Generasi yang mengalami masa awal 2000 an  an pasti masih ingat, goyangan Inul Daratista yang digelari goyangan ngebor. Karena  berputar-putar pada satu poros menyerupai gerakan konstan alat  pembuat lubang bertenaga listrik. Haji Rhoma Irama, meluncurkan protes pada saat itu. Karena  gerakan ngebor Inul dituding  mencederai citra  dangdut menjadi sensual. Padahal, Inul bukan satu-satunya. Dibelakang Inul, ratusan  biduan dandgut lokal terlanjur menjadi buah bibir dalam  kenduri tingkat kampung. Karena menawarkan  joged yang erotis   dalam balutan busana  minim. Membius mata pencinta dangdut.    Inul pun lahir dari kawah candradimurka  yang sama – melalui pentas dangdut di pelosok. Dangdut dituduh menjadi  salah satu faktor penyebabmerosotnya moral generasi muda. Namun tidak sedikit,  kelompok pembela Inul buka suara. Perseteruan yang melambungkan nama Inul Daratista.
Setelah  orang sudah mulai lupa. Melaju lah dangdut Indonesia. Dangdut dengan gerakan  jogednya. Mulai dari jenis dangdut sopan, diisi pedangdut berbusana tertutup dengan  gerak joged secukupnya sampai  pedangdut berkostum semakin minin dan terbuka. Kelompok kedua, menawarkan goyangan khas masing-masing. Setelah goyang ngebor Inul, ada goyang ngecor milik Uut Permatasari, goyang patah-patah ala Anisa Bahar,  Dewi Persik dengan goyang gergaji nya. Ada lagi goyang kayang milik Putri Vinata dan goyang itik yang jadi trade mark nya Zaskia Gothik.  Di barisan pedangdut muda, sebutlah Cita Citata dengan goyang dumang alias duyung mangap. Beberapa nama terakhir,  melejit namanya dengan   kehidupan kontroversialnya.  Untunglah masih ada goyang Caesar yang tidak berpusat pada  tubuh.
Era penyanyi  duo  hingga grup  juga memberi julukan goyangannya masing-masing. Diantaranya goyang pinguin oleh Duo Walang Sangit. Kemudian, Trio Macan, yang meskipun tidak menggelari secara spesifik gerakannya, jelas menonjolkan sensualitas yang memancing hasrat kaum lelaki. Yang terbaru, duo serigala mempopulerkan goyang drible-gerakan yang terinspirasi ayunan bola basket. Dengan sengaja, berporos pada buah dada keduanya yang   sengaja dipamerkan sebagai daya tarik.  Tak pelak, menimbulkan histeria penggemar  goyang dangdut sensual.
Sekali lagi, dangdut memang unik.  Mungkin hanya di musik dangdut, penyanyinya bisa  mengalunkan lirik getir  sambil  bergoyang tubuh. Dangdut juga mengakomodasi banyak sisi ketertarikan. Bagi penyuka joged, silahkan menikmati goyangannya. Bagi  yang tak bisa berjoged, cukup nikmati hentakan musiknya. Yang   tidak bisa berjoget dan bermusik,  silahkan menghayati  liriknya. Dangdut  jadi share of joy bagi semuanya.
Entah akan kemana lagi arah evolusi  (revolusi ?)  dangdut tahun-tahun kedepan. Sebagai penonton, mari berharap dangdut terus eksis. Terus jadi kebanggaan Indonesia. Namun berkembang secara positif. Bukan jadi media baru untuk eksebisi tubuh. Jayalah  dangdut Indonesia. (one")