Mohon tunggu...
reni suryani
reni suryani Mohon Tunggu... -

seorang penulis amatir artikel, fiksi, dan agama. suka membaca dan jalan-jalan. cita-cita: buku saya diterbitkan, disebarkan ke seluruh sekolah dan taman bacaan di Indonesia.amin

Selanjutnya

Tutup

Nature

Membuang Sampah ke Sungai atau Membakarnya di Sisi Jalan?

24 November 2013   09:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:45 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah adalah sisa dari pemanfaatan suatu produk.Sampah dibagi ke dalam dua jenis yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah anorganik dibagi lagi ke dalam sampah kertas dan sampah plastik. Biasanya sampah anorganik ini diusahakan untuk digunakan kembali atau didaur ulang.

Yang menjadi masalah bukanlah kertas pembungkus gorengan atau plastik bekas es yoghurt. Tapi yang paling memusingkan adalah sampah pempers atau popok siap pakai.

Ada mitos, jika sampah pempers dibakar, maka si pemakai pempers, pasti akan merasa terbakar di bagianselangkangan. Entah benar atau tidak silakan coba!

Pempers terbuat dari bahan kertas yang berasal dari pohon. Terbayang berapa banyak pohon yang ditebang untuk menghasilkan ribuan pempers dari berbagai ukuran. Kalau misalnya tinja yang merupakan limbah organik, maka langkah apa yang paling tepat untuk membersihkan sampah pempers berikut tinjanya?

Banyak orang awam yang karena perduli kebersihan, membersihkan rumahnya dari sampah, memasukkannya ke dalam plastik lalu membuangnya ke sungai! Banyak yang tidak perduli dan tak mau tahu akan kemanakah sampah-sampah itu hanyut. Jika seorang berpikir bahwa hanya dirinya ini yang membuang sampah ke sungai, bagaimana jika 1000 orang berpikir yang sama? 1000 sampah x 30 hari x 365 hari. Berpa kubik sampah yang kita hasilkan dan dibuang ke sungai? Pantas saja banyak banjir melanda perkotaan. Tinggi banjir bahkan pernah mencapai 2 meter dan menghanyutkan barang-barang, minimal merusakkan barang elektronik. Jika sudah begitu, kerugian yang dialami lebih besar.

Sekarang jika sampah organik kita pisahkan dalam bak sampah sendiri, kita bisa membuat pupuk kompos sendiri. Pupuk kompos bisa menyuburkan tanaman. Karena bukan terbuat dari bahan kimia, maka tanaman kita akan lebih subur dan yang pasti aman dikonsumsi karena pupuknya pupuk organik.

Sekarang jika kita telah memisahkan sampah dan memilah-milahnya tergantung jenisnya, tapi ternyata sampah yang tercecer tetap saja ada? Maka pilihan yang terbaik adalah membakarnya. Pembakaran menghasilkan gas CO2, monoksida danlain-lain. Pembakaran sampah yang banyak bisa merusak ozon. Tapi jika kita rajin menanam pohon dan tanaman lainnya di pekarangan kosong milik kita, maka oksigen yang dihasilkan tanaman akan mengganti kerusakan yang disebabkan pembakaransampah yang kita lakukan . Jangan lupa untuk memilah botol plastik dan strorofoam bekas mengemas makanan di sebuah tempat tersendiri. Karena di tangan orang kreatif, botol plastik dan strorofoam bekas bisa didaurulang menjadi benda yang menarik dan berdaya jual. Wallahu alam.(suryani rinz)

13852590862036318205
13852590862036318205
138525914236879937
138525914236879937
13852592501129730207
13852592501129730207
1385259325366703760
1385259325366703760

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun