Setiap tahun orang disibukan dengan ritual tahunan yang namanya mudik. ritual seperti ini tidak hanya monopoli orang Indonesia, hampir setiap negara mempunyainya. Ritual yang berulang terus sehingga layak disebut tradisi.
[caption id="attachment_335303" align="alignnone" width="526" caption="Karya Engkong Ar Ke di Facebook"][/caption]
Mudik itu sendiri berasal dari kata udik yang artinya kampung. Kita telusuri asal lebih dalam kata udik mempunyai lawan kata milir yang mempunyai kata dasar hilir. sedangkan mudik adalah lawan dari milir yang artinya kembali ke hulu atas kembali ke asal. Di Indonesia mudik itu identik dengan Idul Fitri yang secara mudah saya artikan kembali ke fitra.
Saat tiba di kampung maka manusia melepaskan semua atribut jabatan, pangkat dan kekayaan yang dimiliki untuk kembali ke fitra menjadi manusia biasa. Dimana sejatinya manusia bagian dari manusia lain dan tunduk terhadap norma dan aturan yang berlaku dimasyarakat dimana mereka tinggal. Â Maka tidak heran seorang Jokowi, yang sudah terpilih menjadi Presiden R.I. (minimal versi KPU) harus berlutut di hadapan seorang wanita tua yang masih menjadi rakyat jelata.
Selain itu ada satu sebab yang tidak bisa kita abaikan saat mudik. Seseorang akan tergoda bernostalgia dengan teman-teman lama di tempat yang sudah lama tidak mereka kunjungi. Akibat pengaruh alam bawah sadar kita, sebagian besar manusia selalu menggangap kenangan masa lalu adalah indah. Kebersamaan dan persaudaraan yang terjadi saat semua berkumpul di kampung halaman. Tukar pengalaman dan mengungkap kembali pengalaman lama menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan. Â Momen indah itu yang ingin selalu diulangi. Makanya tidak heran jika orang berbondong-bondong untuk mudik sekalipun harus menempuh berbagai kesulitan dalam perjalanan. Selamat mudik dan kembali ke fitra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H