Potensi dan bahan untuk menulis di kalangan Orang Dayak sangat besar, tetapi sedikit sekali yang diangkat ke media. Belakangan ini memang sudah ada benih penulis-penulis baru di kalangan Suku Dayak, tetapi itu masih kecil sekali. Dibutuhkan lebih banyak lagi penulis baru.
Terpanggil untuk mengisi kekurangan ini, kami dari Institut Satu Borneo mencanangkan program "Borneo Menulis". Mungkin program ini naif dan terlalu berani, karena kami tidak didukung dana dan hanya mengandalkan semangat. Tetapi ini untuk dijadikan halangan untuk kami bertindak.
Teman adalah kekayaan, mungkin ini adalah istilah yang tepat bagi kami. Masri Sareb Putra adalah salah satu putra Dayak yang sudah lama menjadi penulis kami hubungi untuk menjadi pembicara sekaligus mentor kami. Ternyata beliau bersedia datang dengan tanpa meminta bayaran sama sekali termasuk biaya transportasi.
Setelah melalui beberapa kali pembicaraan akhirnya diputuskan kami mengambil tema "Pemberitaan Firman di Era New Media". Tema ini sengaja dibuat untuk menarik kalangan rohaniawan untuk mengikutinya dan kami selingi dengan Sesi "Menulis Kreatif di Era New Media". Sebagai catatan bagi Orang Dayak Kalimantan Barat, Gereja adalah sebuah identitas. Ini yang kami usung sebagai langkah awal kami.
Seminar kami selenggarakan pada tanggal 13 Oktober 2014. Siasat mengundang gereja cukup berhasil dengan datangnya beberapa pendeta senior menjadi peserta. Dari kuantitas memang masih kecil yang datang hanya 14 orang, tetapi respon dan ketertarikan peserta dalam seminar telihat jika mereka akan menularkan benih menulis kepada jemaat masing-masing yang jumlahnya tidak sedikit. Semoga benih menulis itu dapat bergulir.
[caption id="attachment_349176" align="aligncenter" width="630" caption="Peserta dan Pembicara Foto Bersama (doc pribadi)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H