Mohon tunggu...
Suryadin Laoddang
Suryadin Laoddang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Digital Marketing - Pemerhati Budaya Bugis

Lahir tahun 79 di Sulsel. Kini menetap di Yogyakarta sejak 97. Latar belakang pendidikan ekonomi, tetapi lebih tertarik ke masalah Budaya. Khususnya sastra Bugis berupa GALIGO, ELONG-KELONG, DARARI, AKKE ADA, dll.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bapak, Pulanglah

27 Oktober 2010   02:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:04 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bapak…

Pulanglah

Kampung kita kebanjiran

Bahkan rumah kita juga terancam

Di ujung jalan sana, bunyi klakson bersahutan

Karena macet dimana-mana

Bapak…

Pulanglah

Duka dan tangis saudara mudaku

Di Wasior belum juga kering

Adik-adikku disana masih mengais

Mengorek sisa banjir

Mencari celengan bambunya

Bapak…

Pulanglah

Duka dan tangis saudara tuaku

Di lereng Merapi baru saja meledak

Rumah dan ladang mereka beruba jadi lautan abu

Kulit mereka gosong segosong ternaknya yang mati

Bapak…

Pulanglah

Tidak kau tahun saudara kembarku

Di Mentawai sana sedang gunda gulana

Mencari sanak yang tergulung Tsunami

Menghitung remah-remah untuk bertahan hidup

Karena orang lebih sibuk beradu mulut di Ibukota

Tak bisa membedakan Banjir dan Tsunami

Bapak…

Pulanglah

Usah kau tebar pesona di sana

Para Veteran Viet Cong takkan terkesima

Bapak…

Pulanglah

Tak usah kau habis Upeti kami

Hanya untuk memimpin Obrolan Cakruk

Lewat satelit

Bapak…

Pulanglah

Tidak kau sadar

Kehadiranmu kami butuhkan

Kenapa tak kau tiru

Sebastian Pinera

Obama

Atau Evo Morales

Bapak…

Pulanglah

Kami tak butuh suara terharumu

Kami tak butuh tetes air matamu

Yang kami butuh kehadiranmu

Bapak…

Pulanglah

Kami sudah tak marah lagi padamu

Kami sudah memaafkanmu

Hanya tersisa rasa Muak padamu

Yang siap kamu tumpahkan

Jika Bapak terus tebar pesona

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun