Mohon tunggu...
Suryadin Laoddang
Suryadin Laoddang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Digital Marketing - Pemerhati Budaya Bugis

Lahir tahun 79 di Sulsel. Kini menetap di Yogyakarta sejak 97. Latar belakang pendidikan ekonomi, tetapi lebih tertarik ke masalah Budaya. Khususnya sastra Bugis berupa GALIGO, ELONG-KELONG, DARARI, AKKE ADA, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kasumba & Paria, Penawar Cacar

2 Oktober 2010   00:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:48 6675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Suryadin Laoddang

Entah sudah berapa kali saya menerima pertanyaan, “Apakah Bahasa Indonesia-nya Kasumba ?”. Mereka menanyakan nama Indonesia dari Kasumba ini, mengingat masyarakat diluar pulau Sulawesi mungkin tidak mengenal rempah-rempah tersebut. Bisa juga karena nama berbeda untuk merujuk pada rempah-rempah yang sama. Seorang adinda di Bogor, panik saat mendapati anaknya yang baru berumur 10 Bulan terserang penyakit cacar air (Varicella simplex). Hal pertama yang dia ingat adalah, pengobatan tradisional, seperti yang diajarkan leluhurnya. Tengah malam tadi, adinda yang lainnya juga menanyakan hal serupa, katanya seorang warga asramanya terpapar cacar disekujur tubuhnya. Tiga hari yang lalu, anak tetangga juga terpapar penyakit yang sama.

Ibarat tamu tak diundang, cacar air kerap datang tiba-tiba tanpa pandang bulu. Kendati bisa disembuhkan, jangan sepelekan penyakit yang telah berusia ratusan tahun ini, selain bisa mengundang komplikasi sejumlah penyakit. Bekas gelembungnya juga bisa meninggalkan bopeng yang mengganggu penampilan.

Cacar air, dikenal juga dengan nama Varicellasimplexadalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi varicella-zoster. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit panas, demam, pilek cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Pada kasus yang lebih berat, kadang disertai nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Dikemudian hari timbullah bintik kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah. Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang akan terlepas dengan sendirinya. Tapi, meninggalkan bercakdi kulit yang lebih gelap. Bercak ini lama-kelamaan akan pudar dan tidak akan meninggalkan bekas.

Selain pengobatan medis, masyarakat Indonesia juga masih sering mengobati penyakit cacar ini dengan ramuan tradisional. Dalam ilmu pengobatan Bugis – Makassar setidaknya ada dua jenis ramuan untuk mengobati penyakit ini. Diantaranya ;

Sayur Paria :

Paria (Momordica carantia) merupakan jenis sayuran yang tak asing lagi bagi kita. Paria ( Jawa : Pare; Bugis, Sunda : Paria ), banyak tumbuh di daerah tropis dan mudah di jumpai mulai dari pasar tradisional hingga di supermarket. Khasiat paria selama ini diketahui dari berita yang tersebar dari mulut ke mulut. Sejak zaman dahulu, oleh bangsa Cina, Paria digunakan sebagai obat penurun panas, diare, serta penangkal keracunan makanan. Selain itu paria juga dapat mengatasi terganggunya nafsu makan terutama pada saat udara terasa panas sehingga paria sangat cocok bila dimasak pada saat musim kemarau.

Mengkonsumsi sayur paria akan sangat membantu daya imunitas tubuh untuk melawan virus cacar yang menyerang tubuh. Sementara ramuan daun Paria diyakini dan telah dibuktikan oleh Pengobatan Tradisional Bugis mampu menghilangkan bekas bopeng/kroteng di kulit yang tadinya ditumbuhi gelumbung cacar. Hal ini dikarenakan besarnya kandungan Vitamin C dalam buah dan daun Paria. Vitamin C yang terkandung di dalam 100 gram paria sekitar 120 ml. Vitamin C ini berfungsi untuk menjaga kecantikan kulit, yaitu mencegah kerusakan kulit yang diakibatkan oleh sengatan ultra violet. Berarti, paria juga mampu mencegah munculnya noda hitam dan kerutan pada wajah. Ini pulalah yang mendasari kenapa masyarakat Bugis menggunakan ramuan daun paria sebagai obat cacar.

Cara membuat ramuan. Ambillah beberapa lembar daun Paria irisan dua siung bawang merah, sejumput garam kristal, 5 sendok minyak goreng kelapa. Remas hingga menjadi satu, hingga garamnya lumer bersama minyak gorengnya. Getah daun Paria yang telah menyatu dengan minyak goreng tadi, dioleskan kesekujur tubuh penderita cacar. Ingat, jangan hanya dioleskan pada daerah yang kena cacar, melainkan disekujur tubuh.

Kasumba

Kasumba dalam bahasa Makassar, atau Kesumba dalam Bahasa Bugis.Sejatinya adalah pucuk bunga yang diyakini dan terbukti mampu mengobati penyakit cacar air. Kesumba sendiri terdiri dari dua jenis :

1.CIPPE LAMACUI

Sejenis tanaman benalu (Loranthus, suku Loranthaceae), yang menempel (menumpang tumbuh) pada tanaman besar seperti Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia), Jeruk Buah (Citrus fruit), Kapuk (Ceiba pentandra), dan tanaman lainnya. Umumnya, untuk mengobati penyakit cacar air, Cippe Lamacui yang menempel pada jeruk nipis lebih berkhasiat dibanding yang lainnya. Uniknya, untuk keperluan pengobatan, benalu ini harus dipetik langsung antara pukul 09.00 – 11.00. Tidak boleh diambil dengan bantuan penjolok/sulur bambu panjang. Mungkin terkesan mistis, tetapi hemat penulis tidak demikian. Putik cippe lamacui yang gampang gugur memang sangat beresiko jika diambil dengan bantuan penjolok. Disamping itu, menempelnya embun pagi hari juga sangat mempengaruhi mudahnya sang putik gugur. Sementara, diatas jam 11.00 diperkirakan putik sudah banyak yang hilang akibat diterbangkan angin.

2.PUTIK KUMA-KUMA

Tanaman Kuma-kuma Photo : www.wikipedia.org Tanaman Teratai Photo : menembuscakrawala.blogspot.com Selama ini banyak yang salah kaprah, dan menganggap Kesumba itu adalah bunga/putik bunga teratai. Makanya, wajar jika ada istilah KESUMBA TERATE. Hal ini dirasa wajar, mengingat bentuk dan bunga serta putik bunga kuma-kuma memang hampir mirip dengan teratai air. Jika teratai air banyak tumbuh didaerah perairan, maka kuma-kuma justru tumbuh didaratan. Kuma-kuma sering juga disebut safron(saffron) adalah tanaman rempah–rempah dari putik bungaCrocus sativus. Bunga kuma-kuma memiliki tiga kepala putik. Bagian tangkai putik, yang menghubungkan kepala putik dengan bagian bunga paling dalam inilah yangdikeringkan dan disebutsaffron. Hasilnya dipakai sebagai bumbu masak dan bahan pewarna. Menurut penelusuran WIKIPEDIA, Safron berasal dari Asia Barat Daya, konon sempat menjadi tanama rempah termahal didunia.Safron memiliki rasa khas sedikit pahit dan berbau harum seperti iodoform atau rumput kering yang disebabkan zat kimia bernama picrocrocin dan safranal. Safron mengandung crocin, salah satu bahan pewarna karotenoidyang membuat makanan berubah warna menjadi kuning keemasa.Warna kuning terang safron menjadikannya sebagai rempah-rempah yang paling banyak dicari orang di dunia. Dalam pengobatan tradisional, safron digunakan sebagai obat berbagai macam penyakit.

Cara membuat ramuan Kasumba : Bunga Kasumba direbus dengan dua gelas air, bisa pula dengan diseduh air mendidih. Setelah dingin, minumlah tiga gelas sehari.

Belum puas rasanya melengkapi tulisan ini. Masih perlu penelusuran data dan bertanya pada para pakaar biologi, farmasi dan pakar-pakar lainnya. Tapi, tulisan terpaksa harus segera di unggah. Niatnya sederhana, semoga dapat bermanfaat sebagai bahan rujukan bagi siapapun atau mungkin bagi mereka yang memiliki keluarga yang terpapar penyakit cacar ini. Selamat mencoba, semoga cepat sembuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun