Mohon tunggu...
Surya Darmawan
Surya Darmawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

Murah senyum

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum Merdeka

10 September 2022   07:33 Diperbarui: 10 September 2022   07:34 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurikulum merdeka yang telah disiapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menanamkan proyek penguatan profil pelajar pancasila atau yang kerap disebut P5. Kurikulum merdeka sendiri merupakan pergantian nama dari kurikulum prototipe yang sempat dijalankan oleh beberapa sekolah, tutur Mendikbud Ristek Nadiem Makarim. Secara resmi kurikulum ini dimulai pada tahun ajaran 2022/2023 mulai dari tingkat pendidikan TK, SD, SMP, dan SMA.

Penerapan kurikulum merdeka disesuaikan dengan kesiapan dari masing-masing sekolah. Perlu adanya proses yang panjang dalam masa peralihan menuju kurikulum merdeka. Dalam proses tersebut perlu ada penyesuaian-penyesuaian baru, bukan hanya untuk murid tetapi juga untuk guru pengajar. Murid perlu menyesuaikan cara belajar dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2013 menjadi kurikulum merdeka. Sedangkan guru juga perlu menyesuaikan cara mengajar dan dinamika belajar agar mampu menggerakkan murid hingga kepada aksi nyata. Diharapkan juga mampu menggerakkan masyarakat kepada kehidupan dan habitus yang lebih baik.

Kurikulum mereka ini tidak lagi guru yang mengharapkan dan memerintah siswa, tetapi murid sendiri yang menemukan kesempatan dan peluang yang ada untuk bisa mengembagkan dirinya. Harapannya siswa bisa berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya bukan karena tuntutan dari luar saja. Meskipun siswa perlu ada tuntutan dari luar untuk mendorong, sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah diharapkan. Selain itu siswa juga diharapkan melatih kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar, dengan sesama dan alam sekitar. Siswa diajak untuk melihat jangka waktu kedepan 10 sampai 20 tahun mendatang, sehingga hal-hal yang kurang tepat dimasa mendatang dapat dibenahi mulai dari saat ini.

Kurikulum merdeka sendiri dibagi menjadi tiga bagian yaitu intrakurikuler, proyek penguatan profil pelajar pancasila, dan ekstrakurikuler. Perlu ada penyesuaian dalam jam pelajaran yang ada untuk bisa menyelipkan intrakurikuler dan proyek penguatan profil pelajar pancasila. Begitu berbedanya antara kurikulum merdeka dengan kurikulum 2013, yang awalnya lebih banyak kegiatan di dalam kelas dan terpaku pada materi atau sebatas teori saja. Namun, kini murid diajak untuk keluar dan melihat situasi yang terjadi di kehidupan nyata ini, bukan sekedar terpaku pada teks atau buku. Oleh sebab itu, dibutuhkanlah ide-ide yang kreatif untuk membangkitkan cara belajar. Bukan semata-mata untuk meraih hasil yang baik, tetapi proses didalamnya. Dalam proses itu, tentunya banyak sekali hambatan, rintangan, dan jatuh bangun. Ya disitulah nila-nilai hidup dapat diperoleh dan dipetik, bukan hanya untuk diri sendiri saja tetapi diharapkan mampu dibagikan dan diterapkan dalam kehidupan selanjutnya. Ketika menghadapi rintangan dan hambatan berikutnya menjadi persoalan yang biasa atau sudah menjadi hal yang biasa, dapat juga dikatan tahan banting.

Pendidikan intrakurikuler merupakan kegiatan utama sekolah, dengan mengunakan alokasi waktu yang sudah ditentukan. Sedangkan untuk proyek penguatan profil pelajar pancasila, para siswa diajak untuk melihat lingkungan sekitar, menemukan masalah, dan memecahkan masalah tersebut, sesuai dengan kekreatifan sang anak. Peran dari guru adalah untuk mendampingi para siswa dalam melakukan suatu kegiatan atau sebagai tempat berkonsultasi. Sehingga guru tidak lagi terpaku pada teks atau panduan, namun dapat mengembangkan cara belajar dengan pengalaman-pengalaman empiris atau yang terjadi disekitar.

Jika dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2013, memang jam pelajaran dalam kurikulum merdeka sangatlah kurang. Jam pelajaran lebih difokuskan untuk kegiatan proyek penguatan profil prlajar pancasila dan intrakurikuler. Untuk ekstrakurikuler tetaplah sama yaitu dilaksanakan diluar jam pelajaran. Namun, itu tidak menjadi masalah, sebab yang terpenting adalah murid mampu memahami materi dengan konteks zaman dan situasi sekitar.

Kurikulum merdeka sudah mulai diterapkan di SMA Seminari Mertoyudan Magelang, terlebih kepada murid kelas X. Kegiatan P5 atau proyek penguatan profil pelajar pancasila pun sudah dilaksanakan selama dua minggu. Kegiatan tersebut dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang tentunya membutuhkan kerjasama yang kuat dalam satu kelompok bersama dengan guru pembimbing. Dari kelompok tersebut para murid diajak menemukan dan menyelesaikan atau menemukan jalan keluar dari masalah yang ada di komunitas seminari yang hidup berasrama. Mereka menemukan masalah perihal tata cara makan, tidur ketika jam pelajaran, dan gerak-gerik tubuh. Mereka juga menemkan jalan keluar dari masalah yang ada dengan mengundang ahli tata cara makan untuk memberikan input atau sosialisasi kepada warga komunitas SMA Seminari Mertoyudan Magelang. Selain itu, mereka juga membuat angket yang disebarkan kepada seluruh murid, mulai dari kelas X hingga kelas XII terkait kebiasaan tidur ketika jam pelajaran. Sehingga dari situ ditemukanlah saran-saran yang dituangkan dalam bentuk makalah dan majalah. Diharapkan dalam proses atau kegiatan belajar mengajar, murid maupun guru dapat saling menghormati satu sama lain. Kegiatan tersebut tidak berhenti disitu saja, perlu adanya evaluasi di setiap akhir kegiatan, yang dilaksanakan secara bersama antara murid dan guru, untuk melihat dan merefleksikan kegiatan yang telah berjalan untuk bahan pembelajaran di kemudian hari.

Kegiatan tersebut tidak hanya dilaksanakan dua minggu dalam masa P5 saja, tetapi terus dilakanakan dan dihidupi dalam kehidupan selanjutnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam belajar tidak akan pernah selesai, untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Kegiatan P5 dapat diikuti oleh siapa saja, tidak harus bersama dalam satu kegiatan. Dapat pula dilaksanakan secara pribadi atau sendiri dengan melakukan hal yang kecil dan sederhana. Dari situlah dapat menumbuhkan kepekaan dan kepeduliaan terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama, dan alam ciptaan. Dari kegiatan tersebut, dapat saya katakan bahwa kurikulum merdeka sangatlah bagus, sebab mampu melibatkan murid semakin aktif dalam kehidupan bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun