Belum pernah terbayangkan, hal yang sudah menjadi kebiasaan rutin dapat menancapkan  pola pikir hingga dikemudian hari. Sejak SD hingga SMP, ketika disebutkan nama untuk mengecek kehadiran pasti murid-murid menjawabnya "hadir". Seolah-olah sudah tersimpan dalam memori jangka panjangnya murid. Kali ini penulis ubah cara mengecek kehadiran murid dengan mengucapkan kata sifat yang menunjukkan who i am (siapakah aku?). Murid dapat berekspresi sesuai sifat dirinya masing-masing. Pada awalnya, murid kebingungan yang harus diucapkan.
Berdasarkan teori model memori kerja, bahwa suatu tipe meja kerja yang secara konstan untuk mengubah, mengkombinasikan dan memperbarui informasi baru dan lama. Sehingga ada kecenderungan, untuk mengubah kebiasaan lama diperlukan suatu effort yang tidak mudah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi memori kerja diantaranya putaran fonologi dan alas sketsa visual spasial. Putaran fonologi berhubungan dengan mengucapkan kata-kata tersebut secara lisan yang membutuhkan waktu. Sedangkan  alas sketsa visual spasial berhubungan dengan mengingat bentuk dan ukuran atau kecepatan gerak benda.
Pada studi kasus di kelas 7, Rata-rata murid mengucapkan kata "baik dan hadir". Hal membuktikan bahwa putaran fonologi memerlukan waktu. Untuk mengucapkan kata sifat yang menunjukkan Siapakah dirinya, murid-murid terdiam sejenak dan mengucapkan kata yang sama dengan sebagian temannya. Selain untuk melatih memori murid, kegiatan "who i am" juga untuk melatih keberanian murid dalam berkomunikasi dan berekspresi. Penulis meyakini setiap murid memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga perlu diekspresikan lewat komunikasi lisan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H