Euforia kegembiraan terasa sembari tugas berat yang nenanti pasangan Jokowi-Jk sebagai pemenang Pilpres 2014. Tentu Ingat lirik lagu iwan fals yang berjudul "Manusia setengah dewa" ? Ada kutipan bait yang seakan menyambut datangnya presiden baru.
"Wahai presiden kami yang baru
Kamu harus dengar suara ini
Suara yang keluar dari dalam goa,
Goa yang penuh lumut kebosanan"
Ada bangunan makna yang dibangun dalam sebuah lagu tersebut, jeritan rakyat yang berharap presiden baru kini mampu membuka mata dan telinga, serta kepekaan rasa, dan tentu saja sang presiden bisa lebih baik dari president sebelumya. Selasa 22 Juli, Indonesia menyambut seorang presiden baru. Penetapan yang dinanti telah akhirnya tiba. Komisi Pemilihan Umum telah menuntaskan hasil penghitungan suara secara Nasional yang akan menentukan siapa dari dua pasang calon presiden dan wakil presiden itu yang jadi pemenang pesta demokrasi.
Yang keluar sebagai jawara ialah, Jokowi-JK mengalahkan pasangan Prabowo-Hatta dengan perolehan suara yang cukup telak.Namun demikian Kedua pasangan itu adalah putra-putra terbaik bangsa yang diperhadapkan dalam sistem dan ketentuan demokrasi, pada proporsinya tersendiri keduanya untuk dipilih oleh rakyat. Dengan demikian bagaimanapun hasilnya, pesta ini tentulah harus disambut suka cita dan kegembiraan. Setelah itu, semua kembali ke dalam piramida keluarga besar NKRI yang bergandengan tangan, dan satu misi kesadaran membangun Bangsa Indonesia. Dan segala bentuk perbedaan sepanjang pemilihan umum, telah berubah, melebur kembali ke dalam persatuan, menjalin kegembiraan bersama.
Jadwal yang telah ditetapkan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) bersidang untuk merekapitulasi penghitungan suara nasional pada 20 sampai 21 Juli, dan telah diakhiri pengumuman hasilnya pada 22 Juli 2014, dan bangsa Indonesia mengetahui siapakah pemenang dan ditetapkan sebagai Presiden.
Secara luas diketahui seluruh publik indonesia, bahwa pemilihan presiden dan wakil presiden kali ini berlangsung dalam dinamika yang bertensi tinggi.pada skala tertentu tampak berbagai pertentangan yang ekstrem antara kedua kubu. Cakrawala politik tanah air juga dihiruk-pikukkan ‘kontroversi’ hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, mengingat ada dua ‘hasil’ yang berbeda.
Akan tetapi hasil dari berbagai lembaga survei yang kredibilitasnya tidak pernah diragukan dan berada dalam daftar rilis KPU, menunjukkan Jokowi-JK sebagai pemenang Pilpres 2014. Mengingat hasil hitung cepat relatif tak jauh berbeda dengan hasil penghitungan nyata oleh Komisi Pemilihan Umum, Hal inilah kemudian dijadikan dasar oleh masing-masing kandidat dijadikan sebagai acuan untuk mengumumkan kemenangan. Meskipun proses berikutnya pada akhirnya makin merujuk pada satu hasil rekap nasional KPU di semua provinsi,rekap resmi inilah sebagai indikator pengumuman kemenangan pasangan jokowi Jk.
Tentu saja dari hasil tersebut, masih ada riak yang seolah tidak menerima kenyataan bahwa pada kontestasi ini hanya akan ada satu pemenang, dengan menyatakan akan melakukan berbagai upaya untuk‘memperjuangkan’kemenangannya.
Mulai dari rencana mengerahkan massa ke KPU pada 22 Juli, mendesak KPU menunda pengumuman, meminta KPU melakukan rekaptulasi ulang, mendesak dilakukannya pemilihan ulang, bahkan menyatakan apa pun hasilnya akan tetap mengajukan gugatan melalui Mahkamah Konstitusi.
Padahal pihak KPU sudah menegaskan, akan menyelesaikan rekapitulasi penghitungan suara nasional hingga tahap akhir sesuai prosedur. Dan terlihat sejauh ini secara terus menerus disiarkan media dan pada akhirnya telah diumumkan secara resmi. Hasil yang diumumkan Pihak KPU merupakan hasil rampungan rekapitulasi hasil pemilu yang dikirim dari seluruh provinsi di Tanah Air, ditambah hasil pemilihan di luar negeri.
Terhadap adanya usulan pengunduran pengumuman hasil Pilpres dari satu di antara dua kubu itu, KPU tentunya telah mempertimbangkan berbagi hal, termasuk masa pelantikan 20 Oktober 2014. Pada tanggal tersebut, presiden baru harus dilantik. Kalau tidak, nantinya terjadi kekosongan. Karena itu kini kembali kepada semua pihak untuk tetap menjaga dan mengedepankan kepentingan bangsa, menghormati apa pun keputusan yang dikeluarkan KPU. Rakyat baru saja menyelesaikan tahapan pesta demokrasi dengan gembira dan penuh suka cita. Masing-masing pemilih berharap calon yang dipilihnya menang, dan dengan demikian bisa mewujudkan mimpi dan menunaikan janji-janjinya.
Adapun keluhan, ketidakpuasan, kekecewaan, dan ketaksempurnaan di selah pilpres ini, dapatlah disebut sebagai bagian dari sebuah pesta besar yang melibatkan jutaan orang. Rakyat yang sudah ikut pesta, dengan tulus melaksanakan haknya memilih calon presiden dan calon wakil presiden.
Terkadang ada yang berpendapat, bahwa terlalu muluk kalau berharap hasil pemilihan presiden ini akan langsung membawa perubahan yang signifikan, terutama bagi rakyat. Dari era orde baru ke era pemerintahan masa reformasi  rakyat selalu saja jadi penonton di luar panggung pesta.
Rakyat kecil tetap saja berdesak-desak di permukiman kumuh kota atau bahkan tanpa rumah, serta rakyat miskin desa yang primitif. Sehingga mereka para buruh pabrik kota harus gentayangan di kolong jembatan, tetap saja bergelantungan di bus, berhimpitan di dalam kapal kelas ekonomi, berdesakan di angkutan kota, atau berjudi dengan maut di atas sepeda motor yang berubah fungsi menjadi alat angkut keluarga. Di masa silam, suara wakil rakyat itu kadang bertolak belakang dengan suara rakyat yang sesungguhnya. Itu dulu.
Kini, dari dinamika yang terekam dalam hasil pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden, tampak bahwa pada titik tertentu rakyat sudah bisa menentukan pilihannya secara merdeka tanpa sudi dicampurtangani dan dikangkangi para elite politik. Mandat telah diberikan. Hasilnya sudah dihitung dan direkapitulasi. Pemenang dan yang terkalahkan sudah bisa ditebak. Rancangan manuver, dan jurus silat politik, dan segala persiapan cara, berbondong dikerahkan untuk menunjukkan perjuangan sampai ‘titik darah penghabisan’. Rakyat akan segera kembali pada tempatnya, semata sebagai penonton setia yang bergembira dibalik konstalasi politik elit.
Dalam demokrasi yang sehat, pemenang menjalankan amanat rakyat dengan penuh tanggungjawab dan mereka yang tertunda kemenagannya menerima kekalahan dengan lapang dada. Baik jokowi-jk dan prabowo -Hatta, bahu membahu berjuang memajukan bangsa tanpa melihat lagi siapa kalah siapa menang. Maka dari itu bangsa indonesia dalam kegembiraan mestinya menyambut presiden baru, dan secara lantang dan optimis mengucapakan" Selamat datang president kami yang baru" Jokowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H