Menurut Thomas Aquinas  terdapat cara  untuk  mengetahui  dan  memahami  eksistensi Allah beserta sifat-sifat-Nya.  Hal  tersebut  bertujuan  untuk  menolak  pandangan  sebagian orang  yang  menolak  akan eksistensi  Allah. Dia mencatat  ada dua  hal  yang  biasanya  dijadikan  alasan untuk  menolak  eksistensi  Allah.  Yang  pertama  berkaitan  dengan  adanya kejahatan  di  dunia  ini.  Kedua,  dunia dan segala  seluk  beluknya  dapat dijelaskan  tanpa  mengikut sertakan  Allah.
  Dua hal tersebut seringkali di gunakan oleh sebagian manusia yang beraliran komunis, untuk dijadikan suatu alasan agar dapat menolak adanya keberadaan tuhan dan eksistensi-Nya. Oleh sebab itu, seorang filosof abad pertengahan yang bernama thomas Aquinas, berusaha untuk memaparkan pandangannya kepada khalayak manusia, untuk membuktikan eksistensi Allah dan juga untuk mengenal sifat-sifat-Nya, di antaranya:
   pertama,adanya perubahan atau gerak. Suatu perubahan atau gerak dapat terjadi jika suatu pergerakan atau gerak tersebut disebabkan oleh gerak lain dan gerak yang lain itu disebabkan oleh gerak yang lain pula dan ritme pengulangan itu terjadi secara terus menerus. Perubahan atau Gerak ini akan bersifat terbatas pada satu gerak yang tidak digerakkan. Gerak ini disebut Penggerak Pertama. Yaitu Allah
   Kedua, tidak ada sebab di dunia ini yang dapat menghasilkan dirinya sendiri dan pasti ada penyebabnya. Asal segala sesuatu itu pasti ada penyebabnya, sesuatu yang ada, tidak mungkin di sebabkan oleh sesuatu yang tidak ada, Seandainya ada, ia harus mendahului dirinya sendiri. Sebab, yang berdaya guna harus punya sebab-sebab yang lain tanpa batas, maka harus ada sebab yang berdayaguna pertama. Itulah Allah.
  Ketiga, segala sesuatu, itu pasti ada yang ada dan tidak ada, sesuatu yang ada, tidak mungkin ada tanpa sebab. Akan Tetapi diadakan. Semua mungkin ada dan tidak ada. Sesuatu hal yang tidak ada, mulai berada, jika diadakan oleh sesuatu yang telah ada. maka Sesuatu yang telah ada ini harus didahului atau diadakan dari sesuatu yang telah ada sebelumnya, dan seterusnya. Yang ada ini mutlak, yaitu Allah.
   Keempat, di dunia ini manusia sering menilai sesuatu hal. Manusia menilai sesuatu itu kurang baik, lebih baik, tidak benar, lebih benar dan penilaian lainnya yang lebih kurang sama. Semua penilaian ini harus mempunyai satu tolak ukur yang digunakan sebagai pedoman (patokan) untuk menilai seseorang. Tolak ukur itu melebihi yang paling baik tersebut. Itulah Allah.
   Kelima,segala sesuatu yang tidak berakal, seperti tubuh alamiah bertindak mencapai satu tujuan akhir (teleologi) dengan cara tertentu untuk menuju satu akhir yang lebih baik. Sesuatu yang tak berakal itu mungkin berbuat demikian jika tidak diarahkan oleh satu hal yang berakal dan berpengetahuan. Itulah Allah.(Etienne Gilson, 1955: 170-171). Bisa juga lihat langsung dalam Thomas Aquinas, Summa Theological,terj. Cornelius Ernst (London: Eyre & Spottiswood, 1972: 2-3).
   Kelima cara yang dipaparkan oleh Thomas Aquinas tersebut, memiliki kesamaan struktur sebagai berikut: masing-masing jalan tersebut berangkat dari dunia ini, ada yang terbatas, ada yang disebabkan menuju penyebab yang pertama. Karena itu, pembuktian akan eksistensi Allah ini merupakan pembuktian yang harus diketahui dengan pengalaman. Ini tentu sesuai dengan prinsip epistemologis Thomas Aquinas bahwa hanya yang berasal dari pengalaman inderawilah yang dapat menjadi objek akal budi kita.
     Jalan pertama dan kedua (jalan kedua memberi perhatian khusus pada aspek sebab-akibat) berangkat dari fakta bergeraknya segala sesuatu di dunia ini. Jalan ketiga berangkat dari sifat kontingen dari hal-hal yang kita jumpai. Jalan keempat menunjuk pada ciri gradual dari kesempurnaan segala yang ada di dunia ini dan terakhir jalan kelima menunjuk pada keterarahan pada suatu tujuan tertentu. Kesamaan struktur dari kelima jalan yang ditawarkan Thomas Aquinas tersebut terletak dalam hal ini.
    Jika suatu sifat-sifat tertentu ada yang terbatas maka dapat diambil kesimpulan tentang keniscayaan ada dari penyebab yang pertama “yang dari dirinya sendiri niscaya ada dan dasar keniscayaan itu tidak terletak dalam ada yang lain. Sebaliknya penyebab pertama itulah yang menjadi dasar bagi keniscayaan ada yang lain.(M. Sriet, 2003: 81).Berdasarkan lima jalan yang digagas dan ditawarkan oleh Aquinas di atas, dapat diambil gambaran secara konkret tentang Allah sebagai berikut:
   bahwa Tuhan (Allah) sebagai penggerak pertama, penyebab utama, keniscayaan murni, kesempurnaan tertinggi dan pengatur tatanan ciptaan. Karena itu, Aquinas juga menyebut Allah dengan suatu istilah terkenal yakni: ipsum esse per se subsistens(ada dari dirinya sendiri). Penjelasan senada juga diungkapkan oleh Jasman Rufinus, bahwa menurut Aquinas akal manusia dapat mengenal Allah melalui lima cara sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya.