kebermanfaatan

Ibu Rumah Tangga, tinggal di Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mogok Praktik : Dokter Versus Pasien?

27 November 2013   13:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:37 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kekuatan teknologi tanpa pernah kita bayangkan turut campur tangan dalam penyakit manusia, hubungan antara dokter dan pasien telah menjadi ajang peperangan. Rasa tidak percaya dan sikap tidak hormat telah mengangkangi tempat yang seharusnya diisi oleh persatuan dan kerukunan.

Dari berita di televisi , hari ini dilaksanakan aksi DEMO DAN MOGOK PRAKTIK oleh para dokter. Aksi tersebut adalah rangkaian dari bentuk solidaritas para dokter kepada kawan mereka dokter Ayu cs di Manado yang tersandung kasus malpraktik dan diganjar dengan hukuman kurungan.

Prihatin, itu saja mungkin kata yang bisa mewakili perasaan saya ketika mendengar berita tersebut. Baik dalam posisi saya sebagai pasien ataupun jika sebaliknya. Dan untuk menghibur diri, mau tidak mau saya baca lagibuku andalan :“PATCH ADAMS”, KISAH INSPIRATIF SEORANG DOKTER EKSENTRIK YANG MENYEMBUHKAN DENGAN HUMOR DAN KEBAHAGIAAN.

Kepalsuan adalah bentuk modern wabah: ia dapat membunuh. Demikian ungkapMatthew A. Budd,M.D. asisten professor kedokteran Harvard Medical School,dalam pengantar buku tersebut.Bahwa inti dari hubungan dasar manusia dikaburkan oleh prosedur, teknologi dan peraturan.

Begitu pula didunia pengobatan kita sudah terlepas dari hal-hal yang member kita makna. Pada zaman ketika kekuatan teknologi tanpa pernah kita bayangkan turut campur tangan dalam penyakit manusia, hubungan antara dokter dan pasien telah menjadi ajang peperangan. Rasa tidak percaya dan sikap tidak hormat telah mengangkangi tempat yang seharusnya diisi oleh persatuan dan kerukunan. Bahwa kita, sebagai dokter dan pasien, memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dapat melalui saat-saat terburuk dalam hidup jika kita bersikap sebagai teman dekat dan saling menghormati.

Lebih jauh, Patch Adams menguraikan hubungan antara dokter dan pasien pada konteks sistem perawatan kesehatan yang mengalami kelelahan :

Kelelahan adalah keadaan saat orang tidak terpuaskan dengan pekerjaan mereka dan tidak cukup beristirahat. Mereka sudah bekerja terlalu keras dan lama; sehingga menghilangkan kegembiraan dan kenikmatan menolong orang lain.

Tapi saya menolak untuk percaya kalau kelelahan adalah suatu keniscayaan dalam praktik kedokteran. Saya yakin kalau tenaga professional di bidang kesehatan yang merasa kelelahan tidak menyadari “potensi yang menarik” dalam hubungan antara dokter dan pasien.pasien tidak segan-segan menawarkan kepercayaan, cinta, rasa hormat mereka dan banyak lainnya lagi kepada dokteryang mengutamakan sikap penuh perhatian yang menyenangkan.

Penyebab kelelahan itu tak lain, pertama, komunikasi yang buruk. Kegembiraan menjalin hubungan akan hilang jika seorang dokter hanya menghabiskan sedikit waktudengan pasien; sirna pula senangnya menjalin kedekatan. Karena berbagi waktu adalah unsur penting dalam persahabatan, tanpa persahabatan, tata cara kerja dokterakan terasa kering dan dangkal.

Kedua, tidak seimbangnya waktu kerja dan waktu pribadi. Terus menerus bekerja memaksakan diri sendiri karena telah menerima tanggung jawab dapat merusak kehidupan pribadi seseorang. Idealnya, seorang dokter seharusnya melakukan praktik dalam kelompok teman dekat yang saling membutuhkan dan mengasihi, beristirahat jika diperlukan, dan bekerjasama dengan rekan-rekan praktisi sejawat.

Ketiga, jika ilmu kedokteran dijalankan sebagai bisnis semata. Pasien menjadi konsumen, dokter menjadi penyedia jasa bayaran, kaku dan tidak bisa berbagi emosi yang sangat penting dalam persahabatan.perawatan kesehatan tertutup untuk orang miskin dan terbatas untuk yang lain. Hubungan dengan pasien miskin tidak sama dengan yang diberikan pada mereka yang kaya.

Keempat, ketakutan akan tuntutan malapraktik. Ketidakpercayaan meresap kedalam hubungan antara dokter –pasien dan merusaknya. Untuk melindungi diri mereka dari tuntutan hukum, dokter mewajibkan pasien mereka menjalani prosedur dan tes yang sebenarnya tidak perlu dan hanya bersifat membela diri. Kegelisahan terhadap tuntutan malapraktik juga melahirkan sifat suka menyalahkan pihak lain, yang dapat menjadi penyakit bagi pendekatan tim yang sangat penting dalam perawatan kesehatan , dan menghambat intuisi, kreatifitas dan investigasi ilmiah. Praktik kedokteran yang kaku menjadi praktik “resep” yang bersifat mekanis. Yang paling menyedihkan, situasi malapraktik mengingkari hak dokteruntuk tidak sempurna.

Waaahh, suka tidak suka, mala praktik, kriminalisasi dokter, mogok praktik, penelantaran pasien (istilah yang akhir-akhir ini popular) adalah hal yang kontra produktifterhadap spirit praktik kedokteran yang tanpa beban menyediakan kesempatan untuk membangun persahabatan sembari melayani umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun